Mengembalikan gelangnya ternyata bukanlah solusi yang tepat, nyatanya hingga saat ini aku masih menjalin hubungan dengannya, masih menjalin komitmen pacaran, entahlah rasanya aku tidak bisa menjauh darinya. Setiap kali kucoba untuk menjauh darinya, hatiku terus berontak, ia seolah tidak terima akan jarak yang sengaja aku buat.
Satu persatu masalah terus berdatangan, angin seakan tidak pernah menyerah untuk mencoba merobohkan bangunan kasihku dengannya. Mereka datang silih berganti mencoba mencari-cari celah keraguanku atas cintanya.
Lebih dari satu tahun aku menjalin kasih dengannya, tapi baru kali ini aku merasa benar benar kecewa, aku merasa diragukan, benteng keyakinanku seolah roboh detik itu juga.
Dinginnya udara pagi yang menusuk kulitku, membuatku kembali menarik selimut setelah selesai sholat shubuh. Aku kembali melihat ponselku, memastikan akan adanya pesan yang dikirimnya padaku. Dua hari ini, dia tidak menghubungiku sama sekali, aku tahu dia sedang sibuk menyelesaikan tugas akhirnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas di Bandung.
Tapi dia tidak seperti saat ini, aku mengenalnya, dia akan menyempatkan diri untuk menghubungiku meski hanya sekedar mengirimkan foto pemandangan yang sengaja diambilnya di tempat dia berada.
Seorang perempuan berjilbab hitam yang sedang menggendong bayi, dan disampingnya seorang laki laki berkemeja biru tengah menciumi bayi itu, seperti sebuah keluarga kecil bahagia. Begitulah gambaran sebuah foto yang menandai dia pagi itu, foto yang menyambut pagi ku hari ini saat baru saja aku membuka sosial media.
Kupandangi foto itu beberapa saat, memastikan siapa laki-laki itu, memastikan bahwa penglihatanku kali ini adalah salah. Tapi penglihatanku tidak salah, aku mengenali postur tubuhnya, aku mengenali kemeja yang dikenakan laki-laki itu.
“Astaghfirullah.." gumamku dalam batin.
Pikiran negatif tentangnya terus membayangiku pagi itu, hari itu semua yang ku kerjakan tidak jauh dari pikiran tentangnya dan perempuan itu. Semuanya terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan.
Cemburu? Mungkin iyah, aku cemburu karena dia selalu bersikap berbeda terhadapku dan perempuan lain. Dia selalu bersikap seakan menjauh dan tak jarang seperti tidak mengenalku ketika dihadapan orang lain, tapi terhadap wanita lain dia bisa bersikap begitu dekat dengan mereka.
Semua kejadian yang kualami akhir-akhir ini, seperti ingin membuatku dapat berpisah dengannya. Terkadang aku ingin mengakhiri semuanya agar tidak ada lagi perasaan tersakiti atau cemburu atau pikiran-pikiran buruk tentangnya.
Selang beberapa jam aku mencoba mencari kembali postingan foto itu. Entah apa yang akan kulakukan, tapi yang jelas aku masih berharap bahwa laki-laki itu bukanlah Kak Dany, aku berharap agar apa yang kulihat tadi hanyalah sebuah mimpi, hanyalah sebuah khayalan buruk yang berasal dari rasa rinduku kepadanya.
Aku mencoba mencari foto itu, melihatnya kembali, namun foto itu tetaplah ada, laki-laki di foto itu tetaplah orang yang sama. Ini bukanlah sebuah mimpi, laki-laki itu memanglah Kak Dany.
Kecewa? Mungkin, tapi apa hak ku untuk kecewa karena foto itu? Apa hak ku untuk melarangnya dengan wanita lain? Dia bukanlah kakak ku, dia bukanlah suamiku, dia hanyalah sebatas orang yang aku kagumi dan kini aku mulai menyayanginya.
Berhari hari bahkan berminggu minggu dan berbulan bulan aku menanti penjelasan darinya tentang foto itu, tapi tak ada satu patah kata pun yang terlontar darinya untuk sebuah penjelasan foto itu. Bahkan saat aku bertanya tentang hal itu dia hanya menjawab "bukan siapa siapa kok cuma temen", Allah aku kecewa.
Tak pernah kusangka ternyata kekuatan hatiku hanya seperti ini, hanya karena sebuah foto tapi rasanya seperti dihancurkan oleh bom, kurasa semuanya hancur luluh lantah seketika. Padahal, siapa dia? Mengapa dia berani membuatku terlihat rapuh? Mengapa dia berani membuatku merasa dikecewakan? Ada cinta dan benci yang mulai kurasakan saat itu, tapi siapa dia? Dia tak berhak menjadi cinta dan benci yang harus kurasakan dalam waktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Nafsu Mengatasnamakan Cinta
SpiritualCinta adalah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam, untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan diridhoi Allah. Cinta itu mestinya membahagiakan, bukan membuatmu sedih...