#7

1.6K 26 0
                                    

Kak Dany   : Ra, lusa Kak Dany mau ke Banten

Agil Adara : Ngapain  ke Banten?

Kak Dany   : Mau ikut ziarah, emangnya Ara gak tau PonPes ngadain ziarah ke Banten

Agil Adara : Ohh itu, tau

Kak Dany   : Iyah, Ara gak ikut? Kenapa?

Agil Adara : Sebenernya Ara pengen ikut, tapi mamah gak ngasih ijin, soalnya Ara kan gak pernah pergi jauh-jauh tanpa mamah, kebetulan juga ada acara keluarga Kak

Kak Dany   : Ahhhh...., kan ada Kak Dany, Ara gak bakal sendirian, santri-santri aliyah nya juga ikut

Agil Adara : Kak Dany memang ada, tapi pasti Kak Dany bakal sama temen-temennya Kak Dany, Kak Dany gak mungkin bakal nemenin Ara terus. Kalau bareng sama santri aliyah, Ara malu, Ara kan gak terlalu kenal sama mereka

Kak Dany   : Iya juga sih. Ya udah kalau gitu Ara mau oleh-oleh apa?

Agil Adara : Gak usah Kak

Kak Dany   : Ihh kenapa?

Agil Adara : Gapapa

Kak Dany   : Ya udah, tidur gih! Udah malem

Agil Adara : Iyah, Ara tidur duluan yah. Wassalamu’alaikum

Tidak seperti malam-malam biasanya, malam ini aku langsung mengikuti perintahnya untuk segera tidur. Padahal biasanya aku akan mencari-cari alasan untuk bisa lebih lama berbicara dengannya, meski hanya sekadar melalui ponsel.

Ku coba pejamkan mata, berharap Allah akan memberiku kesempatan untuk bertemu dengannya, mengungkapkan semua yang aku rasakan padanya meski hanya sekadar dalam mimpi.

Setiap malam, kulihat gugusan bintang bertebaran, kalaulah aku malaikat, aku ingin merangkai satu persatu cahaya agar terbentuk wajahnya, aku selalu berharap pada Allah agar aku dapat bertemu dengannya, berbincang dengannya, mencurahkan keluh kesahku padanya, menunjukkan betapa bahagianya aku dapat memiliki cinta darinya, meski itu semua hanya dalam mimpi.

Waktu terus bergulir, hari silih berganti. Hari ini dia akan pergi ke Banten, aku tahu dia pergi bukan untuk meninggalkanku, dia pergi untuk sekadar berziarah, itu pun tidak akan lama, hanya satu hari satu malam. Tapi rasanya aku takut, aku takut jika dia tidak akan kembali.

Langit seolah tahu bagaimana hatiku saat ini, ia seolah menggambarkan hatiku malam ini, tidak ada cahaya bulan atau taburan bintang untuk menemaniku malam ini. Tepat pukul delapan malam dia menghubungiku, ku ambil ponsel ketika berdering, ku baringkan tubuhku pada tempat tidur.

Kak Dany   : Assalamu’alaikum.., Ra sebentar lagi bus nya pergi. Doa in Kak Dany yah supaya semuanya lancar, Kak Dany pulang selamat ke Bandung

Agil Adara : Wa’alaikumussalam.., iyah Kak. Ara pasti doakan Kak Dany semoga selamat sampai tujuan juga selamat kembali ke sini

Kak Dany   : Ara mau titip oleh-oleh apa?

Agil Adara : Enggak usah Kak, makasih. Ara gak mau apa apa

Kak Dany   : Yakin?

Agil Adara : Iyah

Kak Dany   : Tapi Kak Dany pengen ngasih sesuatu buat Ara

Agil Adara : Kak Dany kan udah ngasih Ara gelang kesayangannya Kak Dany

Kak Dany   : Itu kan hadiah ulang tahun, sejak kita jadian Kak Dany kan belum pernah kasih Ara apa-apa

Agil Adara : Gak usah Kak, gapapa, makasih

Saat Nafsu Mengatasnamakan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang