Jungkook mendekap erat tubuh Hwa Young, membawa istrinya masuk tenggelam dalam lingkupannya. Ia tahu pasti begitu berat bagi gadis ini menceritakannya. Memang, selama istrinya itu bercerita tak ada satu tetespun bulir bening jatuh dari matanya, namun Jungkook tahu betapa deras air mata dalam hati istrinya.
"Boleh kutahu berapa umurmu saat itu?" Tanya Jungkook hati-hati.
Hwa Young terkekeh kemudian berucap, "apa sekarang giliranku yang diinterogasi?"
Istrinya masih terlihat santai, bahkan mampu melemparkan candaan padanya ditengah kelam cerita yang dimiliki. Justru itu yang membuat hati Jungkook mencelos.
"Saat itu masih empat tahun, menjadi lima, tiga bulan setelahnya."
"Kau tak harus menceritakannya jika tak mampu. Aku tak memaksamu." Sahut Jungkook.
Istrinya menggeleng pelan, "aku memang ingin menceritakannya padamu. Aku sanggup menceritakannya. Aku sudah sangat..., bahkan jauh-jauh-jauh lebih baik," ucapnya lalu tertawa.
"Biar kulanjutkan, Paman Won-Won terlihat terkejut atas pernyataan Eomma. Ia tanpa sadar menjatuhkan pisau itu dan memundurkan langkah tak percaya lantas pergi meninggalkan rumah. Aku masih ketakutan saat itu, aku menunggu hingga... mungkin sekitar lima belas menit lebih, napasku hampir habis berdiam disana." Kekehan kembali menguar, mengisi jeda cerita gadis itu.
"Aku memberanikan diri keluar dari lemari lalu menghampiri Eomma, aku mengguncang tubuhnya pelan namun tak ada respon. Begitu banyak darah keluar dari perut dan kaki Eomma, darahnya..." ia menjedanya sesaat demi mengambil napas yang tercekat, "darahnya begitu pekat mewarnai kasur putih. Aku bahkan tidak sadar bajuku juga ikut basah terkena darah Eomma."
Hwa Young menunduk, jarinya menggulung-gulung asal ujung kaus yang ia gunakan. "Aku keluar mencari Eonni, namun ia tak ada. Segera aku menuruni tangga menghampiri Appa, aku juga mengguncang tubuhnya tapi Appa hanya diam, sama seperti Eomma. Aku keluar berniat mencari pertolongan segera, tapi aku melihat bekas darah Eonni, aku menelusurnya dari lantai dua jadi aku memutuskan untuk mengikutinya. Sayangnya, aku dibekap hingga hilang kesadaran. Ketika pagi aku terbangun pisau itu ada dalam genggamanku, aku langsung melemparnya menjauh dan bersembunyi di bawah meja makan saat polisi datang ke rumah."
Sebuah senyum hampa terulas diwajahnya, "mereka membawa Appa dan Eomma masuk ke dalam ambulance lebih dulu. Sementara aku terlalu takut untuk menemui orang baru setelah kejadian Paman Won-Won di malam hari. Pagi itu juga, aku dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan karena akulah satu-satunya saksi mata dan mungkin juga satu-satunya yang bisa menjadi tersangka dalam kejadian itu. Singkatnya, aku mengelabuhi mereka dengan berpura-pura ada keluargaku yang menjemput, aku kabur dan bersembunyi hingga aku bertemu Nari Eonni."
"Bukankah masih ada kemungkinan orangtuamu hidup?" Tanya Jungkook di sela Hwa Young menjeda.
Hwa Young mengangguk dua kali membenarkan, "Dua minggu setelah tinggal bersama Eonni, aku bertemu Paman Jung. Kau masih ingat Jung Ssaem, Jung Hoseok? Suami Kim Ssaem?" Tanyanya yang diangguki oleh Jungkook. "Paman Jung adalah ayahnya."
"Lalu?"
"Paman Jung yang menolong Hwa Yeon Eonni, Eomma dan Appa. Awal mulanya, Eonni berhasil keluar dari rumah malam itu, makanya saat aku mencarinya didalam rumah, Eonni tidak ada. Ternyata Eonni meminta tolong pada Paman Jung yang rumahnya tidak terlalu jauh tapi tidak terlalu dekat juga dengan rumah kami, sekitar tiga ratus meter. Paman Jung bilang, Eonni langsung tidak sadar lalu dibawa kerumah sakit. Saat menunggu penanganan Eonni selesai, Paman Jung segera mengunjungi rumah kami dan melihat ambulance disana, jadi Paman Jung kira Eomma dan Appa sudah ditangani. Karena sebelumnya, Paman Jung sudah menghubungi ambulance. Tapi nyatanya Appa dan Eomma sama sekali tidak dibawa kerumah sakit malam itu, sampai paginya Paman Jung baru menyadari hal itu setelah mengecek pada bagian informasi. Kebetulan sekali rumah sakit yang dituju untuk Appa dan Eomma sama."
YOU ARE READING
Who Are You?
FanficJeon Jungkook. Kita melewati banyak cerita bersama dalam pernikahan ini. Cerita yang kita lalui bersama. Ah, bukan. Aku tidak melalui semua cerita itu bersamamu. Maafkan aku, tidak semua waktu yang kau lalui bersamaku itu adalah aku yang kau kenal...