Kelas 11 IPS 3 pagi itu sibuk ke sana kemari menata mejanya untuk pameran hari ini, mereka mengambil tema karya seni home made yang dibuat oleh tangan, seperti vas bunga milik Yasmin, figura buatan Jeri rangkaian bunga buatan Lesia, lukisan gambar wanita buatan Naya di papan kecil, juga beberapa quote yang ditulis Arsy, Ridha dan Alia di kertas karton yang ditempel pada sebuah papan kecil.
Lesia berdiri di samping Alia yang sibuk membaca tulisannya dengan Arsy yang dibuat semalaman, katanya kemarin mereka langsung pulang ke rumah Alia, menyiapkan beberapa keperluan dengan anak laki-laki yang sudah ditugaskan, diantaranya Fardan, Hilmi yang maksa ikut dan Jidan yang dipaksa Elvira agar cowok itu tidak diam saja.
Sementara Sandi, Nandi, dan Edrik mempersiapkan meja mereka harus dihias seperti apa. Diikuti Andri yang hanya bertugas memotret momen mereka, yang lainnya sibuk membuat persiapan seperti Lesia, Raka, Yasmin, Rika, Naya dan Jeri.
Dewi, Edrik dan Regi karena mereka menjadi bagian seksi acara di OSIS, jadi tidak terlalu sibuk di kelas.
Elvira dan Susan juga jadi sibuk mempersiapkan penampilan mereka nanti.
Mendadak. Kelas 11 IPS 3 berpencar begini.
Lesia menghela napasnya, lalu menyuruh teman-temannya untuk tidak berkerumun di sana, karena semua sudah selesai. Jadi bisa ditinggalkan saja, mereka juga harus melihat karya dari kelas lain dan menilainya dengan kertas berbentuk bintang yang sudah disiapkan.
Semua karya akan dinilai dari bintang yang mereka dapatkan, lalu juara pertama akan mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan oleh guru, tak hanya itu karya mereka akan disimpan di kantor atau di ruang kesenian sekolah.
"Wuih puisinya dalem banget."
"Buat siapa sih Kak Lesia?"
"Kak Rafa kah?"
"Kak Rafa yang mana deh?"
"Itu yang kemarin terakhir sama Kak Lesia."
"Lukisannya juga bagus, sekolah ini kan ya?"
"Raka Atmajaya yang mana deh?"
"Itu yang tinggi, cakep."
"Kata-katanya bagus nih buat di kamar biar estetik."
"Ini lukisan cewek juga, pelukisnya Naya."
"Figuranya kolase, cangtip gak sih? Dari stik ya."
Lesia merapatkan bibirnya, menahan untuk tidak tertawa mendengar komentar para adik kelas yang melihat karyanya tadi. Jika mereka ingat wajah Lesia mungkin mereka sudah malu karena tadi ia tak sengaja lewat kembali ke tempat dimana karya kelas mereka di simpan, hanya ingin tahu sudah berapa banyak mereka mendapatkan nilai.
"Chi, sini cepet, ada foto Park Hyungsik!"
Lesia terperanjat mendengar suara berat dari arah lain, ia menolehkan kepala langsung mendapati Nandi yang melambai ke arahnya dengan senyuman lebar yang mau tak mau ia mendekat ke meja kelas 12 IPA 2 yang sudah dikerubungi kelasnya.
Ada Nandi, Sandi, Raka, Jidan, pun para perempuannya, Naya, Alia, dan Ridha.
Lesia membelalak melihat lukisan sang artis yang sering ia sebut-sebut sebagai kekasihnya itu.
"Omooo," katanya mengambil lukisan itu dari meja, "fotoin dong," katanya tersenyum malu menatap foto itu.
Naya sudah tertawa melihat tingkah cewek itu yang tiba-tiba salah tingkah begini. "Eh Raka aja, kan jago foto!"
Raka hanya mencibir. "Dih, salting, foto doang," katanya, mengambil hapenya di saku celana mulai memotret gadis itu yang kini tersenyum lebar mengacungkan foto tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kelas (NEW VERSION)
Teen FictionHanya tentang kisah anak-anak remaja tanggung di Sekolah SMA Taruna Jaya. _____________ "Gue nggak akan minta lo jadi pacar gue, tapi gue akan selalu berusaha untuk tetap mencintai lo, selamanya."