20 || Jadi Penonton

358 19 0
                                    


Sandi terus saja merutuki diri, menyesali perbuatannya tadi saat istirahat pertama. Ia melirik cewek yang kini berjalan riang ke arah kantin sekolah, cowok itu agak mendecak pelan.

Ia tadi sedang mengobrol dengan Diana, si adik kelasnya yang dari pertama masuk sekolah ini sudah mengejarnya, sialnya dia ternyata adalah tetangga barunya, sampai membuat Sandi frustasi sendiri cewek itu sering sengaja mampir ke rumahnya, dengan alasan membagikan makanan yang di buat mamanya.

Harusnya pulang sekolah ini dia masih bisa santai atau sekedar menunggu di kelas untuk latihan futsal nanti, tapi nyatanya tidak. Lesia yang ternyata memiliki otak licik malah mengajaknya ke tempat ini, berduaan lagi.

Kenapa sih harus cewek itu?

"San, gapapa gue mah mie instan aja, tapi pake baso, sosis sama pangsit, laper banget," ucap Lesia mulai mengintari sekitar, mencari tempat duduk.

Sandi hanya bergumam pelan, mengikuti Lesia yang berjalan pada meja kedua dekat kasir.

"Ck, selesai ini, udah ya, Chi. Gue mau latihan," ucap Sandi menatap cewek itu yang masih menunduk pada hape.

"Sebenarnya gue mau ini, tapi gapapa sih," ucapnya menunjukkan hape, membuat Sandi menatap gambar di layar hape cewek itu.

Cowok itu agak mendelik. "Ayam katsu mahal, Chi, gue nggak bawa uang," ucapnya merasa tak menyangka, "ck, gue kira elo tuh beda sama sejenis Dewi, Arsy, ternyata sama aja elo ah."

Lesia jadi mencuatkan bibir. "Iya gapapa gue bilang, kan cuma ngomong doang," katanya santai kembali membuka hape, "tapi jangan salahin gue kalo Dewi tau."

"Dih uler," dengus Sandi, "minumnya teh manis aja, nggak usah aneh-aneh."

Lesia mencibir pelan. "Harga diri elo murah banget ya, cuma sebatas teh manis sama mie instan."

Sandi mendelik, lalu mendecak pelan mengacak rambutnya. "Iya nanti gue kirim ke rumah elo, tapi janji elo nggak bilang siapa-siapa."

Lesia jadi menoleh, kini tertawa membuat Sandi mendelik lagi. "Santai sama gue, takut bener lo."

"Gue nggak mau dia tau," ucap Sandi mengambil minumnya.

Lesia mengangguk saja, mulai berdiri melangkah mengambil pesanan tadi dengan cepat, lalu kembali duduk di depan cowok itu yang masih diam menatap ke bawah, pada hapenya.

"Sejak kapan, San?" tanya Lesia disela-sela makannya, ia sempat melirik Sandi yang beberapakali berdecak.

Sandi mengangkat wajah. Menatap Lesia yang masih santai melahap makanan hasil malak darinya.

"Apa?" tanyanya jadi sewot, "nggak usah dibahas, anggep lo nggak pernah denger apapun."

Lesia tersenyum lagi, mengingat betapa kagetnya cowok ini tadi. Ia juga sebenarnya sangat kaget mendengar perkataan keduanya di depan UKS, apalagi sikap cowok itu yang sangat bertolak belakang, Sandi tidak pernah menunjukkan apapun, malah sebaliknya, ia tidak pernah bisa akur dengan Ridha, bagaimana bisa semua orang mengira ini? Sandi benar-benar hebat dalam menutupi perasaannya.

Jadi selama ini, Sandi menyimpan perasaannya sendiri.

"Sakit banget, ya, San?" ucap cewek itu lagi, dengan garis wajah yang berbeda dari sebelumnya, agak serius.

Teman Kelas (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang