15 || Sebuah Senyuman

378 14 0
                                    

"Ka, kemarin lo ke rumah sakit?" tanya Nandi melirik Raka yang sedang sibuk memperhatikan anak-anak basket di lapangan.

"Hnn," gumam cowok itu tanpa mengalihkan pandangannya, "nemenin dia."

Nandi menghela napas, lalu terkekeh geli dengan Sandi yang sibuk menatap layar hape.

"Gue masih nggak nyangka lo suka sama Adel," ucap cowok itu.

Raka tersenyum tipis. "Gue nggak pantes kan buat cewek sebaik dia?"

"Bukan gitu elah," ucap Nandi berdecak pelan.

"Gue masih ngira lo sukanya sama Echi," sahut Sandi menoleh sepenuhnya pada Raka yang jadi terkekeh geli diikuti kedua temannya itu.

"Semoga enggak," gumamnya pelan.

"Wi lo tanggung jawab kek elah."

Ketiga pemuda itu kini menoleh, menghentikan tawanya saat suara laki-laki terdengar.

Lalu Dewi muncul dari dalam kelas, duduk di samping Raka membuat cowok itu mengernyit heran, diikuti Fardan yang juga duduk di samping Sandi.

"Apaan nih?" tanya Sandi menaikkan satu alisnya.

"Gue dijegat sama korban Dewi," ucap Fardan menatap sinis pada cewek yang kini tersenyum polos.

"Apa lagi sih?" tanya Raka menolehkan kepala pada Dewi.

"Masa gue disangka pacar dia cuma gara-gara kemarin nganterin pulang," ucap Fardan menjelaskan.

"Siapa lagi?" tanya Nandi ikut penasaran.

"Kelas XII IPA kayaknya," ucap Fardan seadanya, "Wi udah ya, lo harusnya tobat jangan php mulu."

Dewi mendelik tak terima, lalu membuka hapenya membuka roomchat.

"Gue nggak ngapa-ngapain elah," ucap cewek itu santai, lalu menunjukkan salah satu chat masuk, "tuh mereka aja yang godain gue."

"Dih, tapi lu iya-iya aja terima," ucap Nandi jadi sewot setelah membaca pesan mereka.

Dewi tersenyum lagi. "Ya kan lumayan tumpangan gratis."

Fardan mendelik. "Karma baru tau rasa lo."

Dewi memajukan bibirnya mendengar itu. "Gue cuma becanda."

Raka hanya menggeleng pelan, dengan Sandi yang jadi mengacak gemas rambut cewek cantik itu. Nandi juga malah mendorong pelan cewek itu membuat Dewi jadi tertawa.

Mata Raka tak sengaja menatap Lesia yang berjalan dari arah kelas XI IPA, membawa beberapa tumpukan buku dengan susah payah. Ia mengerutkan keningnya, kenapa cewek itu tidak meminta bantuannya?

Baru saja Raka akan beranjak, seorang pemuda tinggi tiba-tiba mendekat dengan cepat mengambil beberapa buku membagi dua membuat Raka kembali duduk dengan perubahan wajah jadi mengeruh.

Dewi yang menyadari itu jadi menoleh, mengikuti arah pandang Raka, ia jadi berdehem pelan.

"Samperin sana kalo suka," ucap cewek itu menyenggol lengan Raka membuat cowok itu mendelik.

"Paan sih lo," katanya beranjak begitu saja dengan wajah tenang, Dewi hanya menggeleng saja.

"Dasar si gengsi."

...

"Bu Dian kenal gue jadi nyuruh gue terus," katanya menggerutu pelan, menghela napasnya sambil membenarkan posisi bukunya.

Matanya tak sengaja melirik nama teratas.

"Ini kelas IPS satu sekretarisnya pada kemana dah," katanya memajukan bibirnya kesal.

Teman Kelas (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang