#27

5.9K 145 0
                                    

Reyhan:
Disaat Ana pergi ke wc, gue tak sengaja melihat kalung yang indah. Mungkin saja kalung ini cocok untuk Ana. Kalung berbentuk hati yang dihiasi oleh berlin kecil membuat keindahannya bertambah.

Gue membelinya sebagai kado. Entah kado apa yang pasti gue ingin memberikannya.

"Lo suka?" tanyaku dengan ragu.

"Suka banget," jawabnya dengan semangat lalu memelukku dengan erat.

Gue membalas pelukannya. Gue mengelus pelan rambutnya yang tergerai begitu saja. Udara dingin sudah memasuki pori pori kulitku.

"Ngomong ngomong kapan kamu belinya?" tanya Ana penasaran.

"Pas kamu ke wc," jawabku langsung. "Yuk masuk, udaranya mulai dingin."

Ana mengangguk lalu mengikutiku masuk ke dalam kamar. Tak lupa gue menutup pintu balkon agar udara dari luar tidak masuk ke dalam.

"Kedinginan?" tanyaku yang melihat Ana sedang menggosok gosokan kedua tangannya.

"Em, bisa dibilang gitu," jawab Ana pelan.

"Tidur yuk," ajakku.

Ana hanya mengangguk. Dia masuk ke dalam selimut. Musim yang telah ingin berganti membuat suhu juga ikut dingin.

Gue mengikut Ana masuk ke dalam selimut. Terlihat dia masih juga kedinginan. Sepertinya Ana kurang bisa menyesuaikan diri disini. Emanganya dia hewan bisa menyesuaikan diri?

"Mau gue peluk?" tanyaku ragu karna biasanya Ana selalu menolak.

"Mau," jawab Ana pelan.

Dia langsung saja memelukku. Gue pun spontan membalas pelukannya. Gue mencium pelan puncuk kepalanya.

"Tidur aja," kataku pelan yang dibalas dengan anggukannya.

Dia tertidur di dalam pelukanku. Gue pun mengikutinya ke dalam alam mimpinya.

☆☆☆

Kirana:
Gue terbangun masih dalam posisi berpelukan dengan Reyhan. Gue merasa nyaman saat dipeluknya. Terlihat Reyhan masih saja tidur dengan pulasnya.

Gue menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya. Saat Reyhan tidur, semuanya terasa tenang. Tidak ada gerakan sedikit pun darinya.

"Argh," gerangnya pelan.

Reyhan pun membuka matanya perlahan. Gue malah terkejut saat dia memelukku lebih erat.

"Em, Rey, bisa lepasin?" tanyaku pelan.

"Hum, nanti aja. Gue masih pengen meluk lo," jawabnya lalu kembali menutup mata.

"Molor mulu, udah jam berapa ini masih aja molor," ketus gue.

"Biarin, kalau sudah pulang ke rumah gak bakal bisa molor lagi. Pasti bangunnya pagi mulu," kata Reyhan membela diri. "Mumpung disini dinikmati dulu."

"Iya deh, terserah kamu. Tapi bisa kan lepasin gue, sesak nafas lama lama," kata gue jengkel.

"Nggak," jawabnya mempermai kan gue.

Tiba tiba saja Reyhan mencium bibirku sekilas. Gue pastinya terkejut. Aneh satu ini, sudah gue larang masih aja ngelakuinnya.

"REYHAN!" pekikku.

"Apa?" tanyanya dengan nada yang lembut.

"Lo ngapain sih main nyium nyium gue?" tanya gue dengan nada yang sedikit tinggi.

"Gapapa. By the way, thanks atas morning kissnya," kata Reyhan tak berdosa.

"Huh, sebel lama lama sama lo," kata gue jengkel.

My Love [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang