Part - 22

5K 278 222
                                    

"Untuk apa Oma kesini? Mau memastikan aku masih hidup atau sudah mati?"

"Apa begitu caramu menyambut oma?"

Nabila tersenyum sinis melihat omanya yang tiba-tiba sudah berada di apartemennya sepulang ia dari kuliah. Ini kali kedua sang Oma mengunjunginya selama dua tahun ia berada di Seoul.

"Bagaimana kabarmu?"

"Kenapa oma repot-repot bertanya, bukannya setiap hari oma mendapat informasi tentangku." Ucap Nabila sambil membuka dan meminum air dalam botol

"Kamu tetap cucu oma apapun yang terjadi dan tidak ada hal apapun yang bisa merubah status itu." Tegas nyonya Diana

"Kenapa oma mempertahankanku sebagai cucumu tapi tidak menerimaku sebagai menantu? Apa oma lupa kalau aku sudah melahirkan seorang putra dari anakmu EVANDRA WICAKSANA." Nabila berteriak frustasi

"Itu kecelakaan. Dan Arsya adalah adikmu, bukan anakmu."

Nabila tertawa kecil mendengar omanya. "Apapun yang oma katakan itu selalu benar. Oma selalu mengambil keputusan tanpa memikirkan perasaan Nabila, papa bahkan Arsya yang masih belum mengerti apa-apa." Nabila berteriak lagi diakhir kalimatnya. Ia melangkah mundur menuju pintu dan...

BLAMM

Nabila membanting pintu keras lalu berlari menjauh dari apartemennya...

Mia yang sedari tadi berdiri di luar pintu langsung masuk setelah melihat Nabila berlari keluar. "Nyonya baik-baik saja?" Tanya Mia mengkhawatirkan nyonya Diana

"Aku baik-baik saja." Nyonya Diana mendekati Mia. "Ambil ini dan berikan pada cucuku, dia akan membutuhkannya." Ucapnya sambil menyerahkan sebuah kartu pada Mia

"Nona Nabila tidak akan menggunakannya. Kartu yang sebelumnya juga masih ada pada saya." Ucap Mia sopan

"Ambil saja. Jika Nabila tidak menerimanya, kau yang simpan dan gunakan untuk kebutuhan kalian."

Mia mengangguk lalu menerimanya.

"Kejar dia, aku akan kembali ke Indonesia hari ini juga." Ucap nyonya Diana sebelum pergi.

Mia mengangguk lalu berlari keluar menyusul Nabila.

***

Nabila berlari cukup jauh hingga ia merasa lelah dan berhenti lalu duduk di bangku di sebuah taman kecil yang kebetulan sedang sepi. Hanya beberapa orang lewat yang sesekali memandang aneh pada dirinya yang sedang menangis cukup keras.

Seorang pria mendekati Nabila lalu menyodorkan sebuah saputangan untuknya. Nabila mendongak ketika ia melihat ada seseorang yang memberinya saputangan. "Ja... Jason." Panggilnya sedikit terbata

"Menangis saja kalau kamu ingin menangis, aku tidak akan mengganggumu." Ucap Jason sambil menyandarkan punggungnya pada tiang lampu taman di dekat tempat duduk Nabila.

Nabila menerima saputangan itu namun ia masih terus menangis sesenggukan. Sedangkan Jason hanya diam memandanginya dan menunggu hingga gadis itu tenang dan berhenti menangis

Mia yang berlari mengejar Nabila terhenti ketika ia melihat Nabila duduk dan menangis dengan seorang pria yang berdiri tak jauh dari tempat Nabila. Pria yang sama yang ia pernah lihat di depan apartemen Nabila beberapa hari lalu.

***

Evan Side

"Raf... Tolong panggilkan Angga kemari." Ucap Evan melalui panggilan intercom kepada sekertarisnya

"Baik pak." Jawab Rafka segera

Tak berapa lama Angga tiba di ruangan Evan

"Pak Evan memanggil saya?" Tanya Angga saat sudah sampai di ruangan Evan. Sebenarnya Angga tau apa yang akan bosnya itu tanyakan. Pertanyaan yang sama selama dua tahun terakhir.

