Chapter 23. Decision

42 6 0
                                    

"Apa pembicaraan kita kemarin hanya angin lalu? Aku serius, Tae. Bisakah kita saling memberi jarak?"

Dua presensi, Hwa Young dan Taehyung, sedang terlibat dalam pembicaraan serius.

Hari ini, lebih tepatnya siang ini, Taehyung kembali datang mengunjungi Jungkook. Tidak, tujuannya adalah menemui Hwa Young dengan dalih mengjenguk Jungkook. Entah bisa dikatakan mendukung atau tidak, situasi dikamar rawat saat itu hanya menyisakan Hwa Young tanpa Jungkook. Lelaki itu sedang melakukan pemeriksaan akhir sebelum esok diperbolehkan pulang.

Situasi menguntungkan untuk Taehyung, berkebalikan bagi Hwa Young. Akhirnya, gadis itu memilih taman rumah sakit untuk mengajak Taehyung berbicara. Kamar rawat tidak bagus sebagai tempat perbincangan, terlebih hanya mereka berdua, dan lagi, ia tak ingin menambah permasalahan saat Jungkook mendapati keduanya di kamar rawat hanya berdua. Entah pikiran apa yang akan berkelana dalam kepala suaminya nanti, yang jelas Hwa Young tidak menginginkan hal itu. Hari ini pula, ia berniat mengatakan keputusannya pada Taehyung.

"Maksudmu?" Tanya Taehyung. Ia sebenarnya cerdas, hanya saja tak mampu menerima penolakan apalagi tanda-tanda menghilangnya Hwa Young dari lingkaran hidupnya.

Hwa Young menarik napasnya panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Keadaan sudah berbeda, kau juga mengerti. Aku hanya ingin bersikap sebagaimana seorang istri. Tidak pantas rasanya aku berdekatan denganmu tanpa melihat statusku sekarang. Kita tetap berteman, hanya saja kau tak harus selalu menemuiku setiap hari seperti dulu. Kita bisa bertemu, kita bisa menghabiskan waktu bersama, tapi tidak seperti dulu."

Dahi lelaki itu mengkerut, ada rasa tak terima dalam hatinya. Ia belum siap mendengar penolakan lagi. "Bisa lebih diperjelas?"

"Aku ingin menjadi istri yang baik."

"Aku masih tak mengerti." Kata Taehyung dengan pandangan kosong menatap kumpulan batu hias di bawah sepatunya.

"Aku memilih Jungkook." Ucap Hwa Young pasti. "Maaf tidak bisa memenuhi keinginanmu, kita tidak bisa bersama. Maafkan aku."

"Apa hatimu juga menjadi miliknya?" Taehyung beralih menatap Hwa Young

Hwa Young menghela napas, ia mendongak menatap langit biru berteman gumpalan awan yang bergerak mengikuti angin. "Mungkin? Aku tidak tahu, tapi aku sudah memutuskan untuk memilihnya."

"Jadi, tidak ada kesempatan untukku, ya?" Tanya Taehyung tersirat nada penuh harap.

"Setelah pernikahan ini terjadi, aku sudah tahu, kita tak memiliki kesempatan lagi. Itulah mengapa aku mengakhiri hubungan ini, dan lagi, ada kehidupan yang ingin kulindungi. Tae, tujuan dari semua ini adalah untuk membuatku hancur. Kau jelas mengetahuinya."

"Jika kau bisa berpaling dari Jungkook dan kembali bersamaku, aku yakin semuanya akan berhenti."

Hwa Young menggeleng lemah, "Tidak mungkin, Tae. Jika bersamamu adalah kehancuranku, mengapa semuanya tidak berhenti? Maka biarkan aku memilih jalan ini. Jika aku hancur, semuanya pasti akan selesai."

Taehyung mulai dirundung emosi. "Tapi tidak begini caranya, Young! Ka–"

"Lalu bagaimana caranya, Tae?" Hwa Young menatap Taehyung tegas namun pias. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. "Tolong izinkan aku bersikap egois. Biarkan aku menjadi orang bodoh. Sekali ini saja. Kali ini, kumohon padamu."

Hening berganti menyampaikan pendapatnya, berhembus bersama angin semilir. Menerbangkan helaian anak rambut dua presensi disana.

Taehyung bungkam. Jika berucap sedikit saja, ia yakin semua semakin parah. Keduanya sedang diliputi kalut, tidak baik untuk diteruskan. Ditambah lagi, ia tak ingin melihat Hwa Young menangis seperti waktu itu.

Who Are You?Where stories live. Discover now