Chapter 3 :"He is the Soldier"

36 15 45
                                    


"Happy Reading"
*****

Shofia melangkahkan kaki menuju pintu gerbang rumahnya yang sudah ada di depan mata.
Ia sudah rindu dengan kasur empuknya,  juga bantal dan boneka yang memenuhi kamarnya.
Mata kuliah tadi menguras habis seluruh energi juga teman barunya ikut-ikutan menguras emosi jiwa nya.
Jadi hampir tak ada tenaga yang tersisa.

Shofia mengetuk pintu dua kali lalu membukanya.

"Assalammualaikum,  Shofia pulang"

"KAKAK" - Violetta berteriak dengan seluruh suara yang dia punya

"KAKAK SHOFIA KUU SELAMAT DATANG DI RUMAH"

"KAKAK UDAH PULANG YEAY" ujar Rey

"KAKAK MASAK DONG AI LAPER"

Sudah biasa,  teriakan si kembar juga Cassie akan mendominasi lebih dulu tepat saat ia baru mengucap salam.
Dan Shofia bisa apa selain mengangguk.

"Shofia baru pulang? "

Shofia menegakkan tubuhnya lalu Buru Buru mencium tangan ayahnya.

Ini,  kenapa ayah tiba-tiba ada dirumah.

Terlihat ayah hanya memakai kaus yang sudah di basahi oleh keringat juga celana training berwarna hitam.  Rambut cepak hitam legam milik ayah juga basah karena peluh.

"Iya ayah,  tadi diminta bunda mampir dulu kerumah sakit"

sang ayah mengangguk.

Shofia diam-diam bernafas lega,  sebab ia tak ingin ayah nya marah karena salah mengira ia pergi keluyuran tak jelas.

"Ayah~ kok main pergi ajah. Ternyata Narsya ngomong panjang lebar sendirian,  Narsya kira ayah masih di belakang Narsya"

Shofia melihat di belakang punggung ayah ada Narsya yang juga sama berkeringatnya dengan ayah. Maklum Narsya baru kelihatan karena ketutupan punggung Ayah, ya gimana dong Narsya kan semampai.

Ah.  Shofia tau,  pasti Nasrya habis latihan fisik bersama ayah.

"Maaf ya,  ayah langsung keluar waktu dngar Shofia pulang"

Memang seperti ini,  jika orang tua nya ada dirumah mereka akan menjadi pribadi yang akur juga baik.
Saling menyebut nama jika berbicara,bertutur kata lembut,  ah pengecualian untuk si kembar dan Cassie mungkin, mereka masih hobi berteriak.
Tapi tidak se bar-bar jika tidak ada ayah bunda.

"Habis ini Narsya mau berenang,  ayah ikut? "

"Tidak,  hari ini kamu boleh main-main di air"

"Siap.  Ayah"

Shofia pun berpamitan ingin ke kamar.

"Tunggu Shofia"

"Iya ayah. Ada apa? "

"Besok pagi kamu ikut ayah ya"

"Kemana ayah? "

"Melakukan kunjungan ke camp latihan anak didik ayah"

"Kenapa bukan Narsya? Biasanya dia yang ikut"

Ayah tertawa kecil.

"Sesekali ayah ingin memperkenalkan Putri ayah yang satu ini"

Shofia mengernyit bingung tapi tetap mengangguk,  menyetujui permintaan sang ayah.
Lagipula,  dia tak memiliki alasan untuk menolak.

"Baik ayah Shofia ikut "

"Bagus"

.
.
.
.
.

Pagi-pagi sekali Shofia sudah menatap langit kamar nya yang bertaburan stiker Bintang.
Ia bingung,  apa yang harus ia lakukan disana nanti? Apa yang harus ia pakai,  atau dengan siapa dia harus berbicara.
Atau dia juga akan pulang dengan tubuh luka-luka seperti Narsya biasanya?

Diary's AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang