Pertemuan Pertama

668 84 9
                                    

" Hinata.. cepat turun " suara Ka-san memanggil.

" Haaaa..i "

Aku Hinata Hyuga, 16 tahun, kelas 2 sekolah menengah atas.

" Makan yang benar Hinata "

" Gomen "

Pagi ini waktu terasa sangat cepat bagiku.

" Ohayo "

" Ohayo Naruto-kun "

Karna Naruto-kun sudah datang menjemput dan aku tidak ingin membuatnya menunggu lama. Naruto Uzumaki, pria yang mulai berpacaran denganku sejak kemarin. Ya, kami baru berpacaran kemarin. Usai piket kelas dia menyatakan cintanya padaku dan tanpa pikir panjang akupun mengiyakan.

" Hari ini kau ada latihan klub? "

" Iya, ada pertandingan minggu depan jadi setiap hari harus latihan "

" Oh "

" Gomen Hina-chan "

" Iie.."

Itu yang ku suka darinya, dia selalu memikirkan orang lain. Awalnya semua berjalan normal hingga latihan di klub nya menyita waktunya. Menyebalkan.

Sore itu sepulang sekolah usai hujan lebat.

" Kau datang ya di pertandingan ku "

" Tentu " senyumku.

Tiba-tiba ponselnya berdering.

" Moshi-moshi "

Dan dia sibuk bicara dengan orang di telpon itu. Aku hanya diam dan terus berjalan disampingnya.

" Ha-i..aku kesana sekarang "

Wajahnya mendadak pucat pasi.

" Ada apa Naruto-kun? "

" Penjaga gawang kami kecelakaan "

" Apa? "

" Aku harus pergi Hina-chan "

" Hm..pergilah "

" Hina-chan.. gomen aku tidak bisa mengantarmu sampai rumah "

" Jangan pikirkan aku, sekarang kau pergi saja "

" Akan ku telpon nanti malam "

" Hm " anggukku.

Dia berlari meninggalkanku menuju rumah sakit. Sungguh kejadian yang tidak terduga.

" Ubi bakar...ubi bakar... "

Di tengah jalan pulang aku menemukan penjual ubi bakar. Harum ubi bakarnya benar-benar menggodaku.

" Aku mau dua " ucapku.

" Ha-i "

Kepulan asap dari ubi bakar itu menyembul saat aku memotongnya menjadi dua. Kimochi.

Satu buah ubi bakar sudah habis ku lahap. Tinggal satu lagi di tanganku.

" Mungkin ku sisakan untuk Oka-san saja " pikirku.

Aku berhenti sesaat ketika ku lihat seorang anak kecil tengah duduk sendiri di sebuah taman. Apa dia tersesat?

Ku coba melihat sekeliling sebelum akhirnya aku duduk di bangku itu. Tak ada seorangpun di taman ini, itu artinya dia sendirian.

Kalau langsung ku tanya pasti dia takut. Bagaimana ini?

Aku tidak pandai memulai obrolan terutama pada anak-anak karna aku sendiri tidak punya adik!

Aku teringat pada ubi bakar yang ku beli tadi.

" Mau? " tanyaku begitu saja.

Dia hanya diam dan sesekali melirik padaku. Lalu dia mengangguk meski malu.

" A-arigatou " ucapnya.

Kawaii..

Ekspresinya membuatku tersenyum sendiri. Andai aku memiliki seorang adik laki-laki sepertinya.

Perlahan dia mulai melahap potongan ubi itu.

" Kau sendirian? " tanyaku.

Belum sempat dia menjawab seorang pria datang memanggilnya.

" Nii-san "

Oh nii-san nya ya, pikirku.

" Jaa..naa... " ucapku berlalu.

Aku kembali berjalan pulang kerumah. Setibanya dirumah Neji nii-san sudah pulang kuliah.

" Hinata kau bawa apa? "

" Ah ubi bakar, mau? "

" Mochiron "

Ku berikan ubi bakar sisa pada Neji nii-san.

" Hinata ini cuma sepotong "

" Iya separuhnya ku berikan pada anak kecil di taman tadi "

" Kau memberikan sisa orang padaku "

Ku tinggalkan Neji nii-san yang masih ngomel dan naik ke kamar.

" Naruto-kun sudah pulang belum ya " gumamku.

Hari terus berlalu, pertandingan Naruto-kun berjalan lancar. Meski penjaga gawang nya tengah cidera tapi mereka berhasil masuk tingkat wilayah.

Kenaikan kelas pun semakin dekat, lusa adalah pertandingan terakhir Naruto-kun karna saat kelas 3 semua siswa harus berhenti dari kegiatan klub.

Siang itu aku dan beberapa teman di kelas datang pada pertandingan Naruto-kun. Kami semua menyemangati Naruto-kun dan tim nya.

" Ko-no-ha..ju-a-ra.. "

Semua berseru untuk mereka. Tapi sayang, Kamisama berkata lain. Tim Naruto-kun kalah dengan skor 2-3 aku tak tau harus berkata apa padanya. Dia pasti sangat kecewa dengan kekalahan ini.

" Na..Naruto-kun.. "

" Hm..Hina-chan.. " senyumnya.

Aku benar-benar tak pandai bicara untuk sekedar menenangkannya. Ku raih jemarinya dan menggenggamnya erat.

" Dousta Hina-chan? "

Aneh..kenapa aku yang sedih?

Dia lantas memelukku dan sekarang akulah yang ditenangkan olehnya.

" Aku sedih..juga kecewa..itu pasti..tapi ini bukan akhir dari segalanya "

" Gomen " isakku.

" Kau tidak salah Hina-chan "

" Tapi..tapi.. "

" Tenanglah "

Malam itu menjadi malam yang panjang bagi kami.

~Skip~

Love is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang