Jomblo adalah masa di mana kita dapat berteman dengan siapapun tanpa harus selalu menjaga sebuah hati agar tak ada luka atau kecewa yang menghampirinya. Jomblo adalah masa di mana kita harus belajar mengartikan sebuah rasa yang pada hakikatnya adalah anugerah dari-Nya. Jomblo adalah masa di mana kita masih harus belajar untuk memperbaiki dan memantaskan diri umtuk seseorang di sana.
Jomblo adalah masa di mana kita dapat menghabiskan waktu luang hanya dengan keluarga dan teman-teman, tanpa harus menduakan mereka. Dan di sini lah aku kini, menanti seseorang yang entah siapa dan entah kapan akan datang. Terdiam dengan rasa yang entah apa namanya. Tapi yang pasti aku hanya ingin seperti ini sekarang, bahagia dan tersenyum bersama keluarga dan teman-teman.
Fatimah : Aku ke rumah kamu yah
Suara notifikasi pesan itu mengalihkan pandanganku dari buku yang sedang ku baca. Fatimah, nama itu tertera dengan jelas pada notifikasinya. Dengan segera aku membalas pesannya.
Agil Adara : Iyah, sini aja. Ara di kamar, nanti langsung ke kamar aja yah
Fatimah : Oke
Tanpa membalas pesannya lagi, aku mengalihkan fokusku kembali pada buku yang sedang ku baca tadi. Beberapa menit kemudian kudengar mamah memanggilku dari balik pintu kamar.
“Raaa, Fatimah nih.” Teriak mamah dari balik pintu.
“Iyah masuk aja, gak dikunci kok.” Jawabku.
Kudengar suara kenop pintu ditekan, dan kulihat Fatimah dibaliknya dengan seutas senyum.
“Astaghfirullah Ra, sejak kapan kamar kamu kaya kapal pecah gini?” ucapnya ketika melihat ke sekeliling kamarku sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Lebayyy, b aja kali.” Ucapku kembali menatap buku yang ku pegang.
“Lagi ngapain sih Ra? Berantakan banget buku-bukunya.” Tanyanya setelah duduk di atas tempat tidurku.
“Ara lagi ngisi buku pemantapan nih, Ara lupa materi-materi kelas 10 sama 11 makanya Ara buka-buka bukunya lagi.” ucapku tanpa menatapnya.
“Gak bisa apa dirapihin gitu, biasanya kamu paling gak suka kalau buku-buku berantakan.” Tanyanya.
“Gapapa lah sekali-kali, biar lebih gampang juga nyarinya Fat.” Jawabku.
“Lebih gampang gimana sih, berantakan gini. Kenapa gak tanya mbah google aja daripada kaya gini” Ucapnya.
Aku hanya menatapnya sebentar sambil tersenyum menyeringai sebelum akhirnya aku kembali memfokuskan pikiranku pada soal-soal di buku yang kupegang.
“Ra, aku pengen cerita sama kamu.” Ucapnya beberapa menit kemudian.
“Soal Kak Hamzah?” tebakku sambil menatapnya.
Dia hanya menatapku tanpa menjawab pertanyaanku, aku mulai memahami apa yang sedang dipikirkannya. Aku menaruh pensil yang kupegang, dan menghampirinya.
“Kenapa?” tanyaku.
“Aku gak tau Ra, dia tiba-tiba cuek sama aku.” Jawabnya memulai cerita.
“Aku tau kamu lagi sibuk persiapan ujian, aku juga tau kalau sebenernya kamu udah gak mau diribetin sama yang namanya cowok, aku cuma pengen cerita aja kok Ra.” Lanjutnya.
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya, dan kemudian mengangguk kecil sebagai tanda bahwa aku akan mendengarkan ceritanya. Menit-menit berlalu dengan penuh tetesan air mata darinya. Aku terdiam mendengarkan setiap kata yang diucapkannya. Beberapa menit kemudian dia mengakhiri ceritanya dengan tatapan mata sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Nafsu Mengatasnamakan Cinta
EspiritualCinta adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam, untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah. Cinta itu mestinya membahagiakan, bukan membuatmu sedih...