"Bolanya lempar sini!"Teriakan lantang seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan sorot mata menajam menatap bola yang kini dilemparkan padanya. Tangannya sudah berkali-kali memantulkan bola lalu memasukannya pada ring basket dengan satu kali loncatan.
Latihan basket sudah dimulai tiga puluh menit lalu, sang ketua dan kapten basket tak hentinya menjelaskan permainan, lalu mencontohkannya berulang kali.
Rigel Antares, selaku kapten basket sudah dari tadi memasukan bola berkali-kali dengan sang ketua basket, Rafa Harsya.
Apalagi sekarang ada banyak anggota baru dari kelas XI yang artinya mereka harus memulai dari awal lagi."Nanti kalian bisa latihan mendribble bola, jangan takut, kalian pasti bisa," ucap Rigel tersenyum ramah menampilkan deretan giginya yang rapi.
Rafa di samping cowok itu hanya mengangguk menyetujui, membiarkan sang kapten berbicara mewakilinya.
Dari kejauhan cewek berambut sebahu yang kini diikat, masih tak mau berkedip memerhatikan Rafa, sesekali cewek itu tersenyum saat entah sengaja atau tidak Rafa menoleh ke arahnya membuat cewek itu menaikkan kedua jempolnya sambil terseru.
Lesia menegakkan badannya saat cowok itu berlari ke arahnya, meninggalkan bolanya begitu saja. Cewek itu berdehem, mencoba tenang menatap Rafa yang kini sudah berdiri di depannya.
"Kok udahan?" tanya Lesia menaikkan satu alisnya.
Rafa menipiskan bibir. "Cape tau," katanya pelan yang membuat Lesia harus menahan diri untuk tidak menghapus keringat yang bercucuran di wajah cowok itu.
"Ah iya, aku nggak bawa minum," kata Lesia tersenyum canggung.
Rafa tertawa pelan. "Santai, aku nggak minta kok."
Lesia sempat membelalak mendengar jawaban Rafa yang tak disangkanya. "Bukan gitu," katanya tersenyum tipis, "kan biasanya kalo cowok abis main terus dikasih minum sama ceweknya," katanya tanpa sadar, yang membuat Rafa mengerutkan keningnya.
Lesia diam sebentar menyadari ucapannya tadi salah. "Eu—maksud aku, sebagai anggota yang menghormati ketua, aku harus kasih kak Rafa minum," katanya bergerak gelisah, "aku ke kantin dulu deh mau beli minum."
Lesia membalikkan badannya, menepuk mulutnya merasa bodoh sendiri yang membuat Rafa tertawa lepas, kini jadi menarik tangan cewek itu membuat Lesia kembali berbalik menatapnya.
"Nggak usah, aku udah ada di tas kok," ucap Rafa tenang, menatap Lesia masih dengan senyumannya. "Kalo mau kasih penghormatan buat aku, kayaknya cukup ikut aku nanti sore deh."
Lesia menoleh."ke mana?"
"Kamu baca grup kan?" tanya Rafa menaikan alisnya masih menatap Lesia yang kini menggeleng dengan senyuman canggung membuat Rafa menghela napas merasa gemas.
"Kita ada tanding persahabatan sama sekolah depan," ucap Rafa mengacak gemas rambut cewek itu.
"Woy, latihan cepet, malah pacaran," teriak cewek berambut panjang dengan tawa menggoda, melempar bola pada Rafa yang dengan sigap menangkapnya.
"Sirik lu Ser," ucap Rafa mencibir pelan, menoleh kembali pada Lesia, "berangkat sama aku nanti," katanya, sambil berlari ke tengah lapang.
Lesia hanya mengangguk pelan dengan senyum tertahan, menggigit bibirnya menahan perasaan menggebu yang sejak tadi ia rasakan.
Rafa terlalu manis untuk hati Lesia yang begitu lemah.
🏀 🏀
Lesia sudah berdiri di parkiran motor di bawah pohon mangga agar tidak terlalu kepanasan. Sore ini, seperti janjinya tadi ada pertandingan di sekolah depan. Cewek itu sudah berdecak, menatap layar hapenya yang memunculkan wajahnya dengan berbagai ekspresi. Lalu terkekeh pelan melihat hasilnya, dengan bando kelinci di atas kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kelas (NEW VERSION)
Teen FictionHanya tentang kisah anak-anak remaja tanggung di Sekolah SMA Taruna Jaya. _____________ "Gue nggak akan minta lo jadi pacar gue, tapi gue akan selalu berusaha untuk tetap mencintai lo, selamanya."