Dewi memasuki kelas, menghela napas menatap satu persatu teman kelasnya yang sudah anteng lagi setelah bubar dari upacara. Cewek itu duduk menatap ke belakang, pada bangku kosong di samping Nata.
Katanya ada murid baru.
Ia senang saja sebenarnya, ada murid baru yang akan mengisi kursi belakang, tetapi masalahnya nanti Dewi jadi tidak bisa berpindah tempat ke sana lagi jika dia sedang malas belajar, biasanya Dewi kalo lagi nulis tidak ada guru dia akan berpindah tempat agar bisa sambil tiduran.
"Wi! DEWi! Pr matematika katanya dikumpulin Minggu depan tapi kok sekarang."
Suara nyaring Susan membuat semua mata tertuju pada cewek itu, Dewi di sampingnya jadi mendecak pelan, mengambil bukunya memberikan pada Susan yang langsung bertepuk tangan riang.
"Peka banget," ucap Susan tersenyum lebar, duduk di samping cewek itu yang hanya mendengus.
"Gue liat dong," sahut Nandi mendekat pada Susan, mulai menyalin diikuti Sandi juga Edrik.
Naya yang sedang menulis juga mulai mendekat karena belum selesai mengerjakan, katanya tinggal beberapa lagi.
Dewi jadi menggeleng melihat itu, lalu kembali menatap ke belakang, mengerutkan mata melihat dua orang penghuni kelas ini sedang ngobrol.
"Dah baikan lo berdua?" ucap Dewi tiba-tiba, membuat Jidan menoleh langsung tersenyum.
"Kemarin cuma lagi diterpa gerimis," ucap Jidan ngasal, melirik Elvira yang jadi menggeleng sambil terkekeh.
Dewi mendengus lagi. "Serah deh," katanya jadi mengalihkan posisi menghadap ke depan.
"Harus gitu, Wi, biar langgeng," ucap Jidan dengan intonasi serius.
"Dih, bucin," ucap Dewi mendengus pelan, membuat Jidan juga Elvira jadi mendelik pada cewek itu.
"Maklumin aja, selalu ditolak jadi gitu," sahut seorang yang baru saja datang.
"Mampus," sahut Jidan tertawa pelan, Dewi mendelik lagi melempar tipe x pada cowok itu, lalu melipat kedua tangan menaruhnya di atas meja.
"Ditolak emang nggak enak, Wi, tapi percaya sama gue, bakal ada satu cowok yang bucin sama elo," ucap Nandi yang dari tadi mendengarkan sambil menulis.
Dewi sedikit menoleh, tak banyak bicara karena tak mau peduli juga dengan kicauan orang-orang ini.
"Bener, suatu saat Iqbal bakal nyesel nolak elo," sahut Jidan jadi ikutan, tetapi setelah itu malah tersenyum meledek ketika Elvira mencubit pelan lengan cowok itu.
"Malah si Dewi yang nyesel," ucap Jeri tertawa membuat Dewi memajukan bibirnya merasa makin tersudutkan begini.
"SELAMAT PAGI KAWAN!"
Ridha melenggang begitu saja ke tempat duduknya dengan santai, bersama Lesia di belakang gadis itu yang sibuk merapikan sabuknya. Lalu menoleh pada Elvira yang masih duduk di belakang, cewek itu jadi menggeleng, merasa sudah biasa.
"Vira duduk di sini ya, Chi, mau ngobrol biar baikan," ucap Jidan tersenyum menaikkan alisnya.
Lesia yang melihat itu jadi mendelik. "Ck, dah biasa gue," ucap cewek itu duduk, matanya jadi bergerak ke depan melihat seorang cowok berjalan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kelas (NEW VERSION)
Teen FictionHanya tentang kisah anak-anak remaja tanggung di Sekolah SMA Taruna Jaya. _____________ "Gue nggak akan minta lo jadi pacar gue, tapi gue akan selalu berusaha untuk tetap mencintai lo, selamanya."