Prolog

2.9K 65 0
                                    

Bolehkah aku menangis saat aku merasa terluka? bolehkah aku menangis saat aku merasa kecewa? dan bolehkah aku menangis saat semesta meninggakanku?
Tapi aku takut, takut terlihat seperti gadis lemah saat meneteskan air dari mataku, aku tidak mau dianggap gadis lemah yang tidak bisa menahan air mata. Aku takut.

_Lesia

Kamu boleh menangis semaumu, kamu boleh menangis seperti yang kamu inginkan. Karena yang aku tahu, kamu adalah gadis kuat, kamu adalah gadis yang selalu menampakkan wajah galak, dan aku suka. Aku yang akan membuat senyummu terbit kembali setelah kamu menangis.

_Untuk Lesia.

"Lesia, dipanggil sama Bu Dela. Katanya nilai matematika lo paling kecil," ucap seorang cowok bertubuh tinggi, dengan posisi masih berdiri di depan bangku seorang perempuan yang tertunduk, menyimpan kepalanya di meja dengan kedua tangannya dilipat menutupi kepala.


Cowok itu mengernyit melihat cewek itu yang tidak ada pergerakan sedikit pun. Ia sedikit mendongkak untuk melihat penyebabnya.

Pantesan, ya nggak bakal dengarlah.

Dengan kesal cowok itu menarik paksa benda yang menempel di telinga cewek itu. Membuat cewek berambut sebahu mengangkat kepalanya, mata sinisnya menatap cowok yang masih berdiri depannya.

"Ganggu."

Cowok itu menghela napas panjang. "Kalo bukan karena Bu Dela, nggak bakal gue ngomong sama cewek es kayak lo."

"Lha, ngapain Bu Dela manggil gue? Murid kesayangannya 'kan, elo." Cewek itu menatap ponselnya lalu mematikan lagu yang sedang ia putar tadi.

"Nilai lo kecil lagi." Cowok itu kembali ke bangkunya, tepat di belakang cewek yang kini mulai merapikan rambutnya, "makannya belajar."

Cewek itu mendelik ke arah cowok di belakangnya.

Ia menghela napas berat, lagi-lagi nilai matematikanya menurun, bukan, bukan karena ia tidak bisa. Melainkan ia tidak mau belajar dan sangat-sangat tidak menyukai pelajaran itu. Jika saja ia bisa terbebas dari pelajaran matematika, mungkin sekolahnya akan tenang-tenang saja.

"Nggak perlu ngingetin." Cewek itu menyimpan earphonenya di kolong meja lalu berdiri merapikan seragamnya.

"Tck, lo itu kenapa sih jutek banget jadi cewek?" Cowok bermata tajam itu mengerutkan keningnya.

"Penting gue jawab?" Cewek itu memutar bola matanya malas.

Ini adalah pertanyaan yang selalu ia dapatkan darinya. Entah kenapa cowok bermata tajam itu selalu ingin tahu urusannya.

"Ya udah sana, lo perbaiki itu nilai. Kalo bisa lebih tinggi dari gue," ucapnya tersenyum membanggakan membuat cewek berambut pendek itu lagi-lagi mendelik.

Sombong banget ini cowok

Pantas saja jika cowok itu berkata demikian, karena nyatanya dia selalu mendapatkan nilai yang membuat guru matematikanya itu tersenyum bangga, bahkan menjadikan murid kesayangannya. Cewek itu selalu memaki dalam hatinya karena dia tidak pernah mau bagi-bagi kepintarannya.

Serakah

"Dasar kalkulator berjalan." Cewek itu dengan cepat berlari sebelum mendapatkan tatapan tajamnya.

"Es batu," teriak cowok itu kesal.

___

Juli 2018


Yuhuuuu maapkeun prolognya agak gaje, aku butuh kritsar kalian. Silahkan berkomentar.

Boleh follow Ig aku : levisopiyatii

Oh iya, makasih banget buat temen aku yg udah editin covernya.

Sekarang Desember 2021

Teman Kelas New Version
Bakal aku ubah beberapa, jadi nikmatin aja ya makasih heheh

Teman Kelas (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang