#33

5.2K 137 3
                                    

Kirana:
Sampai saat ini, tentu saja gue masih bingung dengan pimikiran Reyhan. Dia ingin mengajakku kemana? Dia masih saja diam diam padahal kan gue itu udah kepo banget.

"Kita mau kemana sih?" tanyaku untuk yang kesepuluh kalinya.

"Cerewet amat sih, tinggal ngikut aja apa susahnya sih," jawab Reyhan untuk yang kesepuluh kalinya.

"Kan gue kepo. Emangnya salah ya kalau gue nanya?" tanya gue dengan berani.

"Lo bedandan dulu aja, jangan gangguin gue. Sudah mau jam 4 ini bentar lagi kita mau pergi setelah gue selesai," jawab Reyhan lalu dia kembali fokus ke laptopnya.

Reyhan sudah selesai dari tadi. Dia menggunakan jas hitamnya dan kemeja putih di dalamnya. Dilengkapi dengan dari garis garis diagonal berwarna biru dan celana panjang hitamnya.

Sedangkan gue hanya menggunakan dress hitam biasa dilengkapi dengan aksesori seperti gelang dan kalung yang Reyhan berikan saat di Paris waktu itu. Gue pun berjalan menuju meja rias dan mulai merias diriku.

"Udah?" tanya Reyhan lalu menghampiriku.

"Udah kok," jawabku.

"Yuk," kata Reyhan lalu menggenggam tanganku.

Kami pun turun ke lantai satu. Gue langsung saja mengambil sepatu hak ku dan Reyhan mengambil sepatunya. Gue sengaja menyamai warna sepatuku dan juga bajuku.

Kami pun langsung keluar rumah. Tak lupa gue mengunci pintu rumah dengan baik. Lalu gue masuk ke dalam mobil, tak lama kemudian mobil yang gue naikki melaju di jalan raya.

☆☆☆

Reyhan:
Gue merencanakan untuk membawa Ana ke restoran yang telah gue pesan. Disana tempat yang paling romantis menurut gue.

"Kita mau ngapain?" tanya Ana penasaran.

"Yah, makan malem lah. Gue sudah pesan tempat kok," jawabku lalu menuju ke tempat resepsionis. "Permisi, meja atas nama Reyhan."

"Oh, tunggu sebentar pak," kata resepsionis itu lalu membuka data datanya. "Meja Anda di nomor 12."

"Baiklah, terima kasih," ujarku lalu mencari meja nomor 12.

Sesuai pesananku, meja ini berada di dekat kaca. Gue tau, Ana sangat menyukai jika duduk di dekat kaca. Dia suka melihat pemandangan kota. Lagian sekarang, dia ngeliatnya dari lantai 3. Karna restoran ini berada di lantai 3.

"Wah, pemandangannya bagus dari sini," kata Ana kagum.

"Yuk duduk," kataku lalu menarik kursi Ana dan gue duduk di tempatku sendiri. "Mau makan apa?"

"Terserah deh," jawab Ana.

"Entar lo mual gimana? Lo pilih aja sendiri," kata gue membenarkan.

"Em, iya deh," kata Ana lalu membuka buku menu yang ada di atas meja.

Disini emang restoran makanan barat. Jadi wajar saja kalau banyak makanan yang Ana tidak ketahui.

"Aku mau spagetti," ucap Ana langsung. "Sama biasa coklat panas."

"Yaudah, gue pesen steak aja," kataku lalu memanggil pelayan.

"Kami pesan 1 spahetti dan 1 steak bakar. Minumannya coklat panas sama kopi cappucino," kataku kepada pelayan itu.

"Baiklah, mohon di tunggu sebentar ya," ucapnya lalu pergi.

My Love [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang