#19

592 16 0
                                    

“Apa sih Za, kamu tuh ih.” Ucapku kesal.

“Main hp mulu, kalau kamu nya main hp terus ngapain aku ke sini?” ucapnya sambil mengambil handphone ku.

“Mending liat video yang ngaji.” lanjutnya sambil mengetik sesuatu pada ponselku.

Aku hanya masih diam terpaku melihatnya. Dia yang melihatku seperti itu langsung menunjukkan sebuah video anak kecil yang sedang membaca Al-Qur’an dengan suara yang sangat merdu.

“Liat tuh, masa kamu kalah sama anak kecil.” Ucapnya sambil menyenggolku pelan.

“Aku juga kan lagi belajar Za.” Ucapku cemberut.

“Hehehe.., jelek ih cemberut gitu.” Ucapnya.

“Senyum Gil..” lanjutnya.

“Iyah..” ucapku sambil tersenyum simpul.

“Nah gitu, kan cantik.” Ucapnya yang dibalas dengan senyumanku.

“Uhhh.., idungnya jatuh tuh.” Ucapnya lagi sambil tertawa kecil.

“Apa, enggak juga.” jawabku sambil memegang hidung.

“Ngaji yu?” ucapnya.

“Ngaji apa?” tanyaku.

“Menurut kamu, kalo ngaji kira-kira ngaji apa?” tanyanya dengan mengangkat salah satu alis.

“Bukan gitu, maksudnya mau belajar Al-Qur’an atau kitab?” jawabku.

“Ohh kitab aja deh.” Ucapnya.

“Oke bentar, Ara bawa dulu kitabnya.” Lanjutku.

Selain hanya saling berbagi kisah, saling menyampaikan keluh kesah mengenai tugas-tugas sekolah, dan hal-hal lain yang sekiranya selalu membuat hati gelisah, dia juga sering mengajarkanku mengaji, baik membaca Al-Qur’an ataupun kitab yang sudah mulai dapat dikuasainya.

Sejak acara pementasan seni itu selesai tekadku semakin bulat, aku tak ingin memikirkan seseorang yang belum tentu dia memikirkanku juga, aku tak ingin bersedih untuk seseorang yang tak peduli atas kesedihanku. Yah ku kira sudah cukup sampai saat ini, aku hanya ingin percaya padanya juga pada-Nya, bahwa semuanya akan baik-baik saja dan akan segera kembali seperti semula.

Aku hanya ingin kembali bahagia, aku hanya tidak ingin merasa dikecewakan oleh Kak Dany, aku hanya ingin menghapus semua prasangka burukku tentangnya, aku hanya ingin melupakan masalah perjodohannya dengan Kak Sarah, aku hanya ingin mencoba menerima semua keadaan ini, aku hanya ingin sejenak melupakan tentang hubungan yang penuh ketidakpastian antara aku dengannya, aku hanya ingin kembali merasakan bahagia, aku hanya ingin kembali menjadi seorang Agil Arsyi Adara yang selalu tersenyum dan selalu merasa sangat bahagia.

“Za, belajar baca Al-Qur’an aja yah. Ara pengen belajar makhraj yang bener.” Ucapku sambil duduk menghadapnya dengan Al-Qur’an yang kubawa.

“Ya udah, kamu udah wudhu?” tanyanya.

“Udah, kamu wudhu dulu gih.”

“Ya udah ayo.”

“Sendiri aja ah, udah pw nih" jawabku.

“Oncom” Ucapnya sambil melangkah pergi meninggalkanku di ruang tamu.

Beberapa menit kemudian dia kembali menghampiriku. Dia menyuruhku membuka surat Al-Fatihah. Bukan mengikuti arahannya aku malah hanya terus menatapnya tak henti-henti. Dia yang menyadari tatapanku, kemudian melirikku dan tersenyum.

“Jangan ngeliatin aku terus kaya gitu Gil, nanti kamu jatuh cinta sama aku.” Ucapnya.

“Ihhh.. jangan terlalu kepedean gitu kali Za.” Jawabku sambil mengikuti arahannya yang tadi kuabaikan.

Saat Nafsu Mengatasnamakan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang