Chapter 41. The Warn and Truth

38 3 0
                                    

Matahari masih bersahabat baik dengan bumi, sekiranya ini sudah hampir dua minggu berjalan ditemani cuaca yang hangat nan menyenangkan. Tentu, hal ini berdampak pada salah satu penghuni bumi yang mendominasi hampir seluruh bagian, yang tak lain adalah manusia. Mereka berlomba-lomba keluar dari lingkup rumah dan melakukan berbagai aktivitas menyenangkan di luar ruangan.

Berlaku juga bagi Hwa Young yang saat ini tengah mengobrol asik dengan Yoon Sung, kawan dekatnya selama ini. Kalian mengenalnya sebagai Cheon Ssaem. Masih ingat, kan?

Mereka tengah menghabiskan waktu senggang di café sembari mengobrol asik. Senda gurau hingga kekehan berakhir ledakan tawa sering kali menguar dari keduanya kala topik lucu dimasa lalu kembali terputar dalam perbincangan.

Ditengah serunya perbincangan itu, Hwa Young tiba-tiba menggantinya dengan topik lebih serius dalam satu kalimat abstrak, yang langsung dimengerti Yoon Sung tanpa perlu penjelasan lebih detail.

"Sebentar lagi semuanya akan selesai, semakin mendekati puncak," ucapnya begitu tenang dalam senyum penuh arti.

Yoon Sung membenarkan letak duduknya menjadi posisi lebih serius lantas berdehem sejenak sebelum berbalas kata, "ya, dan tugasku sebagai mata-matamu di sekolah sudah selesai. Hoseok dan hubungan kalian."

Ia mengurai senyum ramah, "terimakasih, kau teman yang baik, Yoon Sung-ah."

Lantas hening sempat menyambangi mereka beberapa saat sebelum dirinya kembali melanjutkan ucapannya yang belum selesai. "Hoseok mengakhiri hubungan kami, dan aku menolaknya."

"Bukankah lebih baik seperti itu? Saeron sedang hamil anaknya dan mereka terlihat bahagia sekarang."

Sebuah gelengan penolakkan ia berikan, "aku akan mengurus Saeron nanti, setelah tujuanku selesai. Menyingkirkannya itu perkara mudah."

Sang lawan bicara menghembuskan napasnya berat, bersama tatapan sedih memandang sang sahabat, "sadarkah jika kau menjadi pribadi yang jauh berbeda sekarang? Kurasa lebih baik berhenti sekarang. Hentikan semua sampai disini saja."

Justru sebuah gelengan Yoon Sung dapatkan lagi, "aku tidak akan berhenti sebelum dia hancur."

"Dengan bertahan seperti ini, kau juga menggali lubangmu sendiri. Dengan seperti ini, kau juga membuat goresan luka pada dirimu sendiri. Apa kau sadar hal itu?"

Ia hanya menjawabnya dalam sunggingan senyum tanpa ucap.

"Masih ada jalan kembali, kau bisa berbalik arah sekarang dan menghentikan semua ini. Sebelum terlambat dan semakin jauh. Kau tidak seperti ini, kau bukan orang jahat. Aku semakin tidak mengenalmu sekarang," Yoon Sung menjedanya sejenak, "kawanku yang kukenal tidak seperti ini."

"Aku seperti ini karenanya," jawabnya begitu tenang. "Ini tidak adil untukku, dan aku ingin dia juga merasakan hal yang sama. Bagaimana rasanya hancur hingga terpuruk, aku ingin dia merasakannya juga."

Yoon Sung menggeleng pelan, "percayalah, tidak ada yang lebih tersiksa atau lebih bahagia. Diantara kalian, semuanya sama."

"Yang aku tangkap adalah kalian sedang menyalahkanku. Apa aku benar?" kendati tersenyum namun ada kilat tak terima dimatanya saat menatap Yoon Sung.

"Percayalah, kami menyayangimu dan tak ingin melihatmu hancur. Kembalilah selagi jalan itu masih terlihat, masih belum terlambat. Kumohon sebagai temanmu dan orang yang menyayangimu."

"Aku harus pergi sekarang," pamitnya sebelum angkat kaki dari sana. Meninggalkan Yoong Sung yang duduk terdiam menatap kepergiannya dalam tatapan sedih.

*****

Langkahnya kian melambat kala rasa sakit tiba-tiba menjalari perutnya. Akhir-akhir ini ia sering mengalaminya, tak menampik, sebab petuah Hoseok selalu terngiang menghantui harinya dan tentu sedikit banyak juga mempengaruhi kandungannya. Ditambah lagi hari ini, ia kembali mendapat petuah dari Yoon Sung.

Who Are You?Where stories live. Discover now