Chapter 19: "Fighter "

27 7 44
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Seandainya perasaan manusia bisa di atur sesuai dengan keinginan, mungkin ia takkan pernah mengatur untuk jatuh cinta seperti ini.

Seandainya ia percaya pada kata-kata romansa di novel kuno yang pernah ia baca, jika yang paling menyakitkan bukan lah patah hati, melainkan jatuh cinta, mungkin jantungnya takkan berdetak hingga semenyakitkan ini saat netra kembar itu saling bertatap.

Violetta Kyuna, memilih untuk menyimpan rapat-rapat sakit hatinya, saat pria bagai pangeran berkuda itu tak pernah menatapnya dengan cara yang ia inginkan.

Mata bening itu selalu berbinar saat melihat kakak tertua nya, padahal Violetta sudah memandangnya dengan pandangan memuja.
Apa iya, pria itu tak mampu melihat ketulusan di matanya!?

Violetta duduk termenung di kursi kayu dengan eskiko dipelukannya.
Pandangannya menerawang jauh ke luar jendela kamar.
Melihat burung kecil yang merenangi angkasa dengan riangnya, tanpa takut mungkin saja mereka terjatuh lalu terhempas kebumi dengan keras hingga meremukkan tulang.

Seandainya ia juga seperti burung itu, yang bisa terbang tanpa takut jatuh.

Tapi semua hanya sebatas pengandaianya, yang ia pun tak tau mampukah ia meraih pengandaian itu.

Jika saja bertindak semudah berbicara, mungkin perasaanku takkan jadi serumit ini- pikir Vio dengan batin yang berkecamuk.

Harus kah ia berpindah ke lain hati?

Bagimana jika hal serupa juga terjadi?

Tapi, jika ia bertahan apakah hal yang ia inginkan bisa tercapai?

Ah. Sudahlah dia bingung

Tok Tok Tok

"Oleet kakak pinjem cat air lagi dong"

Jika biasanya ia akan dengan senyuman lebar menyambut para saudara nya, tapi kali ini tidak.

Sungguh ia sedang tak ingin bertemu siapapun.

Apalagi jika ia sampai bertemu mbak Narsya. Bisa habis di gilas habis jika ia sampai bersitatap dengan mbak Narsya apalagi sampai mbak Narsya menebak isi pikirannya.

"Iya kak. Ambil ajah. Ada dimeja"
Ucap Violetta tanpa menoleh kebelakang.

Shofia mengernyit bingung. Apa ada yang salah dengan adiknya.
Biasanya Vio akan bermain sendirian di dalam kamar, hingga membuat kamarnya sendiri berantakan.
Atau merecoki saudara-saudara nya yang lain, kadang juga berteriak sambil berlarian di rumah.

Tapi kini? Yang ada di hadapannya saat ini, seolah Violetta yang lain.
Menatap keluar jendela tanpa ekspresi juga ucapannya yang datar.

Seperti bukan Olet saja.

"Olet nggak mau turun buat makan cake? Kak Lana baru ajah beliin cake"

"Nggak. Itu kan buat kakak"

Shofia makin mengernyit heran. Kenapa dengan adik bungsunya ini?

"Tapi yang lainnya ikut makan kok" balas Shofia.

Violetta hanya bergumam "hmm"

Kan. Adiknya tak pernah seperti ini padanya. Aneh.

"Beneran nggak mau? Ada susu strawberry juga di kulkas. Nanti keburu diminum Rey"

Violetta tak bergeming, bahkan ia hanya menjawab seperlu nya tanpa mau repot membuat pembicaraan yang lain.
Shofia jadi bingung, tak biasanya ia kehabisan bahan pembicaraan seperti ini.

Diary's AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang