Seoul, Korea selatan
"Na..."
Jason berlari ketika ia menangkap sosok Nabila dalam pandangannya. Sudah seminggu sejak malam itu, dan baru hari ini ia bertemu Nabila kembali. Selama seminggu ini Nabila selalu menghindarinya.
Universitas Seoul... Tempat Nabila kembali melanjutkan kuliah yang sempat terputus dulu selama ia hamil. Jason dan Nabila sudah lama saling mengenal. Mereka belajar di universitas bahkan di fakultas yang sama, fakultas kedokteran.
"Ada apa?" Tanya Nabila ketika Jason tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya.
"Bukankah kita perlu bicara?" -Jason
"Tentang apa?" -Nabila
Jason memiringkan kepalanya merasa bingung dengan sikap Nabila. Bukankah seharusnya jika seorang gadis tidur dengan seorang lelaki maka gadis itu akan mengejar dan setidaknya meminta sedikit pertanggungjawaban dari lelaki itu. Tapi kenapa....
"Jas... Aku pulang dulu." Ucap Nabila tiba-tiba,lalu Ia melangkah meninggalkan Jason yang masih dengan kebingungannya.
"Hey..." Jason menghentikan langkah Nabila lagi dengan memegang lengannya. "Biar ku antar."
"Aku akan naik bus. Lepaskan."
"Aku antar atau tidak akan kulepas."
Nabila memutar bola matanya malas. Ia terpaksa mengiyakan tawaran Jason untuk mengantarkannya pulang. Didalam mobil mereka berdua tidak banyak bicara kecuali saat Jason bertanya arah mana yang harus ia ambil agar sampai di Apartemen Nabila.
Saat sampai, Jason memarkirkan mobilnya lalu mengikuti Nabila yang sudah lebih dulu berjalan masuk ke dalam gedung.
Nabila mengabaikan Jason yang mengikutinya hingga depan pintu dimana ia tinggal. Nabila memencet kode akses pintu dan membukanya. Namun sebelum Nabila berhasil masuk Jason sudah lebih dulu mendorong pintu hingga akhirnya kembali tertutup.
"Kita perlu bicara." Ucap Jason
Nabila memejamkan matanya menahan kesal. Sungguh, saat ini ia sangat tidak ingin melihat Jason. "Apa yang perlu di bicarakan? Tentang malam itu?" Jeda "tidak perlu khawatir, aku tidak akan meminta pertanggungjawaban darimu. Kamu tau sendiri kalau aku sudah tidak perawan, jadi lupakan kalau kita pernah melakukannya. Anggap saja sebagai One Night stand." Ucap Nabila tanpa repot-repot menatap Jason yang menatapnya tidak percaya.
Jason mengepalkan tangannya menahan marah.
"Ku dengar kamu sudah lama menyukaiku, dan sekarang kamu sudah mendapatkan keinginanmu jadi sekarang pergilah." Ucap Nabila lagi. "Malam itu bukan kesalahanmu, aku yang salah karena mabuk. Ah... Dan satu lagi, tidak akan terjadi apa-apa padaku." " Nabila mengakhiri kalimat panjangnya lalu masuk kedalam rumahnya meninggalkan Jason yang masih berdiri di depan pintu.
Nabila melepas sepatu dan meletakkan tas serta bukunya sembarangan. Ia berjalan lalu duduk ketika sudah mencapai tempat tidur. Ia menghela nafas panjang lalu membuka laci nakas di samping tempat tidurnya mengambil sebuah pil anti hamil yang ia beli sepulang dari tempat Jason waktu itu lalu menelannya. Nabila hanya ingin memastikan kalau apa yang ia Lakukan dengan Jason tidak akan membuahkan hasil apapun. Karena Nabila tau betul bahwa mereka melakukannya tanpa pengaman.
Jason mematung saat Nabila sudah benar-benar menutup pintu tanpa mempedulikan dirinya. Ia mengepalkan tangannya erat mendengar ucapan panjang Nabila.
Nabila merebahkan punggungnya, menatap langit-langit kamar tanpa berkedip. "Tuhan akan menghukumku suatu hari nanti." Nabila memejamkan matanya merasa lelah dengan hidupnya. Tidak mudah bagi Nabila meninggalkan anak yang baru dilahirkannya dua tahun yang lalu serta suaminya, mungkin. Nabila sudah menandatangani surat cerai sebelum ia pergi, tapi ia tidak tau dengan Evan apakah pria itu sudah menandatanganinya juga atau belum.
Bukan kebebasan yang sebenarnya Nabila inginkan. Hanya saja ia tidak diberi kesempatan oleh nyonya Diana untuk tetap bersama dengan Evan dan anaknya.
"Maaf..." Gumam Nabila pelan sebelum ia tertidur.
Nabila terbangun ketika ia mencium bau masakan dari arah dapur. "Hahh... Aku sangat merindukan bau ini." Nabila bangun dan berjalan kearah dapur lalu membuka kulkas kecil disudut dapur kecilnya untuk mengambil air minum.
"Sudah bangun?" Tanya seseorang yang terlihat tengah memasak. Seorang gadis yang bernama Mia yang hanya beberapa tahun lebih tua dari Nabila itu ditugaskan oleh nyonya Diana untuk menjaga serta mengawasi Nabila.
Nabila melirik malas pada Mia.
"Siapa laki-laki tadi?" Tanya Mia lagi
"Temanku." Jawabnya singkat
"Aku belum pernah melihatnya."
Nabila hanya mengendikkan bahunya acuh tidak terlalu ingin menanggapi Mia.
"Apa ada yang aku tidak tau selama aku libur satu Minggu ini?" Mia memang libur selama satu minggu hingga ia tidak tau apa yang terjadi pada Nabila. Jika saja Mia tidak libur, tidak mungkin Nabila menginjakkan kaki di night club hingga berakhir dengan Jason setelahnya.
"Aku lapar." Ucap Nabila enggan menanggapi Mia
Mia menghela nafas. Percuma bicara pada Nabila karena gadis itu sangat dingin dan irit bicara padanya. "Makanlah... Aku pergi dulu dan akan membereskannya nanti." Ucap Mia
"Kenapa tidak ikut makan?" Ucap Nabila ketika Mia sudah hampir sampai di pintu
Mia menoleh sebentar. "Tidak... Aku sudah makan." Jawab Mia lalu berjalan keluar dari apartemen Nabila. Meskipun ditugaskan untuk menjaga Nabila namun Mia tidak tinggal bersama dengannya.
"Cihh... Dasar nenek tua. Kenapa tidak sekalian saja dia mengurungku di peti mati?!" Umpat Nabila kesal yang ia tujukan kepada Omanya.
***
Autor note
Maaf kalau terlalu pendek dan Absurd
KAMU SEDANG MEMBACA
NABILA
عشوائيIni kisah Nabila. Putri tiri papa Evan. Memiliki Konten dewasa. Jadi tolong bijak untuk anak dibawah umur jangan baca dan meninggalkan komen yang tidak-tidak.