Kelas Helen sedang tidak ada guru yang masuk ketika jam istirahat sudah habis, tapi mereka diberi tugas untuk merangkum oleh guru piket agar kelas Helen tidak menciptakan keributan. Helen yang sangat malas menulis itu terus saja mendumel karena diberi tugas merangkum cukup banyak.Adiba yang berada di sampingnya hanya menggelengkan kepalanya mendengar ocehan yang keluar dari mulut Helen. Sedangkan kedua laki-laki yang berada di belakangnya mendengus kesal, sesekali kaki Regan menendang kursi Helen dengan susah payah karena posisinya Regan duduk di belakang Adiba.
Helen tambah kesal saat tinta pulpen yang sedang ia pakai habis. Adiba yang melihat itu langsung menawarkan Helen untuk meminjamkan pulpennya, tapi Helen malah menggeleng membuat Adiba mengernyitkan dahinya. Tambah bingung lagi saat Helen beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke meja yang berada di depan guru.
Andre yang melihat itu menatap Adiba, lalu bertanya, ”Mau ngapain tuh Lena ke mejanya Arga?”
“Something,” sahut Regan sambil membuka lembaran buku selanjutnya.
“Lena suka sama Arga?”
Regan yang mendengar pertanyaan dari Andre menaikkan satu alisnya. ”Napa lo? Cemburu?”
Andre terkekeh pelan. ”Ya kali.”
Di sisi lain Helen sudah berdiri di hadapan Arga sambil nyengir. Arga yang peka dengan keberadaan Helen langsung mendongakkan kepalanya. ”Paan?”
“Ar, pinjem pulpen dong.”
Arga memutar bola matanya malas. ”Belilah sana. Minjem kek ke temen sebangku lo. Kenapa malah jauh-jauh kesini? Temen lo sebelah sana kan banyak.”
Bangku mereka memang tidak berdekatan. Mereka duduk sama-sama di barisan ujung. Demi misi pertama ia harus bisa mendekati Arga. Bahkan ia sudah menjadi pusat perhatian kelas tapi Helen mengabaikannya dan fokus lagi kepada Arga yang sedang menulis.
“Tadi gue udah nanya barisan sana, mereka gak pada punya.”
“Beli.”
“Koperasi jauh, Ar.”
“Manja. Minjem tuh ke temen sebangku gue.”
“Ayo lah, Ar. Membantu orang yang sedang kesusahan itu pahalanya banyak, lho." Helen terus saja berusaha agar Arga mau meminjamkannya.
Arga meletakkan pulpen yang sedang ia pegang dengan kasar. ”Tuh, ambil! Sana balik.”
Helen yang mendengar itu tersenyum lebar, ia harus berterimakasih banyak kepada pulpen miliknya karena habis di saat yang tepat. Helen meraih pulpen itu dengan senyuman manisnya, lalu berucap, ”Trimakasih G tiga.”
Papian, teman sebangku Arga mengernyitkan dahinya. ”G tiga apaan tuh?”
“Ganteng Ganteng Galak.” Setelah menjawab, Helen pergi dari sana sambil cekikikan saat mendengar Arga mengumpat. Sedangkan Papian sudah tertawa terbahak-bahak.
💌💌💌
“Aduh, bagus ya baru dateng. Dari mana saja kalian?!”
“Dari mana, Lan?” Pertanyaan Aldi sukses membuat teman sekelasnya menahan tawa.
Bilan mendengus kesal saat Aldi malah melempar pertanyaan kepadanya. ”Dari kantin, Bu.”
“Kenapa telat?!”
“Kenapa katanya? Tuh, lo ditanya lagi sama Bu Dadah,” kata Aldi sambil menyenggol tangan Bilan yang ada di sampingnya.
Bilan melayangkan tatapan tajamnya kepada Aldi. Aldi yang melihatnya hanya nyengir. Bilan menggaruk pelipisnya yang tak gatal. ”Lupa lagi duh Bu jawabannya.”
Bu Dadah menggelengkan kepalanya melihat tingkah murid yang ada di hadapannya itu. ”Sudah, kalian berdua ibu hukum. Berdiri di depan pintu kelas dengan badan tegak, tidak boleh bergerak sedikit pun. Menggaruk saja kalian tidak boleh. Kerjakan hukuman kalian sampai pulang sekolah.”
“Ayo, Lan. Kita jadi patung ganteng dadakan. Siapa tau Mimi peri beli kita terus dipajang di musium.”
💌💌💌
“Helen sama Arga mana sih? Kita kan udah sepakat kumpul di rumah Nita buat diskusi bazar bertema. Apa lagi hasil diskusi kita harus disetor besok ke panitia.”
“Udahlah, yang ada dulu aja. Lama nunggu mereka,” sahut Alhad.
Papian memasukkan cemilan ke mulutnya, lalu berkata, ”Paling juga Helen nontonin Arga lagi latihan futsal. Kan minggu depan Arga tanding.”
“Yang lagi ngejalanin misi sampe segininya," gumam Adiba pelan.
"Hah? Tadi lo ngomong apaan, Dib. Misi? Misi apaan?"
“Mis-“
“Langsung aja yuk. Nanti ke buru malem kalo nungguin mereka dateng,” ajak Nita.
💌💌💌
“Nih!”
Arga mendongakkan kepalanya saat ada seseorang dari sampingnya menyodorkan air minum. ”Gue bawa minum sendiri.”
Helen mendengus kesal, ia duduk di samping Arga secara perlahan. ”Minum lo kan di tas. Tas lo ada di loker, sedangkan lokernya jauh. Udah minum aja nih dari gue. Aman kok.”
“Dalam rangka apa lo berbaik hati sama gue?”
Helen gelagapan mendengar pertanyaan dari Arga, ia menggaruk pipinya yang tak gatal. ”I-itu apa.. a-anggap aja sebagai tanda trimakasih. Karna ttadi.. lo udah pinjemin pulpen.”
“Oh.”
“Ya udah sana pergi. Ngapain masih di sini?” Lanjutnya.
Helen mengerucutkan bibirnya saat Arga mengusir dirinya. Bukannya pergi, Helen malah memperhatikan Arga dari samping. Sangat tampan. Apalagi bandana yang bertengger di kepalanya itu semakin membuat Helen susah kedip.
“Apa lo liat-liat?”
“Ar, kalo di luar sekolah lo suka pake bandana juga?”
Bukannya menjawab pertanyaan Helen, Arga malah beranjak dari duduknya meninggalkan Helen sendirian. Catat! Arga sama sekali tidak menyentuh air minum pemberian dari Helen.
“Sabar, Hel. Demi senja.”
💌
Sampai jumpa di part selanjutnya♥
Trimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bandana [Completed]
Novela Juvenil[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki berbandana yang melempar surat ke balkon kamarnya. Tapi, masalahnya laki-laki yang memakai bandana itu bukan hanya satu. Di mulai dar...