bab 8

938 165 25
                                    

Myungsoo membuka mata setelah beberapa saat jiyeon terlelap, myungsoo sebenarnya tidak tertidur sama sekali,  dia hanya menginginkan kedekatan lebih dengan jiyeon, karena yakin bahwa Jiyeon benar-benar tertidur, dia mengubah posisi mereka, membuat jiyeon berada di pundaknya. Myungsoo mengatur nafas agar tidak membuat gadis itu bangun.

Dia menatap puncak kepala Jiyeon,  gadis berambut kecokelatan itu membuat emosinya sedikit hancur. Membuat nya melihat kembali ke masalalu, melihat sosok yang pernah mengisi hari-harinya, melihat sosok yang pernah membuat hatinya berdebar seperti sekarang.

Dan seharunya dia tidak membawa emosi berlebih. Dia hanya menginginkan jiyeon sebagai teman kencan nya. Bukan menjadi teman hidupnya.

Lalu mengapa dia terlalu membawa suasana, walau Jiyeon memang tak seperti gadis kebanyakan, dia harusnya sedikit membuang sentimentil nya ini.

Myungsoo ingin menjauh, tapi di saat bersamaaan dia sangat ingin mendekat, sangat dekat dengan park jiyeon.

"Jiyeon..." bahkan namanya membuat dia ingin memukul udara!

Gadis itu berberak sedikit, membuat helaian rambut turun pada wajanya. Tangan myungsoo otomatis menyingkirkan helaian rambit itu, dan kembali myungsoo bisa meratapi wajah pulas jiyeon, gadis manis ini adalah, gadis yang sering ia dengar sebagai gadis yang pantang di ajak kencan.

Bukan hanya menolaknya saja. Jiyeon juga menolak semua ajakan rekan di kantornya, bahkan Cho kyuhyun rekan bisnis ayahnya, pengusaha muda yang tertarik pada jiyeon, pernah jiyeon tolak.

Bukan main, moral gadis ini bisa di acungi jempol, walau semua orang tahu bahwa gadis itu tidak punya pacar, tapi tak terdengar desas desus bahwa jiyeon seorang lesbian. Tentusaja dia bukan.

Myungsoo tahu, jiyeon tertarik pada dirinya, dari gestur gadis itu,  sudah sangat jelas. Ayolah myungsoo yakin tak ada seorang pun yang dapat menolaknya. Tapi dia tidak bisa menyimpulkan apapun saat ini selain memang jiyeon tidak menyukainya. Ahh telat, tapi Jiyeon belum tertarik pada tawarannya.

Melihat kearah samping, dimana jendela berada, dan Myungsoo serasa di tendang dibagian perut. Dia langusung memalingkan wajahnya seketika.

"sial! Masih akan selalu sama!" maki nya dengan pelan.

Dan berusaha untuk Benar-benar tertidur, agar tidak muntah sungguhan, dan membuang kesempatan jiyeon terlelap di bahunya sepanjang perjalanan.

***

Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya mereka berdua sampai di pulau jeju. Walau jiyeon sangat malu saat terbangun di bahu myungsoo, dia tetap menjaga  profesionalitasnya dan kembali menjelaskan rencana kedepannya sembari berjalan ke dermaga.

Dan lihat, Myungsoo. Pria itu sedari tadi hanya tersenyum menanggapi ucapan Jiyeon. Membuat gadis itu menjadi salah tingkah.

"Ada apa dengan mu?  Mengapa kau tersenyum seperti itu? " tanya jiyeon saat senyum Myungsoo semakin lebar.

"Ahh, eumm... Aku hanya sangat terhibur dengan kau yang salah tingkah. "

Jiyeon yang mendengarnya di buat kesal.  Memutar bola mata malas, dia menatap Myungsoo sedemikian tajamnya dan membuat Myungsoo berdehem dan menetralkan kembali wajanya.

"Maaf membuat marah, aku hanya suka dengan kau yang tersipu. Tidak masalah kan?" kalimat terakhir dibisikkan Myungsoo dengan pelan. Dan Jiyeon hanya bisa mendengus.

"Bisakah hentikan rayuanmu?" tungkas jiyeon dengan melipat tangan didada, "kita dalam perjalanan bisnis. Profesional lah sedikit, Tuan."

Myungsoo memajukan bibinya untuk mencibir, "Oke, hanya sedikit kan. Itu bisa di atur."

Seducing Kim Myungsoo (a.k.a TEARS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang