Ini sudah satu hari berganti setelah Jungkook jatuh pingsan, Hwa Young juga sudah memaksa lelaki itu pagi ini untuk tidak berangkat kerja hingga keadaannya benar-benar membaik. Sungguh, Hwa Young tak menyangka suaminya itu berkerja terlalu ekstrim sampai begitu akibatnya. Maka, dengan sedikit paksaan serta pengorbanan kecil, akhirnya sang suami menuruti kemauannya. Iya, pengorbanan kecil menjadi bulan-bulanan dekapan sepanjang hari tanpa bisa dilepas kalau tidak mendengar perut keroncongan sang suami.
"Ah, bagaimana ini? Tanganku tidak mau melepasmu," ucap Jungkook dengan nadanya yang menggemaskan.
"Baiklah, kalau begitu aku akan berdiam disini," timpal Hwa Young menjahili sang suami yang jelas-jelas sedang menahan perutnya yang meronta.
"Tapi aku lapar...," mulutnya mengerucut, "tapi tanganku juga tidak mau melepaskan," tambahnya semakin mengeratkan pelukan.
"Jung, itu geli." Hwa Young menggeliat, memberi jarak agar sang suami tak semakin gencar memberikan napas panasnya bersama kecupan ringan dilehernya.
"Kenapa?" Jungkook merubah posisi berbaringnya menjadi menelungkup, dengan tangan yang masih betah mengurung sang istri, bertumpu pada sikunya sebab tubuhnya yang sedikit menimpa Hwa Young, "kalau makan dirimu, kenyang tidak, ya, Young?"
"Mesum!" Hwa Young memalingkan wajahnya dari sang suami.
"Mesuk dengan istri sendiri kan tidak apa-apa. Hei," Jungkook mengarahkan wajah sang istri agar kembali menatapnya, "kalau aku pernah baca di artikel, saling menggoda dengan kalimat yang mengundang hal-hal seperti itu, wajar dilakukan sepasang suami-istri. Untuk memupuk perasaan lebih dalam lagi satu sama lain," ia kembali menelusup ceruk leher Hwa Young lantas berkata dengan suara berat menggodanya, "apalagi kalau sampai direalisasikan."
"Jungkook!"
"Hei, wajahmu memerah. Malu, hm?" Godanya kala mendapati rona merah pada wajah sang istri. "Ayolah, ya? Ya? Aku sedang panas, loh, Young. Katanya kalau melakukan itu bisa lebih cepat sembuh dibanding obat. Kan, langsung berkeringat mengeluarkan panas." Pinta Jungkook masih gencar memohon. Sebenarnya ia hanya bercanda dengan menggoda sang istri pada awalnya. Namun ia termakan ucapannya sendiri tatkala semu merah diwajah sang istri serta sinar mentari yang bersahabat dengannya pagi ini memberi efek pancaran paras Hwa Young terlihat lebih natural, bak berbalik menggodanya dan berhasil membuat keinginannya itu membuncah naik.
Satu sekon berikutnya, Jungkook sudah mengungkung Hwa Young, ia semakin merunduk disertai senyuman gemas lantaran sang istri yang semakin menenggelamkan wajahnya pada bantal kala wajahnya semakin mengikis jarak. Ia sengaja memberi jarak cukup dekat dengan wajah Hwa Young, sekali wajah itu terangkat atau bibir berucap, Jungkook yakin tak akan bisa melepasnya hari ini.
"Jung, a-aku harus menyiapkan sarapan."
"Nanti saja."
*****
Hari sudah beranjak sore, langit juga sudah menunjukkan warna jingganya, bersama gelap mendung dan hujan cukup deras ditemani terpaan angin kencang yang masih setia menemani sejak pagi. Namun sejak siang tadi hingga sekarang tidak ada kegiatan apapun yang mengisi keramaian di rumah itu. Iya, sebab saat pagi hingga siang ada kegiatan yang cukup meramaikan kamar mereka, Jungkook tidak sedikitpun melepas Hwa Young, tak pula memberi kesempatan barang mengambil napas normal atau menetralkan detak jatung. Kegiatan yang cukup untuk menguras habis tenaga mereka lantaran Jungkook kelewat bungah ditengah sakitnya, hingga rasanya tak ingin melepaskan barang sedetik.
Bagaimana, ya? Jungkook merindukan Hwa Young-nya yang seperti ini, teramat sangat rindu malah. Rasa-rasanya seperti lama tak bertemu, lama tak merasakan momen manis bersama seperti ini. Kendati Hwa Young selalu bersamanya, tapi tetap saja, hatinya tak selalu membuncah setiap saat. Hatinya hanya akan berdedegup kencang pada saat-saat tertentu, seperti saat ini, saat ia mendapati kembali pribadi sang istri yang ia kenal selama ini.
YOU ARE READING
Who Are You?
FanficJeon Jungkook. Kita melewati banyak cerita bersama dalam pernikahan ini. Cerita yang kita lalui bersama. Ah, bukan. Aku tidak melalui semua cerita itu bersamamu. Maafkan aku, tidak semua waktu yang kau lalui bersamaku itu adalah aku yang kau kenal...