Sekiranya hampir satu bulan berlalu, keduanya masih saling menyibukkan diri sebagai upaya mengindar, lebih bagus lagi tidak saling bertemu atau bahkan bertatap muka.
Bukannya apa, disatu sisi Jungkook semakin sibuk bersama dengan sekretarisnya, mempersiapkan salah satu proyek besar yang akan ditangani perusahaannya tahun ini. Sebuah proyek penting, sebuah kerjasama bisnis skala besar, jadi jangan tanyakan sesibuk apa dirinya hingga tak sempat merawat diri. Mencukur kumis dan area dagunya saja kalau sempat dan ingat, kalau tidak yah, bayangkan sendiri saja. Lihat, bahkan rambutnya semakin memanjang berantakan, mungkin sudah bisa diikat.
Kerjasama itu diadakan minggu depan, semakin mendekati waktu, Jungkook semakin tak mampu mengontrol emosinya. Sering kali sekretaris Nam atau karyawan lainnya menjadi sasaran empuk kemarahan tak berdasarnya. Yah, kelelahan bekerja bisa mempengaruhi kadar emosi seseorang menjadi buruk. Cobalah, kalau tidak percaya.
Oh, ditambah lagi Kim Taehyung yang terus menerornya, serta masalah-masalah lain dirumah yang belum terselesaikan.
Ia pulang kala fajar menjelang hanya membaringkan tubuh barang sebentar dan pergi ketika sulur mentari pertama menyapa bumi. Tentu saja ini salah satu bentuk penghindaran, pulang saat sang istri tidur dan pergi saat istrinya belum terbangun. Pikirannya tak tenang, menjadikan kualitas tidur yang dimilikinya sangat buruk.
Beralih membahas Hwa Young, tak ada yang berubah, hanya entah mengapa dirinya enggan untuk melihat suaminya. Sejak suaminya melambungkan nada tinggi bersama bentakkan pada Jiwoo, ia merasa sedikit kecewa pada Jungkook.
Pekerjannya masih sama, kala pagi menyapa, dirinya sibuk menyiapkan sarapan lalu pergi mengajar bersama Jiwoo. Kala siang setelah pulang dan malam hari, dirinya sibuk berkutat didapur dan juga menemani Jiwoo bermain. Ngomong-ngomong masalah pekerjaan, semenjak statusnya menjadi istri seorang Jeon Jungkook, lelaki itu melarangnya bahkan langsung memberikan surat pengunduran diri di cafe milik Taehyung.
Jangan tanyakan Jiwoo, si mungil itu masih takut menemui Jungkook. Pernah suatu saat lelaki itu pulang lebih awal, sekadar mengambil beberapa berkas yang tertinggal, bocah itu langsung bersembunyi didalam kamar.
Hari ini adalah rapat perdana kerjasama bisnisnya dengan semua perusahaan yang terlibat. Akhirnya, hari yang sudah ditunggu Jungkook datang juga, setelah rapat ini berakhir, ia ingin mengistirahatkan punggungnya yang sekaku baja.
"Selamat datang Tuan Jeon. Terimakasih sudah menerima tawaran kami untuk bergabung dalam proyek ini. Kami senang perusahaanmu turut andil dalam kerja sama yang kami tawarkan." Ucap Tuan Park, sang pencetus ide kerjasama ini. Perusahaannya sangat besar, bisa dibilang paling besar diantara kelima perusahaan tersebut.
"Tidak masalah Tuan Park, justru saya yang seharusnya berterimakasih karena mengajak perusahaan saya yang masih pemula seperti ini." Ucap Jungkook menyambut jabat tangan Tuan Park yang ditawarkan lebih dulu. Hal remeh-temeh dalam bisnis itu perlu, tampilkan senyum berkelas serta berikan umpan percakapan yang tak kalah menarik.
"Ah, jangan begitu. Perusahaan Anda cukup menarik perhatian kami, ditambah lagi kecepatan pertumbuhan perusahaan Anda sangat pesat meskipun terbilang masih baru. Mari silakan duduk."
Beberapa menit kemudian perwakilan dari dua perusahaan lainnya menyusul, dan kedatangan satu pihak perusahaan lagi yang tidak disangka Jungkook. Kim Taehyung. Presensi terakhir yang ikut bergabung adalah Kim Taehyung, betapa terkejutnya Jungkook ketika mendapati lelaki itu disana. Jangan lupakan Nam Do Hwan yang ikut terkejut melihat adanya seseorang yang tidak disukai atasannya itu.
"Maaf saya terlambat, Tuan Park." Ucapnya menyambut jabat tangan Tuan Park.
"Oh tidak-tidak. Rapatnya belum dimulai. Mari silakan duduk Tuan Kim." Tuan Park berujar sembari menepuk-nepuk lengan atas pria Kim itu, hubungan keduanya terlihat sangat dekat. Umur yang tidak terpaut jauh menjadikan keduanya lebih cepat akrab.
YOU ARE READING
Who Are You?
أدب الهواةJeon Jungkook. Kita melewati banyak cerita bersama dalam pernikahan ini. Cerita yang kita lalui bersama. Ah, bukan. Aku tidak melalui semua cerita itu bersamamu. Maafkan aku, tidak semua waktu yang kau lalui bersamaku itu adalah aku yang kau kenal...