“Gue absen aja dulu kali ya?” usul Helen.
“Boleh tuh beb, sambil nunggu pengumuman juga,” sahut Valentino sambil mengedipkan sebelah matanya yang membuat Helen mendelik kesal.
Helen membuka chat grup tim di ponselnya untuk lebih mudah mengabsen timnya yang sekarang ini sedang berkumpul. ”Alhad?”
“Ya.”
Helen mendengus sebal mendengar sahutan Alhad yang ke lewat datar. Ia menatap ponselnya lagi untuk lanjut mengabsen. ”Adiba sama Nita ada,” gumamnya pelan.
“Aldi?”
“Lagi ke toilet sama Bilan, Hel.”
Helen menganggukkan kepalanya untuk menanggapi ucapan Nita. Helen tersenyum kala membaca nama yang akan ia absen. ”Arga?”
“Ada.”
Helen mematung saat melihat senyum tipis terbit di wajah tampan Arga. Ini adalah pertama kalinya Arga tersenyum kepada Helen. Karena biasanya Arga itu galak kepada Helen. Arga bukan laki-laki dingin yang pelit untuk bicara atau tersenyum, tapi Arga adalah laki-laki galak yang ketika berbicara sungguh pedas dan jarang tersenyum sih setau Helen. Lamunannya buyar ketika Adiba menepuk bahunya beberapa kali.
“Eh iya, Dib?”
“Ngelamunin apa tuh? Dari tadi gue di sini tepuk bahu lo gak noleh mulu.”
Helen menggaruk pipinya yang tak gatal sambil cengengesan menatap Adiba. ”Maaf gue gak tau. Kenapa, Dib?”
“Gue mau nyamperin panitia dulu.”
Helen menghela napas saat selesai mengabsen nama-nama timnya. Ia memutuskan untuk duduk di kursi yang tak jauh dengan teman satu timnya sambil bermain game agar tidak terlalu bosan menunggu pengumuman tim mana yang akan menang seleksi bazar bertema, karena pengumuman entah saat ini juga atau ada perwakilan yang berkumpul bersama panitia saat jam pulang tiba lalu mengumumkannya di grup Whatsapp.
“DOR!”
“Allahu akbar!” teriak Helen sambil mengusap dadanya karena kaget bukan main ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang dengan kencang. Helen memutar bola matanya malas saat mengetahui pelakunya yang sedang memasang wajah tanpa dosa. ”Apa sih lo?!”
“Kok gue belum diabsen?”
“Kata siapa belum? Tadi gue udah absen tapi lo nya gak ada.”
“Gue ada, cuma lagi ke toilet. Kalo gue gak ada berati gue udah meninggal. Nanti Mimi peri sedih karna utusannya meninggal terus nanti yang bikin Helena Gladista selalu tertawa siapa?” tanya Aldi dengan santai sambil membuka bungkus permen lolipopnya.
“Ya, ya, serah,” kata Helen sambil mengibaskan tangannya ke udara.
“Ayo absen gue.”
Helen menatap Aldi dengan pandangan kesal. ”Ribet banget sih idup lo. Ngapain absen lo lagi? Kan lo udah ada di sini.”
“Helenaaaaaaa.”
“Aldiiiiiiii.”
Teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka berdua. Tidak aneh lagi memang dari kelas sepuluh jika Aldi dan Helen bertemu selalu bertengkar karena hal-hal sepele. Bahkan mereka sering kejar-kejaran di koridor sekolah karena Aldi selalu mengusili Helen yang sensi terhadap Aldi.
“Iya, sayang?” Tawa mereka pecah saat mendengar perkataan dari mulut Aldi.
Helen mendelik kesal menatap teman-temannya satu persatu lalu menatap Aldi lagi. ”Gue serius.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bandana [Completed]
Подростковая литература[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki berbandana yang melempar surat ke balkon kamarnya. Tapi, masalahnya laki-laki yang memakai bandana itu bukan hanya satu. Di mulai dar...