Reyhan:
Gue membantu suster yang memindahkan kamar Ana. Gue sengaja menyewa kamar VIP. Setelah ini gue akan memberitaukan mama Nita sama Kak Bryant kalau Ana sudah siuman.Drtt... Drtt...
Terasa jika ponsel yang berada di saku celanaku bergetar. Ada panggilan masuk. Sekali gue lihat, ternyata itu panggilan dari mama Nita. Tanpa menunda nunda lagi, gue langsung saja mengangkatnya.
"Halo ma," kataku membuka pembicaraan.
"Halo, Rey gimana keadaan Ana?" tanya mama penasaran.
"Rey baru aja mau telfon mama. Ana sudah siuman sekarang sudah dipindahin di kamar. Rey sewa kamar VIP nomor 12," jelasku.
"Baiklah, nanti malam mama datang kesana. Sekarang mama lagi ada urusan jadi gak bisa kesana. Tolong, jagain Ana ya," pesan mama.
"Tanpa mama minta Rey pasti jagain kok," kataku.
"Baiklah, makasih Rey," ujar mama.
"Sama sama ma," kataku lalu mama memutuskan sambungan telfonnya.
Gue mendekat ke arah ranjang Ana. Terlihat Ana yang sudah bangun. Entah apa yang dia lihat sekarang.
"Na," panggilku pelan.
Ana menoleh. Masih terpasang selang oksigen di dirinya. Sehingga mempersulitnya untuk berbicara.
"Maafkan gue soal waktu itu. Gue gak dengerin penjelasan lo. Gue ngaku salah," kataku lalu duduk di kursi yang berada di sebelah kasurnya. "Gue sungguh sungguh minta maaf."
Ana hanya mengangguk. Dia menggenggam salah satu tanganku dengan hangat. Tangan kecil yang gue rindukan selama ini. Sebenarnya, gue juga ingin mendengarkan suaranya. Hanya saja masih ada selang oksigen sehingga dia sulit untuk berbicara.
Gue memandang matanya. Orang yang selama ini gue rindukan tanpa sadar. Tiba tiba dokter masuk begitu saja. Gue pun terbuyar dari lamunanku.
"Permisi," kata dokter.
Gue hanya mengangguk. Gue pun mempersilakan dokter tersebut untuk memeriksa Ana.
Kirana:
Gue memandang matanya. Gue gak tau berapa lama gue gak sadarkan diri. Orang yang gue mimpiin selama itu. Walaupun dia bertindak kasar, entah mengapa gue tidak bisa melupakannya. Dengan tiba tiba, dokter masuk ke dalam ruangan."Permisi," kata dokter.
Reyhan langsung mundur memberikan dokter itu jalan untuk menghampiriku. Gue hanya bisa tersenyum, masih bisa diberi kehidupan.
"Apakah masih ada yang sakit?" tanya dokter kepadaku.
Gue hanya menjawabnya dengan gelengan. Dokter melepaskan selang oksigen yang selama ini berada ditubuhku. Gue merasa bebas bisa bernafas. Dengan selang itu rasanya berbeda jika menghirup udara begitu saja.
"Bisa bernafas?" tanya dokter lagi.
"Bisa," jawabku dengan suara yang sedikit serak.
"Baguslah, perkembangan yang baik," kata dokter itu lalu meninggalkan ruangan setelah sebentar berbincang bincang dengan Reyhan.
"Tadi sokter bilang apa?" tanyaku penasaran.
"Cuman bilang kalau kamu butuh banyak istirahat," jawab Reyhan.
Gue pun hanya mengangguk mengerti. Perasaan gue, Reyhan selalu memandangku. Gue yang kegeeran atau emang bener? Gue pun memalingkan wajahku ke arah lain.
"Bisa ngomong?" tanya Reyhan.
Pertanyaan aneh apa itu? Tadi gue sudah bisa ngomong kw dokter. Emang dia gak denger? Budek dong.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Love [✔]
Roman d'amour[COMPLETE] Bagaimana jika dizaman sekarang masih ada yang namanya perjodohan? Kirana anak SMA kelas 3 Elementary School dijodohkan dengan CEO dari Global Warp perusahaan nomor 1 di dunia. Reyhan, CEO yang dingin dan cuek. Dinikahkan tidak didasarkan...