Hwa Young jengah, sedikit banyak ia merasa lucu dengan segala tindak tanduk Jungkook dan Taehyung. Benar-binar diluar nalar pikirnya. Setidaknya, meski tidak keberatan dengan adanya Taehyung, atau meskipun keduanya sudah berdamai, suaminya itu melayangkan protes atau merajuk beberapa kali, paling parahnya adalah berdebat. Tapi Hwa Young tidak menemukan hal-hal tersebut, malahan Jungkook semakin bersikap lembut padanya.
'Apa yang salah disini? Apa yang kulewatkan?
Sebanyak apa pertandingan yang mereka gunakan untuk bertaruh? Tidakkah Taehyung menang sesekali atau Jungkook yang kalah sesekali? Dan mengapa diriku yang menjadi objek seputar mereka?'
Satu bulan lebih, hampir mendekati dua bulan, tidak ada perubahan. Jungkook masih bertahan pada sikap manisnya, tidak memperdulikan banyaknya waktu yang ia habiskan dengan Taehyung meski terpaksa. Sementara Taehyung, lelaki itu selalu beralasan bahwa suaminyalah yang telah mengutusnya selama ini. Sejujurnya jika boleh berkata, dirinya tak nyaman dengan semua ini.
Malam ini, setelah mengantar kepergian Taehyung dari rumah, yang lagi-lagi karena titah sang suami dengan alasan sebagai rasa terimakasih karena telah membantu Jungkook menjaga dirinya. Lelaki itu diundang dalam acara makan malam yang sudah berlalu beberapa puluh menit lalu, tanpa ada kehadiran Jungkook, selaku pengundang disana. Suaminya itu berdalih dengan adanya sebuah pekerjaan mendesak yang harus diselesaikan malam itu juga.
'Omong kosong,' batin Hwa Young. Dirinya sudah mengerti, semakin lama arah dari semua ini semakin jelas. Semua alasan, semua taruhan, semua titah Jungkook pada Taehyung adalah omong kosong, hanya sebuah alibi dari sesuatu yang belum ia mengerti. Tapi yang jelas ia menangkap bualan dari kedua orang itu.
Maka disinilah ia sekarang, duduk pada sebuah sofa single di area balkon kamarnya, menatap kosong pemandangan indah gemerlap lampu kota.
Sebuah dekapan melingkari bahu dari belakang bersama terpaan napas hangat menyapa leher dari sosok dibelakang berhasil membuatnya meraih kesadaran.
"Kenapa di luar, hm? Udaranya dingin dan pakaianmu tipis, kau bisa sakit." Ucap sosok itu yang tak lain adalah sosok yang sejak tadi Hwa Young tunggu. Jeon Jungkook, sang suami.
Benar yang diucapkan Jungkook, tapi malam ini entah mengapa Hwa Young ingin menggunakannya, sebuah celana pendek hitam yang tenggelam dalam kaus putih tipis berlengan panjang yang mencapai setengah pahanya. Lucunya, ia menggunakan ditengah angin malam yang berhembus cukup kencang dan tak merasa dingin sama sekali.
"Aku menyukai anginnya, siapa tahu bisa membawa kalutku."
Jungkook mendengus senyum, "aku akan membersihkan diri dulu. Masuklah, aku tidak ingin kau sakit."
Rengkuhan yang mulai terlepas itu ditahan Hwa Young, menghentikan suaminya yang hendak melangkah pergi. Ia menuntun tangan itu hingga presensi Jungkook berada tepat didepannya, menghadapnya, menatapnya.
Jungkook membungkuk bersama kedua tangannya yang bertumpu pada sisi kanan-kiri sofa. Wajahnya terukir senyum lembut. "Ada apa, hm? Katakan sesuatu padaku."
Hwa Young mengulas senyum, sejenak irisnya mengamati wajah suaminya, tangannya tergerak menyentuh rambut, kening, mengusap kelopak mata, turun melewati hidung dan berakhir membelai kedua pipi lelaki itu. "Kau merawat dirimu dengan baik, Jung. Parasmu lebih tegas, matamu lebih bersinar, semuanya terlihat lebih baik."
Jungkook mengerutkan kening atas ucapan istrinya, "ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
Hwa Young menarik tengkuk sang suami dan membawanya dalam sebuah ciuman. Ciuman perlahan namun penuh makna. Bergerak pelan namun penuh arti, mengundang emosi keduanya tanpa sadar.
YOU ARE READING
Who Are You?
FanfictionJeon Jungkook. Kita melewati banyak cerita bersama dalam pernikahan ini. Cerita yang kita lalui bersama. Ah, bukan. Aku tidak melalui semua cerita itu bersamamu. Maafkan aku, tidak semua waktu yang kau lalui bersamaku itu adalah aku yang kau kenal...