#32

5.3K 141 2
                                    

Kirana:
Terlihat Reyhan yang sudan bangun terlebih dahulu dan tidak ada di kamar saat ini. Gue? Hari ini gue bangun telat. Entah mengapa gue bisa bangun kesiangan biasanya juga nggak.

"Baru bangun?" tanya Reyhan yang baru saja masuk ke kamar.

"Heum, iya," jawabku dengan suara khas orang baru bangun tidur.

"Rencananya sih tadi mau ngebangunin. Tau taunya udah bangun sendiri," kata Reyhan. "Yuk makan dulu."

"Em, nanti aja," tolakku lalu kembali berbaring.

Rasa kantukny masih ada. Gatau kenapa gue bisa menjadi malas kayak gini. Apa bawaan hamil ya? Mungkin aja, gue gak ngerti pokoknya. Yang gue tau sekarang gue mengantuk, titik gak pake koma komaan.

"Yuk, sekarang aja. Entar kan bisa lanjutin lagi tidurnya," kata Reyhan lalu duduk di sampingku.

"Ihhh, nanti aja," kataku lalu menarik selimut naik lagi.

Reyhan langsung saja menarik selimutku turun. Dengan cepat dia menggendongku.

"Reyhann! Turunin!" teriak gue kaget.

"Gak mau, makan dulu baru gue turunin," kata Reyhan lalu menggendong gue keluar kamar.

Gue pastk malu banget. Dibawah ada Bik Sum yang melihat gue kayak gini. Digendong Reyhan sampai ke bawah.

"Duduk," perintah Reyhan.

Gue pun hanya mengikuti kemauannya. Gue duduk di salah satu kursi. Gue duduk dengan wajah yang masih mengantuk.

"Nih makan dulu," ucap Reyhan sambil menyodorkan sepotong roti dengan selai kacang. "Lo kan suka selai kacang jadi gue buatin."

Seketika mata gue menjadi segar. Apa katanya tadi? Dia yang ngebuat?

"Hah!? Apa? Lo yang ngebuat?" tanyaku dengan sedikit kaget.

"Heum, iya, kenapa? Soalnya tadi pagi Bik Sum izin pulang, jadi gue bingung mau ngebuat apa. Ngeliat ada roti yasudah buat gini aja," jawab Reyhan.

"Em, maaf ya," kataku sambil tertunduk.

Air mataku sudah tak terbendung lagi. Tak lama kemudian, air mata gue mengalir di pipi gue. Dasar emosi yang gak ke kontrol. Bisa bisanya nangis pas sekarang, kan gue jadi malu.

"Ehh, kok nangis," kata Reyhan kaget lalu mendekat kearahku.

"Huaaa," kataku lalu berdiri dan memeluknya.

"Ehh, kenapa sih?" tanya Reyhan heran. "Gak masalah kok kalau gue yang ngebuat sarapannya."

"Enggak, emosi gue gak bisa stabil. Hate that," kataku jujur.

"Yaelah, kirain gue apaan. Yaudah sini cup cup cup," kata Reyhan yang memperlakukanku seperti anak kecil. "Maaf ya bunda, ayah gak ada permen."

"Ihh, ngeselin deh," kata gue sambil memukul lengannya agak keras.

"Ish, kok bunda marah marah sih. Entar babynya nangis loh ayahnya di pukul kayak gini," kata Reyhan membela diri.

"Babynya gak marah kok. Orang babynya ngedukung bundanya," kataku yang gak mau kalah.

"Ehh, iya udah, jangan dipukul mulu. Sakit nih," kata Reyhan.

"Makanya jangan ngeledekin," kataku lalu kembali duduk.

"Makan dulu," kata Reyhan yang duduk di sampingku.

Gue pun memakan roti itu dengan perlahan. Rasa yang aneh masuk ke dalam indra pengecapku. Rasa kacangnya memang terasa namun aneh bagiku. Biasanya gue paling suka sama selai kacang tapi kali ini, gue merasakan gak enak.

My Love [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang