Aku lelah berpura-pura tersenyum saat hati menjerit,
aku lelah berpura-pura tertawa saat masalah menghimpit,
aku lelah berpura-pura kuat saat tekanan mencekik,
tapi aku bisa apa? Mengeluh tidak akan merubah segalanya,
saat semuanya terasa, setidaknya senyuman mampu membuat perih itu reda.Hari ini, untuk kesekian harinya kamu pergi,
nyatanya aku tak pernah sendiri,
aku pun bisa melewati sepinya hati
meski dengan rindu tak terampuni dan resah yang menyerang hati.
Tapi aku memang sanggup sendiri, berdiri pada kakiku sendiri,
dengan senyuman yang tak pernah terganti.Terimakasih telah mematahkan hatiku,
menjadikan aku kuat, sendiri dengan kemampuanku.
Terimakasih kamu sudah mematahkan hatiku,
karena ternyata ada yang lebih berarti darimu.
Tidak, bukan karena aku sudah menemukan penggantimu,
bahkan berpikir tentang itupun tidak.
Tapi Allah begitu baik padaku, Dia menyembuhkan hatiku,
menjadikanku kuat, menyembuhkan lukaku, dan melipur laraku.
Allah kirimkan teman-teman terbaik yang selalu menemaniku dikala sepi,
teman-teman yang mengertiku dan menjadikanku bahagia.Aku tahu jarak kita kini begitu jauh,
bahkan mungkin aku tak akan pernah bisa lagi menggapaimu.
Tapi tidak ada yang mampu aku lakukan selain menjagamu lewat doa.
Jika suatu hari kamu kebingungan menentukan langkah,
sedangkan aku terlalu fana untuk bisa kamu andalkan,
percayalah, apapun jalan yang kamu ambil,
selama itu yang terbaik untukmu, aku di sini akan tetap tersenyum,
memberikan semangat melalui setiap permintaanku pada Rabb-ku.Terimakasih untuk cerita yang pernah kau bagikan
Terimakasih pernah menemani dikala aku sendiri
Terimakasih pernah mengurangi rasa sakitku
Terimakasih pernah membuatku khawatir ketika kau menghilang
Terimakasih pernah membuatku selalu tersenyum
Terimakasih pernah memahami apa yang menjadi inginku
Terimakasih pernah menjadi pendengar setiaku
Terimakasih pernah menjadi penyemangat saat aku jatuh
Terimakasih atas hal-hal baru yang pernah kau ajarkan
Terimakasih atas rasa yang pernah membuatku melayang
Terimakasih atas sikapmu yang membuatku mengerti akan arti kesabaran
Terimakasih atas waktu yang pernah membuatmu hadir di dalam hidupku
Terimakasih atas kenangan yang kini menjadi batas memoriku
Terimakasih pernah menjadi tokoh utamaku dalam menulis sebuah kisahMaaf karena kini aku telah lelah memikirkanmu
Aku lelah merindukanmu, lagi dan lagi
Terkadang aku menyesal pernah bertemu kamu, mengenal kamu
Terkadang aku ingin bertanya, apakah cinta bisa membuat aku sesakit ini?Andai saja aku boleh memilih
Andai saja aku bisa mengembalikan waktu
Aku tidak ingin mengenalmu lebih dalam jika pada akhirnya aku harus kecewa karenamuTapi bagaimanapun juga, kamu pernah hadir menjadi bahagiaku
Menjadi alasan mengapa aku selalu tersenyum
Menjadi alasan aku mengenal tentang cintaEntahlah, aku tak mengerti tentang hatiku sendiri
Tapi kini aku hanya ingin menjadikanmu memori indahku
Mengenangmu sebagai sosok yang pernah dan akan selalu membuatku tersenyum
Aku hanya ingin menjadikanmu sebagai guru terbaikkuAku melipat surat yang telah kutulis itu, memasukkannya pada amplop hitam yang sudah kubuat sebelumnya dan menaruh surat itu pada laci mejaku.
“Sampai kapan mau disimpen di situ? Gak akan dikasihin ke orangnya?” tanya seseorang di belakangku.
Aku terkejut mendengar pertanyaan itu, aku membalikkan badanku dengan cepat, kulihat Fatimah tengah berdiri memperhatikanku.
“Astaghfirullah Fat, sejak kapan kamu di situ?” ucapku sambil duduk di atas tempat tidur.
“Dari tadi.” Ucapnya setelah duduk di sampingku.
“Cara move on nya kamu kaya gini?” tanyanya yang dibalas senyuman olehku.
“Ara selalu ngerasa tenang kalau Ara udah ngeluapin semua yang Ara rasakan, yahh selain doa Ara juga tenang kalau udah nulis-nulis surat kaya gitu Fat.” Ucapku sambil tersenyum.
“Kenapa kamu gak ngomong langsung ke Kak Dany aja sih?” tanyanya lagi.
“Udah kok waktu itu” Jawabku santai.
“Terus jawaban dia?” tanyanya lagi.
“Ohhh.” Jawabku menirukan gaya Kak Dany.
“Jawabannya kaya gitu?” tanyanya lagi dan dibalas anggukan olehku.
“Tapi gapapa Fat, dia mau dengerin Ara aja udah alhamdulillah kok, yang penting Ara udah ngomong.” Ucapku sambil tersenyum.
"Ya gak bisa gitu dong" ucapnya tak terima.
“Udahlah Fat, gapapa kok, Ara kan wanita tangguh. Lagipula sekarang ini Ara udah gak terlalu gimana gitu, Ara kira Ara akan sulit untuk ngelupain dia tapi Allah baik banget sama Ara, Fat. Allah buat Ara lebih mudah melupakannya, meskipun Ara sering kangen sama dia, tapi yah gak kaya dulu lah, udah mulai biasa.” Jawabku tanpa menghilangkan senyuman.
“Yakin udah move on? Nanti denger dia mau nikah nangis lagi.” ucapnya sambil menyenggol pelan lenganku dan dibalas tawaan olehku.
“Insyaa Allah gak akan Fat. Hidup ini kan sebenarnya sederhana, cuma kitanya aja yang suka bikin ribet, ya gak?” ucapku yang dibalas anggukan olehnya.
“Kalau dia pergi dan tak kembali, maka sederhana saja, berarti dia bukan jodohnya Ara.” Ucapku sambil tersenyum.
“Iyah, semangat Ra.” Ucapnya dan dibalas senyuman olehku.
Kuharap, setelah ini tidak akan ada lagi memori tentangmu yang menghampiri pikiranku. Tidak akan ada lagi rindu yang mengatasnamakan dirimu. Kalaupun aku harus merindukanmu, mengingatmu kembali, semoga hal itu tidak akan berlangsung lama dan tak akan mampu merobohkan pertahananku.
Aku tak ingin mengingatmu sebagai seseorang yang pernah kutulis dalam kisahku, aku tak ingin merindukanmu sebagai seseorang yang pernah selalu membuatku ingin bertemu denganmu. Namun, aku hanya ingin mengingatmu dan merindukanmu sebagai seseorang yang pernah mengajarkanku tentang ketulusan, kesabaran dan betapa pentingnya sebuah senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Nafsu Mengatasnamakan Cinta
SpiritualCinta adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam, untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah. Cinta itu mestinya membahagiakan, bukan membuatmu sedih...