"Apa ada kabar tentang Nabila?" Evan menatap lekat pada Angga berharap jawaban yang akan diberikan karyawannya itu adalah jawaban yang ia inginkan. Namun sayang, Angga menggeleng pelan.

"Saya selalu menyempatkan diri mampir di toko kue teman saya tempat Nabila dulu bekerja, tapi teman saya bilang kalau Nabila tidak pernah kesana." Jawab Angga

Evan menghela nafas kasar. "Kemana lagi aku harus mencarinya? Luar kota, bahkan aku menyuruh orangku mencari sampai ke luar pulau."

"Maaf pak, jika pak Evan tidak menemukannya di dalam negri mungkin saja Nabila dad diluar negri." Ucap Angga

Evan membeku mendengarnya. Kenapa tidak terpikirkan olehnya selama ini? "Mungkin kamu benar. Terimakasih, kamu bisa kembali ketempat kerjamu."

Angga membungkuk lalu pamit keluar dari ruangan Evan

***

"Bagaimana dia?"

"..."

"Baiklah, tetap jaga dia."

"..."

"Hmm... Biarkan saja, lebih bagus kalau dia memiliki kekasih. Itu akan membantunya melupakan masalalunya. Tapi pastikan dia tidak terjerumus dalam pergaulan bebas."

"..."

"Tenang saja, aku menjaga ibumu disini dan kau jaga Nabila disana."

Nyonya Diana mengakhiri panggilannya dengan Mia. Memastikan bahwa Nabila baik-baik saja.

Dibalik pintu Evan membeku mendengar nama Nabila disebut oleh ibunya.

"Dimana mama menyembunyikan Nabila?" Evan keluar dari balik pintu dan menemui ibunya yang sedang menyiram tanaman ditaman kecil samping rumah mereka.

"Ditempat aman."

"Sampai kapan mama akan menyembunyikannya?"

"Sampai kamu menyerah."

Evan mengepalkan tangannya mendengar setiap jawaban dari ibunya. Ia bersumpah akan menemukan Nabila secepatnya.

***

"..."

"Nona baik-baik saja dan sekarang sedang istirahat dikamarnya."

"..."

"Tapi nyonya, sepertinya nona sedang dekat dengan seorang laki-laki."

"..."

"Baik. Hm... Nyonya, terimakasih sudah membiayai perawatan ibu saya."

"..."

Mia mengakhiri panggilan telponnya.

"Apa itu nenek tua?" Tanya Nabila yang tiba-tiba muncul sedikit mengagetkan Mia

"Iya, beliau sudah sampai rumah dengan selamat." Jawab Mia

Nabila hanya mengendikkan bahunya acuh. "Aku lapar." Ucapnya lalu duduk di meja makan

"Aku sudah siapkan makanan." Ucap Mia, "nyonya menitipkan Ini padaku." Mia menyodorkan sebuah kartu dan meletakkannya diatas meja makan.

Nabila melirik malas pada kartu itu. Ia diam beberapa saat sambil menyendokkan makanan kedalam mulutnya "Apa ibumu baik-baik saja?"

Mia membeku mendengar pertanyaan Nabila. Baru kali ini gadis itu terlihat sedikit peduli padanya.

"Iya." Jawab Mia singkat

"Aku ingin berbelanja. Aku ingin menghabiskan apa yang ada di dalam kartu itu." Ucap Nabila sambil menunjuk ke arah kartu diatas meja.

"Mau aku temani?

"Tentu saja kau harus menemani. Siapa yang akan membawa barang-barang ku nanti kalau bukan kamu." Ucap Nabila datar.

"Baiklah, aku akan mengambil mantelku dulu." Ucap Mia

"Lama. Pakai saja punyaku."ucap Nabila lalu berjalan menuju lemari dan mengambil dua mantel, satu untuknya dan satu lagi untuk Mia.

***

Up lagiii. 😘

Kalau males kasih Voment ya gak usah dikasih. Cukup baca ajja. Okay. ,😁😁😁

NABILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang