Warning.
Chapter ini mengundang kalian untuk memaki dan berkata kasar. Tahan, jangan mengumpat, jangan memaki. Mari kita lihat seberapa tahan kalian menahannya sampai akhir chapter ini. Bagi yang ga mau memaki, mengumpat, berkata kasar, silakan skip. Tapi kalo mau baca gapapa sih, ditahan yakk.
Selamat membaca. 😊
*****
"Hah!" Helanya begitu keras, "aku malas turun dari sini," ucap Hwa Young terlihat enggan beranjak.
"Mau ku gendong sampai dalam kamarmu? Aku tak keberatan membuat suamimu itu mengetahui apa yang kita lakukan selama ini dibelakangnya." Sahut Yoongi dengan santainya, ia hendak membuka pintu mobil, melaksanakan perkataannya.
Hwa Young mencegah lelaki itu, tangannya menahan tautan tangan mereka yang masih terjalin. Ia menggeleng, "terlalu dini membuatnya tahu semua, aku ingin membuatnya terluka lebih dalam."
"Bukankah seharusnya aku yang berkata seperti itu?"
"Jungkook sudah diluar." Hwa Young lantas bergegas keluar melihat pintu rumahnya sudah terbuka, menampilkan sang suami didepan pintu menunggunya menghampiri bersama dengan Yoongi.
Tiada kata yang menemani jalan mereka, terlalu singkat untuk membahas, terlalu riskan pula untuk didengar lelaki lain disana. Namun mencari mati dalam tautan tangan yang terjalin bersama rangkulan pada lekuk pinggang Hwa Young, sebuah alibi palsu menuntun langkah dalam kesempatan manis yang tercipta bersama, sang wanita yang pun ikut setuju dalam langkah tertatihnya.
"Maaf, aku mengantarkan istrimu selarut ini, Jiwoo baru bisa tidur sekitar pukul sebelas tadi." Ucapnya memulai basa-basi yang jelas palsu.
Jungkook segera tanggap menerima Hwa Young setelah Yoongi melepaskan segala kontaknya pada wanita itu. Membawa sang istri dalam dekapan bersama raut khawatir.
"Aku tidak apa-apa, Jeon," tutur Hwa Young menjawab kerutan khawatir sang suami.
"Dia dan Jiwoo bermain di bibir pantai. Pasirnya cukup tajam dan membuat banyak goresan luka pada telapak kaki istrimu."
"Benarkah?"
"Aku sudah mengobatinya, jangan berlebihan seperti itu."
Sebuah deheman sengaja yang dilakukan Yoongi bermaksud memotong keduanya terealiasasi. Keduanya bungkam menunggunya berucap. "Aku pulang, Jiwoo tidak bisa ditinggal lama-lama."
"Hati-hati dijalan, Hyung."
Jungkook dan Hwa Young mengantar kepergiannya dengan tatapan yang berbeda, masih dengan mulut yang terbungkam enggan berucap sampai presensi itu menghilang dari rumah mereka.
Sang wanita lebih dulu meninggalkan pintu, masuk dengan langkah tertatih setelah melepas alas kakinya. Desisan lirih keluar kala dingin lantai menyapa telapak kakinya, sejenak berhenti dengan mendudukan diri pada sofa di ruang tamu, menunggu sang suami menyusulnya kemari.
"Young, dimana tas bawaanmu?" Tanya Jungkook sembari menghampiri sang istri.
"Tertinggal dibagasi mobil Yoongi Oppa."
Jungkook mengangguk lantas menjauhi sang istri, berjalan menuju dapur dan terhenti sebab sang istri yang memanggilnya bak anak kecil.
"Jung~"
Ia berbalik menemukan sang istri merentangkan tangannya lebar-lebar dengan cengiran lucu menggemaskan, menurutnya. Lantas kata 'gendong' yang diucapkan sang istri kelewat manis dengan sedikit bubuhan nada manja berhasil mengurai kekehan gemas darinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/173843262-288-k85868.jpg)
YOU ARE READING
Who Are You?
FanfictionJeon Jungkook. Kita melewati banyak cerita bersama dalam pernikahan ini. Cerita yang kita lalui bersama. Ah, bukan. Aku tidak melalui semua cerita itu bersamamu. Maafkan aku, tidak semua waktu yang kau lalui bersamaku itu adalah aku yang kau kenal...