Chapter 05. Bad Dream

85 12 0
                                    

Hwa Young mendarat dengan selamat di Korea pada saat itu. Segera dirinya menuju alamat yang dituliskan Nari pada secarik kertas yang ada di genggamannya. Tempat tinggal yang baru.

Sebuah rumah sederhana yang cukup nyaman untuknya. Banyak tempat terbuka dan warna hijau taman yang menyapanya dari jendela-jendela besar yang terpasang. Bertingkat dua, dimana lantai satu hanya digunakan untuk kegiatan harian dan lantai dua hanya diisi dengan kamar. Hwa Young benar-benar menyukainya, ia rasa akan betah membaca pada ayunan yang menghadap taman di luar sana.

Segera dirinya mencari kamar paling nyaman menurutnya dan meletakkan koper miliknya disana. Tangannya sibuk membongkar apa-apa saja untuk dipasang di depan pintu yang akan membuat Nari tahu teritori miliknya

Namun presensi yang ditunggunya tak pernah menampakkan dirinya hingga dua minggu sudah terlewat. Meski beberapa hari sebelumnya Nari sempat mengiriminya pesan yang berisi permintaan maafnya karena tidak sempat membalas pesan Hwa Young, dan kalimat terakhir yang membuatnya bungah karena Nari akan pulang tepat pada hari kasih sayang dan membawakan coklat yang banyak untuknya serta kejutan menarik, tak lupa Nari memintanya untuk menjemput di bandara. Namun saat hari itu tiba, sama sekali Hwa Young tidak menemukan presensi Nari, bahkan dirinya menetap disana hingga berganti hari pun tidak ada kehadiran dari sosok yang dinantinya. Mencoba menghubungi pun percuma, nomor Nari tidak menunjukkan tanda-tanda aktif setelah pesan terakhir yang dikirimnya. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menunggu kabar dari Nari sembari melanjutkan hidupnya.

Beruntunglah Nari tidak lupa mengurus keperluan dirinya termasuk sekolah baru, sehingga Hwa Young hanya tinggal menjalankan saja. Semua dilakukan Hwa Young dengan baik, semua pesan terakhir Nari, sebagai rasa terimakasihnya. Bahkan ia menjalani hidup dengan baik, merawat dirinya dengan sangat baik, hanya saja tetap terasa mati menurut Hwa Young.

Banyak yang terjadi selama dirinya menanti Nari pulang. Sudah tiga tahun berlalu, ia berhasil lulus dengan nilai terbaik, umurnya sudah menginjak delapan belas tahun dan saat ia ingin menyerah lalu kejadian buruk hampir terjadi padanya hingga kedatangan Taehyung dalam hidupnya.

*****

Semua memori usang itu kembali terputar dengan apik dalam diri Hwa Young hingga menimbulkan kerutan dan keringat dingin yang tergambar jelas pada paras ayunya. Ia terlalu takut bahkan hanya untuk sekedar mengingat semuanya, memori hitam yang seharusnya tidak terputar. Yang sialnya selalu terputar di otaknya tanpa kehendaknya sekalipun, tanpa bisa dihentikan meski sudah ia coba berkali-kali.

Suara pintu kamar yang terbuka perlahan juga tidak sanggup untuk mengalihkan semua kenangan tua yang terputar di kepala Hwa Young. Suasana kamar terbilang senyap karena sang penghuni yang terbaring lemah di ranjang, sayup-sayup terdengar langkah kaki yang bergesekan dengan lantai semakin mendekat pada Hwa Young. Suara langkah yang terdengar hati-hati dalam setiap tapaknya, sosok itu adalah Kim Taehyung yang kembali dengan membawa baskom terisi penuh air dan handuk yang tersampir di tangannya. Langkahnya berhenti tepat di sisi ranjang, meletakkan bawaannya di nakas lalu pandangannya teralih pada Hwa Young yang mengkhawatirkan menurutnya.

"Young?" Panggil Taehyung lembut yang tidak mendapat respon dari yang dipanggilnya.

"Bangunlah... Hei, ayo bangun." Kali ini lelaki itu mencoba mengguncang pelan tubuh Hwa Young.

"Youngie ayo bangun. Jangan membuatku takut." Ucap lelaki itu sarat akan kepanikan yang mulai menghampiri dan sayangnya tetap tidak mendapat balasan meski tangannya sudah beberapa kali menepuk pelan pipi Hwa Young.

"YOUNG!" Sentak Taehyung dengan suaranya yang meninggi.

Sentakan itu berhasil menggugah Hwa Young dari mimpi buruknya yang sialnya adalah salah satu fakta memori kelam dari hidupnya yang ingin dihapus.

Who Are You?Where stories live. Discover now