Part - 3

17.3K 644 46
                                    

Sudah sebulan sejak kejadian itu. Hubungan antara Evan dan Nabila mulai membaik. Nabila sudah tidak berusaha menghindar lagi dari papanya. Yah memang tidak sehangat dulu tapi Evan tetap bersyukur setidaknya Nabila mulai menerimanya kembali.

"Sayang, mau berangkat bareng papa?" Tanya Evan saat keduanya selesai sarapan.

"Nggak usah pa, Nabila udah pesen taxi online kok." Tolak Nabila pelan.

Evan menghela nafas pelan. Kini Nabilanya sudah berubah. Putrinya itu memang tidak menghindarinya tapi berubah menjadi lebih tertutup padanya. Tidak ada lagi Nabila yang manja dan ceria. "Ya sudah, kalau begitu papa brangkat dulu, sayang." Pamit Evan lalu meraih dan mencium puncak Kepala Nabila.

Nabila terdiam. Tidak ada yang berubah dari Evan. Hanya saja Nabila tetap merasa agak canggung bila bersentuhan fisik dengan papanya.

***

Dikampus, Nabila terlihat lesu. Ia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi dengan mata kuliah. Sampai jam Istirahat tiba ia dan teman-temannya berkumpul dikantin kampus.

"Bil, lo kenapa? Wajah lo pucet gitu? Lo sakit?" Ucap Nisa salah seorang temannya sambil menyentuh kening Nabila. "Tapi gak panas kok." Lanjut Nisa.

"Gak pa pa kok, gue cuman... huueekk." Nabila cepat-cepat menutup mulutnya lalu berlari ke toilet tanpa berpamitan kepada teman-temannya.

Nisa dan Wulan, kedua teman Nabila saling berpandangan.

"Lo susulin gih ke toilet. Ntar Nabila kenapa-napa lagi." Ucap wulan Khawatir.

"Iya deh. Lo pesenin teh anget atau apa kek ya buat Nabila." Ucap Nisa yang hanya dibalas angguka oleh wulan.

Ditoilet, Nabila berusaha memuntahkan sesuatu yang sedari tadi bergejolak di dalam perutnya. Namun tidak bisa. Hanya cairan bening yang keluar dari mulutnya.

"Bil? Lo gak pa pa? Perut lo sakit ya?" Tanya Nisa khawatir

"Gue cuma masuk angin doang kok Nisa. Udah gak pa pa." Ucap Nabila sambil mengelap mulutnya dengan tisu.

"Yaudah yuk balik kekantin. Wulan udah pesenin teh anget biar perut lo lebih enakan." Ucap Nisa sambil memegangi lengan Nabila agar temannya itu tidak limbung.

"Abis ini kita anterin pulang ya, lo istirahat aja dirumah." Ucap Nisa lagi yang dibalas anggukan lemah dari Nabila.

***

"Astaga, non Nabila kenapa?" Bi darsih panik seketika melihat nona mudanya diantar pulang dalam keadaan lemah dan pucat.

"Ini bik, Nabila kayaknya masuk angin deh. Tadi muntah-muntah dikampus." Jawab Nisa.

"Oh, ayo ayo masuk biar bibik bikinkan teh anget buat non. Biar enakan."

"Antar ke kamar aja ya bik, Nabila mau langsung tidur." Ucap Nabila lemah yang dibalas anggukan oleh bi darsih.

"Bil, gue sama wulan langsung pergi ya. Mau ke toko buku soalnya, keburu tutup Nanti." Pamit Nisa.

"Iya, makasih ya udah anterin gue."

Setelah kepergian kedua temannya, Nabila naik ke kamar dan langsung tidur di ranjang.

"Eggh... papa..." gumam Nabila pelan sebelum memejamkan matanya.

***

Evan ingin buru-buru pulang, perasaanya tidak enak sejak tadi siang, namun karena pekerjaan yang menumpuk memaksa Evan untuk tetap tinggal dikantor menyelesaikan pekerjaan.

"Ughh... akhirnya..." Evan merentangkan kedua tangannya guna merenggangkan otot-otot yang terasa kaku. "Waktunya pulang." Gumamnya lagi.

Evan sampai dirumah tepat saat makan malam. Sepi, itulah keadaan rumah saat Evan memasukinya.

"Biiikk..." panggil Evan pada asisten rumah  tangganya. Wanita berusia 60'an itu langsung tergopoh-gopoh menghampiri sang majikan.

"Tuan sudah pulang?" Sapanya

"Iya, Nabila dimana bik. Kok sepi?"

"Itu, anu tuan. Non Nabila sedang tidak enak badan. Dari tadi siang udah tidur."

"Terus Nabilanya udah makan?" Tanya Evan khawatir.

"Belum tuan. Tadi waktu bibik bangunin suruh makan gak mau. Lemes katanya." Jawab bi darsi memberi penjelasan.

"Ya sudah. Bibi bawakan makanan ke kamar Nabila biar saya yang bujuk anaknya makan." Ucap Evan, sedangkan bi darsi langsung kedapur mengambil makanan dan mengantarkannya ke kamar nona mudanya itu.

Evan memandangi wajah cantik putri kecilnya. Ia menyentuh dan membelai wajah cantik Nabila yang tengah terlelap. Evan mengecup kening Nabila lalu turun ke kedua kelopak mata putrinya dan berakhir di bibir manis gadis itu. Evan sendiri yang menyadari perlakuannya, segera menjauhkan diri dari Nabila.

"Engghh... papa..." Nabila mengigau pelan.

"Papa disini sayang. Bangun dulu, makan lalu minum obat." Ucap Evan lembut.

Nabila membuka matanya lalu duduk bersandar di kepala ranjang. "Papa, Nabila lapar."

"Iya, ini papa suapi bubur. Buka mulutnya."

Suapan demi suapan masuk kedalam mulut Nabila. Entah kenapa dengan suapan Evan bubur yang rasanya biasa saja jadi lebih enak.

"Tumben Nabila mau makan bubur? Biasanya kalau sakit dipaksa makan bubur pasti muntah." Tanya Evan heran.

"Enak." Jawab Nabila polos. Ia tidak menyadari perubahan yang terjadi pada dirinya.

"Ini minum obatnya." Evan menyodorkan obat dan segelas air putih pada Nabila. Namun nabila malah menutup mulut dan hidungnya ketika mencium bau obat tersebut.

"Gak mau. Huueekkk." Nabila buru-buru menyibak selimut dan segera berlari kekamar mandi dan memuntahkan semua yang ia makan barusan. Sia-sia sudah Evan membujuk dan menyuapinya makan.

Evan mengejar Nabila ke kamar mandi, meraih rambut panjang Nabila lalu memijit tengkuknya pelan. "Ada apa dengan Nabila? Apa jangan-jangan.... ahh.. itu tidak mungkin." Evan mulai berpikiran macam-macam melihat kondisi Nabila.

"Pa... kepala Nabila pusing." Suara Nabila menyadarkan Evan dari lamunannya.

"I..iya sayang. Papa gendong aja ya, Nabila tidur lagi." Nabila hanya mengangguk lemah menanggapi ucapan papanya. Evan lalu mengangkat tubuh Nabila dan membaringkannya kembali di ranjang.

"Sudah, Nabila tidur. Papa mau mandi dulu." Nabila lagi-lagi hanya mengangguk Lemah.

Evan kembali kekamarnya. Memutuskan untuk mandi air dingin agar pikiran-pikiran aneh dalam kepalanya tentang Nabila sedikit menghilang. Ia berdiri lama dibawah guyuran air shower sesekali mengusap kasar kepala dan wajahnya.

Evan keluar dari kamar mandi sekitar satu jam kemudian lalu berpakaian. Saat ia selesai berpakaian seseorang mengetuk pelan pintu kamarnya.

Tok tok tok...

Ceklek...

"Pa... aku mau tidur sama papa."

***

Nabila kenapa sayang? 😥

NABILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang