Chapter 2 : Princess Shofia

55 16 28
                                    


Happy Reading
****


Tap Tap Tap.

Suara langkah kaki terdengar saat Tumit sepatu Shofia mengetuk lantai koridor kampus yang masih lenggang.

Sengaja.

Sengaja ia berangkat sedikit lebih pagi, agar bisa menikmati waktu belajarnya di keheningan.

Maklum, jika dirumah ia takkan pernah mendapati satu hari tanpa teriakan, makian juga bunyi bising barang yang berjatuhan.

Oh.

Kecuali, waktu ayah dan bunda dirumah, dan itu sangat jarang.


Dan sekarang Shofia melangkahkan kaki nya menuju kelas, membawa tubuhnya untuk duduk di barisan bangku tengah, yang tidak terlalu jauh apalagi terlalu dekat dengan meja dosen. Strategis.

Shofia tak pernah mau terlihat terlalu mencolok, tapi bukan berarti dia tipe mahasiswa yang terlalu rajin.

Dia hanya tidak suka jika diperlakukan secara berlebihan.



Sudah 30 menit waktu yang ia habiskan untuk membaca buku dan juga makalah laporan tentang kesehatan diatas meja nya, mahasiswa lain mulai berdatangan dan mengisi bangku yang semula kosong.

"Hai Shofia, selalu jadi yang pertama datang ya"

"Selamat pagi Shofia"

"Hari ini giliran ke kantin sama gue ya"

Shofia membalas sapaan mereka satu persatu dengan senyum manis yang tak pernah luntur.

Shofia kembali menatap bukunya saat dosen mata kuliah nya mulai memasuki kelas.

"Psst guys"

Shofia menoleh kesamping, menaruh eksistensi nya pada temannya Jauhar Junhoe yang sedang berbisik dengan senyuman jenaka andalannya.

Aditya Bambam juga Rayhan Donghyuk juga beberapa teman lainnya ikut memperhatikan diam-diam

"Tau nggak pak Somad kali ini jadi kaya apa?

Ujar Jauhar sambil menarik turun kan alis nya.

Yang lainnya menahan tawa sambil menggeleng.

Sedangkan Jauhar mulai menunjukkan cengirannya konyol nya.

" Kaya tomat"

Yang lainnya mulai menutup mulut karena takut bersuara.

Sedangkan Shofia mulai memandang ke depan.

Bapak Somad, dosen mata kuliah nya berperawakan tambun dan berkepala plontos. Hari ini beliau menggunakan setelan merah dengan dasi berwarna hitam, tak ada yang salah.

Shofia kembali melirik teman-teman sekelasnya yang masih menahan tawa.

Shofia menghendikkan bahu lalu kembali fokus pada bukunya, ia tidak paham selera humor temannya.
Mungkin lain kali dia harus bertanya pada yang lain .










Seusai mata kuliah terakhir selesai, Shofia berjalan menuju taksi online pesanannya yang sudah menunggu di depan gerbang.

Hari ini dia ada janji dengan bundanya.
Tadi, bundanya mengirim pesan agar Shofia menyempatkan datang ke rumah sakit untuk sekedar membantu bunda mengawasi pasien.

Shofia senang-senang saja, selain intensitas nya bertemu dengan bunda jadi setingkat lebih banyak dari saudarinya, ia jadi bisa belajar dan praktek lebih banyak dari yang diajarkan di kampus.

Diary's AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang