11 || Pembicaraan di atap

453 18 0
                                    

"Raka, gue bisa jelasin soal tadi."


Lesia berdecak. Lalu membuang napasnya kasar menatap jalanan luar sekolah dari atap.

"Dari kemarain gue lagi kesel sama dia." Lesia menghela napasnya, sementara cowok di depannya itu hanya mengangguk saja, mendengarkan.

"Kenapa?" tanya Raka hati-hati, menaikkan satu alisnya mencoba memahami perasaan cewek itu.

Lesia menggigit bibir dalamnya pelan, lalu sedikit maju untuk duduk di bangku ujung diikuti Raka yang juga mendudukkan diri, membuat keduanya duduk bersampingan saling menatap ke depan.

"Lo jangan marah, ya," kata Lesia tiba-tiba, lalu memejamkan matanya dengan dahi mengerut, kini membalikkan badannya membelakangi Raka yang menatap aneh cewek itu, "kemarin gue bilang lagi deket sama elo."

Raka mengerutkan keningnya semakin tak mengerti dengan ucapan cewek di sampingnya kini. Cowok itu malah menarik kedua bahu Lesia menyuruhnya kembali menghadap ke arahnya.

"Maksud lo gimana sih? Coba pelan-pelan," katanya mencoba tenang.

Lesia mendengus. "Kemarin gue diajak nonton tanding basket sama Kak Rafa, terus di sana gue ketemu sama cewek yang ngakunya lagi deket sama Rafa."

Raka mengerjap. "Terus kenapa elo bawa-bawa gue?"

"Dengerin dulu," sahut Lesia jadi sewot, "kemarin gue dilabrak, elo tau nggak rasanya dilabrak di sekolah orang gimana?" tanya cewek itu memajukan bibirnya kesal dengan Raka yang mencoba menormalkan wajahnya.

"Mana gue sendirian lagi waktu itu."

"Jadi lo nelpon gue?" tanya Raka mengangguk mulai mengerti.

"Kayaknya gue kepencet mau kirim balesan," jawab Lesia jadi mendongkak memandangi langit, "lo kemarin denger nggak?"

"Enggak."

Lesia mengangguk lagi. "Bagus."

"Terus? Elo digimanain? Nggak diapa-apain kan?" tanya cowok itu tak sadar sudah memegang bahu Lesia membuat cewek itu melotot kaget.

"Enggak diapa-apain, Raka, jangan pegang-pegang ih," kata Lesia menarik diri, menepuk lengan Raka pelan membuat cowok itu jadi menjauhkan tangannya.

"Terus gimana?" tanyanya kembali menatap ke depan.

"Ya nggak gimana-gimana, gue cuma mau bilang itu aja," kata Lesia menaikkan bahunya.

Raka menaikkan satu alisnya. "Aneh," katanya melengos, "elo nggak mau bilang ke Rafa udah dilabrak sama cewek itu?"

Lesia diam beberapa saat, lalu menggeleng pelan. "Gue nggak mau ribet, ntar masalahnya jadi panjang," ucapnya.

"Terus sekarang lo mau apa, diem aja?" tanya Raka jadi bingung sendiri.

"Gue mau menjauh," ucap Lesia dengan berat hati, menghela napasnya mencoba menguatkan diri.

Ia sudah lelah dengan drama ini. Lagi pula dari dulu Lesia hanya mengagumi Rafa saja, sudah melihatnya dari kejauhan ia senang, tidak berharap lebih apalagi sampai bisa sedekat ini.

Ia memilih berhenti. Kembali seperti semula.

Raka hanya bergumam pelan, melirik cewek di sampingnya dengan tangan yang ia kepalkan menahan untuk tidak mengusap kepala Lesia, ingin menenangkan cewek itu juga.

Tetapi, ini tidak boleh terjadi.

"Gue yang bilang ke Rafa?" tanya Raka.

Lesia langsung menoleh. "Ck, jangan aneh-aneh deh," ucapnya jadi sewot.

Teman Kelas (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang