Lesia menarik tali ranselnya dengan santai, mulai melangkah memasuki gerbang sekolahnya, bernyanyi pelan dengan menggerakkan kepalanya, cewek itu jadi melirik kanan kiri melihat beberapa sisiwa lainnya berjalan cepat membuat keningnya berkerut tak mengerti.
Menghiraukan kembali mereka, Lesia berbelok ke arah kelas IPA, memicingkan mata melihat anak kelas IPA sedang menunduk menatap buku dengan serius membuat cewek itu menggeleng.
Ia jadi miris sendiri, anak-anak IPA kok pada ambis semua ya di sekolah? Kayaknya di pikiran mereka jadi juara adalah hal yang paling utama.
Ah, Lesia jadi sedikit minder, mengingat dirinya begitu santai ketika belajar. Tetapi, kan memang harus dibawa santai biar nggak stres.
"ECHI, TUNGGUIN!"
Lesia berhenti, menoleh ke belakang ketika seorang perempuan berteriak sambil berlari ke arahnya.
"Napa sih teriak," ucap Lesia memerotes melirik murid di sekitar mereka yang jadi menoleh kaget juga, "diliatin orang, Wi ah."
Dewi hanya tersenyum lebar tanpa dosa. "Gapapa elah, santai mah."
Lesia mendelik pelan, lalu kembali berjalan saat tangannya diraih Dewi yang jadi menggandengnya.
"EH SEMALEM GIMANA AJA? AH SI RIKA NGASIH INFO KURANG JELAS," teriak Dewi lagi, menggerakkan lengan Lesia membuat cewek itu hampir hilang keseimbangan.
Lesia berdecak. "ELO TUH MASIH PAGI UDAH MELEDAK GINI," balas cewek itu agak berteriak, "sakit kuping gue."
Dewi mencuatkan bibir. "Gue kan pengen tau, Raka nggak bales pesan gue semalem."
Lesia mendelik. "Lagian kenapa sih pengen tau banget?" tanyanya merasa heran, "gue sama Raka tuh nggak ada apa-apa."
Dewi menghela napas. Jadi ikut berdecak mendengar itu. "Hadeuh cape gue," katanya kini, "udah jelas lo berdua saling suka."
Lesia terdiam mendengar itu, tangannya terlepas begitu saja ketika Dewi berjalan lebih dulu meninggalkannya.
Dewi melirik ke arah tangga, mendapati beberapa kakak kelas yang sedang duduk di sana, kayaknya itu gerombolan anak nakal deh, cewek itu jadi mengerjap ketika seorang laki-laki turun dari tangga.
Lesia agak tersentak ketika seseorang tak sengaja menabrak sedikit bahunya, cewek itu jadi berlari ketika melihat Dewi yang sudah agak jauh.
"Gue nggak suka sama Raka," katanya pelan, lalu mengangguk dengan penuh keyakinan membuat Dewi di samping cewek itu jadi melirik dengan senyuman tipis.
"Gue suka sama Kak Iqbal."
...
Lesia menghela napas. Melirik Dewi yang kini berjalan santai memasuki kelasnya. Sementara cewek itu masih tak bergerak, berdiri di depan pintu kelas 11 IPS 3.
Ia malu.
Lesia jadi berdecak, mengingat kejadian semalam. Padahal ekspetasinya sudah tinggi malam itu. Tapi ternyata, tidak semulus yang ia harapkan sebelumnya. Aneh banget rasanya, setiap kali ia jalan dengan Rafa pasti selalu ada gangguan.
Apa emang Rafa bukan untuknya?
Itu artinya, Lesia benar-benar harus berhenti saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Kelas (NEW VERSION)
Teen FictionHanya tentang kisah anak-anak remaja tanggung di Sekolah SMA Taruna Jaya. _____________ "Gue nggak akan minta lo jadi pacar gue, tapi gue akan selalu berusaha untuk tetap mencintai lo, selamanya."