"Wallahu 'alam.. Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakaatu" ucap ustadz saat pengajian selesai.
Para santriwan berhamburan dari dalam madrasah itu, sedangkan para santriwati masih berkumpul dan berbincang bincang satu sama lain saat waktu sudah menunjukkan pukul 21:30.
"Ra pulangnya sama siapa, udah malem berani gak?" tanya Kak Yeni padaku.
"Sendiri Kak, in syaa Allah berani Kak udah biasa kok" jawabku sambil tersenyum.
"Rumahnya Kak Ara tuh di sebelah mana sih?" tanya Imma.
"Deket kok, belok kiri di pertigaan sebelum ke grosir" jawabku.
"Ihh jauh lah Kak kalo ke situ, gelap gak di jalannya?" tanyanya lagi.
"Lumayan, dibeberapa jalan lampunya mati. Tapi yah gapapa" jawabku lagi.
"Gak ada temen gitu pulangnya?" tanya Kak Yeni.
"Paling sama anak-anak TPA besar sih Kak, tapi kalo jam segini udah pada pulang kan" jawabku.
"Paling kalo Kak Dany pulang ke rumahnya, baru deh ada temen, itu juga kalo ketemu" lanjutku.
"Deket sama rumah Kak Dany?" tanya Imma yang dibalas anggukan olehku.
"Pernah pulang bareng?" tanya Kak Yeni.
"Pernah Kak beberapa kali, gak sengaja ketemu di gerbang pondok" jawabku.
Aku tak mengerti apa yang mereka pikirkan dan apa yang akan mereka lakukan saat kulihat mereka saling melempar tatapan jahil dan kekehan kecil.
"Jauhan rumah Kak Ara atau Kak Dany kalo dari sini?" tanya Imma.
"Rumah Ara" jawabku.
"Ohh kalo pulang bareng gitu suka dianterin atau cuma bareng sampe rumah Kak Dany?" tanyanya lagi.
"Kadang dianterin kadang enggak" jawabku.
"Udah ih jangan ngomporin terus, kasian tuh Sarah" ucap Kak Erni tiba-tiba.
Aku yang sudah mulai kemal alias kepo maksimal dengan situasi seperti ini yang berulang kali terjadi, mulai memberanikan diri untuk bertanya.
"Emangnya kenapa sih, kok kalo ngomongin Kak Dany disangkut pautin sama Kak Sarah?" tanyaku.
"Kak Ara gak tau?" tanya Imma.
"Tau apa?" tanyaku bingung.
"Kak Sarah itu udah dijodohin sama Kak Dany dan ..." ucapnya terpotong karna kulihat Kak Sarah segera menutup mulut Imma.
Kulihat Imma terus berontak berusaha melepaskan diri dari sekapan Kak Sarah.
"Dan mereka kan sekarang lagi jalanin proses ta'aruf" timpal Rika.
Deg,
"Ternyata Raeza bener, Kak Dany nerima perjodohan itu" ucapku dalam hati.
"Cieeeeee" ucap semua serentak.
Kulihat Kak Sarah mulai melepaskan sekapannya pada Imma dan mulai pasrah dengan semua rahasianya yang dibongkar santri lain.
"Ohhh, ciee Kak Sarah" ucapku sambil tersenyum menutupi luka yang menyayat hatiku lagi.
"Ih apaan sih, kan baru juga ta'aruf" ucapnya malu-malu.
Aku tersenyum simpul melihat sikap Kak Sarah malam itu yang terlihat malu-malu namun memendam rasa yang kuyakini adalah rasa yang lebih dari sekedar kagum pada Kak Dany. Aku menghembuskan nafas perlahan dan tetap berusaha tersenyum selama perbincangan itu berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Nafsu Mengatasnamakan Cinta
SpiritualCinta adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam, untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah. Cinta itu mestinya membahagiakan, bukan membuatmu sedih...