Part 3. Who

34 7 2
                                    

Haloo, author disini ehehe
Pidatonya nanti aja deh di ending part yak :v

Happy reading~

"Jae-Jaehyun?"

Tubuh Jaerin seketika membeku begitu melihat Jaehyun disana. Ingatlah satu hal, jika seorang Nam Jaerin masih dan sangat menyukai Jaehyun.

"Gue mau balikin ini" tangan Jaehyun terangkat, di genggamannya sudah ada sebuah gelang perak minimalis dengan gantungan berbentuk kucing disana.

Melihat apa yang digenggam pria di hadapannya itu, Jaerin sontak memeriksa pergelangan tangannya.

Dan benar saja, gelangnya tidak ada disana. Tapi bagaimana bisa gelang Jaerin ada pada Jaehyun?

"Tadi nyangkut di jaket gue, lo ga kerasa apa?"

"Ha? nyangkut?" Jaerin masih lambat mencerna kalimat yang diucapkan Jaehyun karena dia benar benar gugup sekarang.

"Lo tadi kan pake jaket gue, aduh lo lemot banget sih mikirnya. Udah nih"

Jaehyun melempar pelan gelang itu pada Jaerin.

"Makasih jae" Jujur saja Jaerin benar benar malu saat ini, apalagi dia disebut lemot oleh Jaehyun tadi.

"Hmm, gue balik"

Jaehyun beranjak pergi dan Jaerin mengekor dibelakangnya hendak mengantarkannya sampai gerbang. Tapi baru tiga langkah, Jaehyun berhenti dan membalikkan badannya pada Jaerin.

"Udah sana, gausah dianter sampe depan"

Jaerin terkejut dengan ucapan Jaehyun yang seperti mengusirnya, padahal niat hati hendak mengantar tamu sampai depan sebagai bentuk sopan santun yang biasa diajarkan oleh mama Jaerin.

"Diluar dingin, lo cuma pake baju pendek gitu. Udah sana balik kamar"

"Tapi Jae-"

"Udah sana, ngeyel banget sih lo"

"Dih iya iya tck"

Tanpa basa basi Jaerin membalikkan langkahnya yang semula menuju keluar rumah menjadi ke arah tangga.

"Eh tunggu" kembali menghadap Jaehyun, Jaerin bertanya tanya kenapa Jaehyun memanggilnya lagi.

"Apaan"

"Lo besok bawa jaket, gue ogah minjemin lo lagi"

Cklek-

Bersamaan dengan itu Jaehyun keluar dari rumah Jaerin dan tak lupa menutup kembali pintu rumah Jaerin.

"Dasar pelit, gue juga ogah sih minjem looo" Jaerin bergumam pelan sembari menaiki kembali anak tangga menuju kamarnya.

- - - - - -

.
.

Seorang gadis tengah duduk sendiri di halte bus, dengan seragam sekolah dan tas dipunggungnya.

Tak lupa dia juga membawa jaket mengingat pesan seorang namja yang kemarin malam datang kerumahnya.

Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 7, yang berarti 30 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Mungkin hari ini keberuntungan tidak berpihak pada Jaerin, bus yang dia tunggu sedari tadi tak kunjung datang juga.

Love PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang