Chapter 4: "Like a Normal"

35 13 28
                                    

Happy Reading
****



Langkah kaki Narsya terayun dengan ringan saat sampai di koridor kampusnya.
Senyum di wajahnya juga tak luntur sedari tadi.
Di perjalanannya menuju kelas pun banyak adik tingkat maupun kakak tingkat yang menyapanya, dan Narsya dengan senang hati membalas sapa an itu satu per satu.

"Selamat pagi kak Narsya"

"Pagi adek "

"Narsya,  nanti jangan lupa mampir ke ruang klub ya "

"Oke siap. Calling gue lagi ya"

"Weh ini dia si kakak cantik"

"Duh bisa aja kamu"

Begitu seterusnya.

Narsya sebenarnya bukan tipe orang yang terlalu humble.  Tapi dia tak sungkan menunjukkan kesan pertama yang baik pada tiap orang yang baru di temui nya.
Dia akan dengan senang hati tersenyum jika di sambut baik,  tapi jika dari awal ia tak suka maka wajah dinginnya yang menghiasi.

Tak jarang banyak mahasiswa yang menyangka Narsya adalah orang yang galak.
Padahal tak tau saja adik-adik nya jauh lebih ganas daripada dia

Ah.  Membicarakan adik-adik nya ia jadi merasa geli.  Jika dirumah mereka selalu meributkan hal-hal sepele,  di kampus mereka seolah tak terlalu akrab,  tapi jika salah satu dari mereka berpergian jauh,  maka akan rindu.

"Nah Nah,  kalian tengok lah kawan kalian itu. Pagi pagi buta sudah geser pula otak nya ke hidung"

Narsya tertawa mendengar gerutuan temannya, Ramadhan Seongwoo mahasiswa Rantau dari Manado yang menjadi chairmate nya di kelas kali ini

Amanda Dahyun reflek menepuk punggung pria Manado itu akibat ucapan nya dan ikut tertawa.
Memang Rama itu jago mencari topik yang menarik

Apalagi Arfano Daniel yang terkikik geli hingga matanya tinggal segaris.

Kalau dia sih, memang dasarnya mudah terhibur

"Duh pagi pagi pedes bener omongan lu"

Rama mendengus geli.

"Lah, kau pagi-pagi senyam senyum.  Tak kau tengok kawan kau sudah pusing kali ini. "

"Santai atuh Ram,  jangan marah marah"

Narsya cemberut

"Bah.  Tak marah lah aku ini. Aku bicara baik-baik "

"Tuh kan marah lagi"

"Adoooh. Emang mamak punya gaya bicara sudah seperti ini.  Tak marah lah aku ini"

Narsya tertawa.

"Iya iya gue juga tau elah"

"Lah dikerjai pula aku sama tuyul satu ini"

Keempat nya tertawa,  menertawakan kebodohan masing-masing

"Btw kenapa sih kusut amat"

"Abis ini ada tes lisan buat bab 3 ituloh"

Ujar Amanda

Narsya mengangguk. Tak perlu khawatir toh dia sudah belajar semalam.

Setelahnya Narsya duduk di bangkunya, disebelah Rama yang sibuk menendang-nendang pelan ujung sepatu Narsya.

Diam. Gak boleh murka
Orang gabut emang nyebelin

Narsya hanya membatin tanpa ada niat menegur Rama yang sedari tadi mengganggu konsentrasi mencatat mata kuliah di papan sana.

Diary's AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang