Akhir-akhir ini rupanya cuaca sedang bersahabat dengan manusia, udara yang mengitari terasa hangat menyapa kulit, membuat orang berlomba-lomba keluar ruangan dan melakukan berbagai aktivitas diluar. Sekadar berolahraga, piknik dengan keluarga di akhir pekan, berkencan dengan yang terkasih, atau sekadar berjalan-jalan di taman menikmati udara.
Ada pula yang menghabiskan waktunya mengunjungi cafe, duduk dalam ruangan dingin menikmati hangatnya hari lewat batas transparan disebut kaca, berlomba mencari tempat duduk terbaik dengan pemandangan luar. Tak terkecuali dengan Hwa Young dan seorang lelaki disana, bedanya dengan pengunjung lain adalah sesuatu yang dinamakan hening tengah menyapa mereka selama duduk disini mungkin sudah sekitar sepuluh menit berlalu.
"Hoseok-ah." Panggil Hwa Young menyebut nama si lelaki, tangannya merangkak maju hampir menggapai milik lelaki itu yang juga berada di atas meja.
Lelaki itu segera menarik tangan saat merasa kulit mereka bersentuhan, menyembunyikannya dibawah meja. "Mari kita akhiri ini."
"Kau yakin, Seok-ah?"
Pandangan yang semula merunduk itu terangkat, menatap sang wanita lalu tersenyum sendu, "yakin tak yakin, berat maupun tidak untuk melepaskan. Nyatanya kita sudah memiliki hidup masing-masing, dan hubungan ini memang seharusnya berakhir sejak lama."
"Kau bahkan masih memiliki perasaan untukku. Aku jelas tahu kau tidak mencintai Saeron."
Hoseok tersenyum sendu, "tapi hidup tetaplah harus berlanjut. Kau adalah masa lalu yang seharusnya kutinggalkan. Salahku waktu itu adalah terbuai ego dan ikut gila dengan mempertahankan hubungan ini."
Hwa Young mendengus dan membuang muka, "omong kosong." Matanya kembali pada iris kecoklatan sang lelaki yang menatapnya sendu, "aku tahu kau mencintaiku. Sejak kecil, sejak kita bertemu pertama kali sewaktu Paman Jung memboyongmu kerumahnya setelah berpisah dengan Nyonya Park, atau bisa kusebut Eomma Park sekarang. Aku tahu kau memiliki rasa untuk kami, dan kau mencintaiku. Benar, kan?"
"Aku siapa yang sedang kau maksud? Itu sudah masa lalu–"
"Dan kau tak bisa mengelak perasaanmu, Seok-ah. Itu memang sudah masa lalu, tapi perasaanmu masih tetap padaku. Itu kenyataannya, kenapa kau terus menyangkal?"
"Saeron sedang hamil anakku," ucap Hoseok cepat tak menimpali kalimat sang wanita sebelumnya.
"Dan aku juga hamil anakmu."
Ia mendengus lirih bersama seuntai senyum tipis, "jangan membual. Itu anak Jimin, aku tahu itu."
Tak lama, bahkan wanita itu belum sempat berucap, ada seorang pengunjung berjalan terburu dan tak sengaja menabrak meja mereka, membuat perdebatan itu terhenti sejenak barang untuk melihat siapa gerangan. Tanpa kata maaf atau memembungkuk, orang itu pergi dari sana begitu saja.
Dia seorang lelaki dalam balutan kemeja santai berbahan dingin, tanpa setelan jasnya, dengan sebuah topi hitam dan masker yang menutupi hampir seluruh wajah, kecuali mata. Hwa Young jelas mengetahui siapa gerangan itu, Jeon Jungkook. Dari belakang, dalam langkah yang terburu menjauh itu, Hwa Young bisa menangkap emosi yang mendominasi sang suami. Tapi ia enggan menyusul, mencegah lelaki itu pergi. Toh semua memang benar adanya, tidak perlu lagi penjelasan lainnya. Tak perlu lagi ditutupi, waktunya akan segera tiba, dan ini semua akan segera berakhir setelah tujuannya tercapai. Hwa Young tak sabar menantikannya.
"Itu Jungkook."
Hwa Young mengulas senyum asimetris, "biarkan saja. Aku tak peduli padanya." Matanya masih mengantar langkah suaminya pergi.
Lelaki itu menghela napasnya berat, "tidakkah kau lelah?" Ia menatap Hwa Young, "bersikap seperti ini tidakkah kau lelah? Semua yang kau lakukan justru menggores luka untuk kalian berdua. Kau atau dia, salah satu hancur maka yang lain mengikuti."
YOU ARE READING
Who Are You?
FanficJeon Jungkook. Kita melewati banyak cerita bersama dalam pernikahan ini. Cerita yang kita lalui bersama. Ah, bukan. Aku tidak melalui semua cerita itu bersamamu. Maafkan aku, tidak semua waktu yang kau lalui bersamaku itu adalah aku yang kau kenal...