Tabuh berbunyi, menggemparkan alam sunyi, melepas sepi, suara adzan berkumandang, selang-seling sahutan ayam membangunkanku. Ku buka mataku, kulihat jam menunjukan pukul 04:30, ku kumpulkan semua kesadaranku. Beberapa menit kemudian aku bergegas mengambil air wudhu untuk kemudian menunaikan kewajibanku shalat shubuh.
Hari ini adalah hari minggu, hari dimana setiap paginya aku dan teman-temanku mengikuti kegiatan minggu bersih di lingkungan pondok pesantren dekat rumah.
Kususuri jalan-jalan kecil menuju tempat itu, kulihat hamparan sawah ketika aku keluar dari gang-gang kecil, embun masih menguasai sebagian daerah meski tertinggal sedikit, pancaran mentari mulai dapat menghangati tubuhku.
Kulangkahkan kakiku di gerbang depan pesantren, kulihat sudah mulai ramai orang-orang berlalu lalang melakukan tugasnya masing masing.
Namun aku tertegun saat melihatnya sedang berbincang, bersenda gurau dengan seorang wanita. Cemburu? Entahlah, aku hanya dapat menundukkan kepalaku, dan berjalan melaluinya, berusaha menyembunyikan rasa yang ada saat itu, berusaha menetralkan semuanya, berusaha tersenyum kala dia dan wanita itu menyapa.Aku tahu teman perempuannya tidak hanya satu, yang menyukainya bukan hanya aku, banyak wanita lain yang mengaguminya, mengharapkan cinta tulus darinya. Aku tidak bermaksud untuk melarangnya dekat dengan wanita lain, tidak ada sedikitpun perasaan tidak senang saat melihatnya tertawa dengan wanita lain. Dengan siapapun dia, asalkan dia bahagia, aku ikut bahagia. Namun entahlah, sepertinya hati ini tidak bisa mengerti keinginanku, selalu rasa cemburulah yang hadir disaat melihatnya dengan wanita lain.
Setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku memutuskan untuk pulang lebih cepat dari biasanya. Aku tidak ingin suasana hatiku rusak hanya karena melihatnya dengan wanita lain, aku juga tidak ingin membuat curiga orang lain. Aku bergegas pamitan pada semua temanku dan guru-guruku, termasuk dia.
Sesampainya di rumah, aku mengambil ponselku yang berdering berkali-kali.
Kak Dany : Assalamu’alaikum.. Selamat pagi matahariku
Aku membaca pesan darinya, rasa senang dan kesal keduanya bercampur dalam hati. Dengan sedikit perasaan malas aku membalas pesan darinya.
Agil Adara : Wa’alaikumussalam
Kak Dany : Kenapa buru-buru, gak kaya biasanya. Mau pergi?
Agil Adara : Gapapa cuma pengen pulang aja
Kak Dany : Ohhh.. sekarang lagi ngapain? Udah sarapan?
Agil Adara : Belum, nanti aja
Kak Dany : Sekarang lagi ngapain?
Namun kali ini aku tidak berminat untuk membalas pesan darinya lagi. Aku memutuskan untuk membantu mamah memasak. Aku tidak ingin tersulut emosi, aku tahu bagaimana dinginnya dia menanggapi kesalahpahaman denganku, aku tahu bagaimana ketidakpekaannya ketika aku marah padanya, aku tidak ingin bertengkar dengannya hanya karena prasangka burukku. Tidak lama kemudian, ponselku kembali berdering.
Kak Dany : Ra, lagi ngapain? Kenapa balesnya lama?
Agil Adara : Ara lagi bantuin mamah masak
Kak Dany : Ohh.. emang Ara bisa masak gitu?
Agil Adara : Bisa
Kak Dany : Nanti kapan-kapan Kak Dany mau coba yah masakan Ara
Agil Adara : Hmm..
Kak Dany : Hmm apa?
Agil Adara : Iyah, insyaa Allah
Aku kembali ke dapur dan menyelesaikan pekerjaanku. Setelah semuanya selesai, aku mengambil ponselku. Setiap hari minggu aku pasti akan lebih sibuk memainkan ponselku, hanya sekedar mencari hiburan karena di hari-hari biasa aku akan lebih disibukkan dengan tugas-tugas sekolah. Kulihat ada pesan masuk darinya 15 menit yang lalu, aku segera membukanya.
Kak Dany : Ra, udah selesai belum masaknya?
Agil Adara : Kenapa?
Kak Dany : Gapapa sih, cuma pengen ngobrol aja sama Ara, hehehe
Aku tak tahu apa yang kurasakan kini, ada bahagia dan tak suka yang bercampur menjadi satu. Ingin rasanya membuang rasa itu dan menjadi seorang Adara kembali, namun hatiku tak mengijinkannya.
Agil Adara : Kak Dany
Kak Dany : Udah selesai?
Agil Adara : Udah, Ara boleh gak nanya?
Kak Dany : Nanya apa?
Agil Adara : Kak Dany kayanya lagi seneng yah, tadi aja waktu ngobrol seneng gitu
Kak Dany : Enggak, biasa aja. Ngobrol sama siapa emang?
Dengan ragu dan hati-hati aku mencoba menyampaikan apa yang aku rasakan terhadapnya.
Agil Adara : Kak Fitri, Kak Dany kayanya selalu seneng banget kalau ngobrol berdua sama dia
Kak Dany : Ohhh itu, Kak Dany memang deket sama dia dari dulu, tapi cuma temenan gak lebih
Agil Adara : Ohhh..
Walau rasanya masih terselip rasa yang tak kuinginkan, tapi tidak ada hal lain yang dapat kulakukan untuk menghilangkan rasa itu. Aku sadar siapa aku, aku tidak berhak untuk melarangnya dengan wanita lain. Aku kan hanya sandal jepit, gak punya hak. Sejak pacaran dengannya, baperan jadi salah satu sifatku. Tak lama kemudian ada satu pesan masuk darinya lagi.
Kak Dany : Kenapa emang?
Agil Adara : Gapapa Kak, cuma nanya
Kak Dany : Ara gak suka yah kalo Kak Dany deket sama Kak Fitri? Cemburu? Kak Dany minta maaf yah, Kak Dany gak ada hubungan apa-apa kok sama Kak Fitri, hanya berteman, Kak Dany menghormatinya karena dia anak dari guru Kak Dany juga kan
Agil Adara : Iyah, Ara minta maaf
Kak Dany : Iyah gapapa, Kak Dany juga minta maaf karena bikin Ara cemburu
Agil Adara : Gapapa, Ara yang salah kok, Ara yang baperan
Mungkin aku memang bersalah karena terlalu merasa memilikinya.
"Ayolah Adara.. jangan baperan, terserahlah dia mau ngapain juga, jangan terlalu mikirin dia." ucapku pada diri sendiri.
Dia memang seperti sedikit tertutup kepadaku, menceritakan keluh kesahnya pun sangat jarang, yang dia lakukan hanyalah selalu menemaniku, mendengarkan keluh kesahku, disaat aku merasa sendiri, disaat masalah menghampiriku dialah yang selalu berusaha menghapus semua memori ku tentang masalah itu, dia berikan solusinya, dia hadirkan kembali senyuman di wajahku, dia hadirkan kembali pelangi yang mewarnai hatiku, tanpa pernah menceritakan apa yang dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Nafsu Mengatasnamakan Cinta
SpirituellesCinta adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam, untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah. Cinta itu mestinya membahagiakan, bukan membuatmu sedih...