bab 12

655 116 30
                                    

(A/N : Update sekarng krna besok dah mulai kerja lagi. Jd takut lupa... Oke jom!)

*×*

Jiyeon menyuapkan tiram kedalam mulutnya dengan cepat, lalu menyambar lagi nasi dengan nikmat, meneguk air sedikit, lalu kembali ke tiramnya.

Dan hidangan lainnya di abaikan!

Semua gerakan jiyeon itu diperhatikan kim Myungsoo, gerak gerik gadis itu membuatnya semakin terpikat. Tuhan Yang maha baik, biarlah Jiyeon berubah fikiran! Dia sungguh ingin memiliki Jiyeon. Sungguh!

Tapi tentu saja tanpa ada komitmen. Dia masih terlampau muda untuk itu dan kalau masalah cinta.  Rasanya Myungsoo tak akan peduli lagi.

Jiyeon merasa ada yang mengintai didepannya, bergidik ganjil, lantas ia mendongak dan melihat tatapan Myungsoo tertancap padanya,  Kunyahannya berhenti, dan dia tersenyum mengejek,  membuat Myungsoo mendengus kesal lalu menunduk pada nasi dan menyuapkan nasih itu bulat-bulat. Menyantap setiap  Hidangan yang ada.

Semua tindakan mereka di Perhatikan kakek neneknya, membuat mereka berdua saling lempar tatapan, lalu mengangkat bahu.

***

Di pagi hari, Myungsoo bangun lumayan pagi, karena biasanya dia bangun pukul 7, hari ini. Dia bangun pukul 06:59 hebat!

Dia berjalan menuruni tangga dan langsung di sambut oleh udara dingin, yah musim gugur telah membuat udara dingin walau tak semengigilkan musim salju.

Tapi dia bersyukur memakai pakaian Yang kakek Jiyeon bilang, layak pakai itu, karena sangat efisien.

Myungsoo kebingungan di tengah ruangan, lalu dengan mata masih suntuk, dia mencari kelebatan jiyeon. Tapi bingung juga harus mencari dimana.

Saat ia keluar rumah, ia menuju kabagian kebun, merasa penasaran akan kebun apa yang semalam ia Lihat.

Dan saat dirinya berhasil sampai,  matanya terbelalak.

Disana, di bagian kiri, adalah kebun sayuran dan buah-buahan, yang bisa di bilang, itu seperti hamparan warna hijau, dan warna buah tomat, juga buah cabai. Yah Myungsoo selalu menyebut bahwa tomat dan cabai adalah buah!

Di bagian lainya, adalah kebun bunga, didepan rumah sudah ada beberapa bunga, dan itu masih kalah di bandingkan ini.

"Myungsoo, kau sudah bangun?" sapa nenek Jiyeon di dekat sumur, dan Myungsoo ragu-ragu mendekatinya. Dia melirik ngeri kearah sumur. Lalu memandang cepat nenek jiyeon.

"Iya nek, selamat pagi."

"kurasa siang..." kata nenek Jiyeon terkekeh. Membuat Myungsoo meringis.

Myungsoo terkekeh dan menggaruk tengkuknya.  "Yusp, benar. Maaf terlalu siang untuk bangun." karena menyadari fakta, bahwa hidup di pedesaan berbeda dengan di kota.

"tidak masalah, lagi pun tak ada yang Dapat di lakukan disini, jiyeon pun hanya akan bangun bila jam alarm nya berbunyi, dan itu sangat siang."

Myungsoo terkekeh geli," Omong-omong soal jiyeon, apakah dia masih tidur?"

"Tidak, kakeknya membangunkannya pagi-pagi buta, mengajaknya ke laut."

"Ke laut?"

"Yah, kakek jiyeon adalah nelayan, kalau ada waktu satu atau dua kali, dia senang membawa jiyeon ke laut. Dan gadis itu hanya akan menggerutu. Walau kami tahu, dia pun menyukainya."

Kata nenek jiyeon, menarik tali sumur itu.

"Berikan padaku Nek." tawar Myungsoo.

"Tidak usah, lebih baik kau sarapan dulu didalam, sudah nenek siapkan."

Seducing Kim Myungsoo (a.k.a TEARS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang