Sudah sekitar dua jam Elvira dan Nabila berjalan mengelilingi Mall. Setelah mereka selesai berbelanja beberapa bahan untuk isi kulkas, kedua wanita beda generasi tersebut memutuskan berjalan-jalan sebentar sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah stand ice cream.
"Tante, boleh aku tanya sesuatu?" Nabila bertanya pada Elvira.
"Ehmm... mau tanya apa?"
"Apa tante masih cinta sama papa?" Pertanyaan yang terlontar begitu saja tanpa bisa dibendung lagi dari bibir mungil Nabila.
Elvira terkekeh geli mendengar pertanyaan Nabila, ada sedikit nada cemburu di dalamnya. "Kenapa? Cemburu?"
"Ihh tante, enggak." Nabila mengelak dengan wajah yang memerah malu.
"Ehm. Papamu itu cinta pertama tante dan akan tetap punya tempat disini." Ucap Elvira sambil menunjuk bagian kiri dadanya. "Tapi Om Indra cinta terakhir tante yang sudah menguasai seluruh hati tante."
"Jadi tante udah gak cinta ke papa lagi?"
"Cinta..." Elvira menjeda ucapannya yang membuat Nabila semakin penasaran. "Tapi bukan cinta dari seorang wanita kepada pria. Tapi lebih ke teman, sahabat atau semacamnya lah."
"Oo... begitu." Nabila mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti akan ucapan Elvira.
Saat mereka tengah asik mengobrol dan bercanda sambil memakan ice cream, tiba-tiba seseorang memanggil Elvira.
"Vira... ngapain disini?"
Deg... Nabila menengang mendengar suara tegas yang sangat ia kenali meskipun tanpa melihat wajah sang pemilik suara.
"Ma-mama." Elvira gugup melihat sang mertua yang tiba-tiba bisa berada di tempat yang sama dengannya dan Nabila. Elvira melirik kepada Nabila yang sedang sibuk menyembunyikan rasa takut saat harus bertemu dengan nyonya Diana.
"Sama sia... Nabila?" Nyonya Diana tak kalah terkejut saat melihat cucunya yang kabur dari rumah beberapa bulan lalu.
"O-oma..."
Nyonya Diana semakin terkejut saat Nabila berdiri dan memperlihatkan perutnya yang sedah membesar.
"Apa ini?" Suara ibu mertua Elvira itu melengking tanpa disadari.
"Ma... tenang." Elvira segera menghampiri ibu mertuanya lalu mengusap lengannya pelan.
Wanita tua itu memejamkan mata sejenak lalu melirik kanan kiri, ada beberapa pengunjung Mall yang lewat dan memperhatikan mereka bertiga. "Kalian berdua pulang kerumah mama sekarang. Dan jelaskan ini semua."
"Tap..."
"Tidak ada bantahan, Vira." Nyonya Diana lalu berjalan mendahului mereka berdua.
"Tante, aku takut."
"Sudah, tidak apa-apa. Tante akan kasih tau papamu biar cepet nyusul kerumah mama sekarang."
***
From : Elvira
Mas Evan sebaiknya segera kerumah mama sekarang. Kami bertemu beliau di Mall tadi."Aduh, mati!."
Evan segera meraih jas yang ia sampirkan di kursi kerjanya lalu meraih kunci mobil yang berada di meja. Ia buru-buru berjalan keluar. "Raf, aku harus pulang sekarang. Tolong tangani semua urusan ya."
"Baik pak."
Evan lalu berlari menuju lift dan segera turun ketempat mobilnya terparkir. Setelah sampai, ia memacu mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata agar cepat sampai dirumah.
"Aku mohon ma, jangan bicara yang tidak-tidak pada Nabila."
***
"Vira, gimana bisa kamu sama Nabila? Atau selama ini kamu yang menyembunyikan dia?" Setelah sampai rumah, Nyonya Diana tidak bisa lagi tenang dan langsung melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang mengganggunya dari tadi sejak di Mall.
"Enggak, ma. Vira baru bertemu Nabila hari ini." Ucap Elvira jujur.
"Dan kamu Nabila, jadi ini alasan kamu kabur dari rumah?"
Nabila yang sejak tadi gemetar ketakutan semakin takut mendengar suara tinggi Omanya.
"Sekarang katakan pada Oma, siapa yang menghamilimu?" Tatapan tajam Nyonya Diana seakan menusuk mata Nabila yang sekilas mengangkat kepalanya dan mereka bertemu pandang.
"Itu biar Mas Evan yang menjawabnya, Ma." Bukan Nabila tapi Elvira yang menjawab pertanyaan ibu mertuanya.
Pandangan Nyonya Diana beralih kepada menantunya. "Apa maksudmu, Vira?"
"Kita tunggu mas Evan datang dulu Ma."
Nyonya Diana menghembuskan nafasnya berkali-kali berusaha menenangkan diri. Ia mengambil ponsel dan menghubungi suaminya.
"Pa, papa pulang sekarang. Nabila sudah pulang." Setelah mengatakan itu, Nyonya Diana langsung menutup teleponnya tanpa basa-basi.
"Kita tunggu papamu dan Opa, kita selesaikan semuanya." Ucap Nyonya Diana yang mulai tenang.
"Ma..." Evan yang baru datang langsung menuju ruang keluarga dimana Nabila, Elvira dan Mamanya berada.
"Van, kamu tau kalau putrimu itu hamil dan sudah sebesar itu?"
"Aku tau, Ma. Bahkan sebelum Nabila pergi dari rumah."
"APA?!" Nyonya Diana memijit pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa sakit.
"Ma... mama duduk dulu." Elvira menghampiri ibu mertuanya dan membimbingnya untuk duduk di sofa
"Beberapa hari lalu aku menemukan Nabila dan membawanya pulang dan tinggal di apartemen Indra, ma." Tambah Evan.
"Lalu kamu tau siapa yang menghamili putrimu itu?" Cecar Nyonya Diana.
Nabila yang sedari tadi hanya diam, melirik takut pada papanya yang terlihat tenang. Ia harap-harap cemas dengan jawaban yang akan diberikan oleh Evan pada omanya.
"Itu..."
"Pa..." Nabila memotong ucapan papanya, ia merasa tidak siap jika Omanya mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Tapi Evan seolah tidak mendengarkan putrinya dan melanjutkan kata-katanya.
"Aku yang melakukannya, aku yang menghamili Nabila." Ucap Evan yakin.
"APA?! Apa yang baru saja kamu katakan Evan?" Papa Evan yang baru saja datang dari bermain golf dengan rekannya, terkejut luar biasa mendengar pernyataan putra sulungnya. Ia segera meraih kerah kemeja Evan dan mencengkeramnya kuat.
"Seperti yang papa dengar, aku yang menghamili Nabila." Ucap Evan tenang.
"Kamu BAJINGAN." Bughh.... Satu pukulan keras mendarat diwajah tampan Evan. Meskipun papanya hampir berusia 70 tahun Namun pukulannya masih mampu membuat Evan terhuyung kebwlakang hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"PAPA..." Nabila berlari menghampiri papanya yang hampir terjatuh kebelakang.
"Ya Tuhan... apa salahku hingga anak-anakku menghamili wanita yang tidak seharusnya." Ucap Nyonya Diana yang tidak bisa menyembunyikan kekecewaanya.
"Aku akan menikahi Nabila."
***
Kalau pas hujan begini autornya idenya lancar kayak air hujan juga. 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
NABILA
AcakIni kisah Nabila. Putri tiri papa Evan. Memiliki Konten dewasa. Jadi tolong bijak untuk anak dibawah umur jangan baca dan meninggalkan komen yang tidak-tidak.