"Gue gak akan jalanin misi itu lagi. Gue gak mau kita diem-dieman kaya gini, lo berdua masih marah ya sama gue?"
Nita menghela napas lalu menatap Helen yang berada di depannya. Pagi ini mereka memutuskan untuk mengobrol di kantin sebelum jam pelajaran akan di mulai. "Gue lebih marah kalo lo jalanin misi itu lagi, Hel. Gue gak bermaksud buat ngelarang kemauan lo, tap-"
"Iya gue ngerti, Nit. Udah ah jangan di bahas lagi, kita baikan kan?" tanya Helen sambil menaik turunkan alisnya kepada kedua sahabatnya.
Adiba tersenyum lalu menepuk punggung tangan Helen. "Kalo udah waktunya tiba, senja pasti jujur ke lo."
"Nah, bener, Hel! Kalo dia gak jujur terus sama lo, berarti dia orang iseng." Jeda sejenak. "Eh, iya, kalian mau ikut camping gak? Sabtu depan lho. Gue sih gak sabar banget pengen cepet-cepet camping."
"Ikut lah! Camping terakhir sama anak-anak Central ya kali gak ikut," sahut Helen tidak kalah semangat dari Nita.
"Lo, Dib?" tanya Nita kepada orang di sampingnya.
Adiba menganggukkan kepalanya saat Nita bertanya.
Helen teringat kejadian kemarin. Ia menatap Adiba sambil tersenyum. "Lo terima Arga?"
Nita mengernyitkan dahinya. Kedua bola matanya menatap Helen dan Adiba secara bergantian. "Terima? Terima apaan sih?"
"Gak gue terima."
"Lho? Kenapa?!" pekik Helen.
Adiba menampilkan deretan giginya hingga wajahnya semakin terlihat cantik. "Gue bingung."
"Lo ditembak Arga?!" pekik Nita. Untung saja kantin sedang sepi. Adiba menganggukkan kepalanya sehingga membuat Nita semakin penasaran. "Serius lo?! Kapan?! Kenapa bisa?!"
"Kemarin, Nit. Gue gak tau kenapa Arga suka gue. Gak mungkin kan Arga nembak gue biar dia gak ketauan kalo dia cowok bandana itu?" kata Adiba sambil menatap kedua temannya secara bergantian.
Helen terkekeh pelan sambil mengibaska tangannya ke udara. "Gak mungkin lah, Dib. Gila kalo iya, gak ada kerjaan banget mainin perasaan orang biar dia gak ketauan. Gue percaya kalo Arga emang beneran suka sama lo. Waktu pas gue absen tim bazar, gue liat Arga senyum ke lo. Kalo di kelas juga dia cuma bersikap lembut ke lo doang. Lo gak ngerasain hal itu?"
"Gue kan gak suka merhatiin Arga kalo di kelas. Ya gue pikir Arga emang gitu ke cewek-cewek di kelas."
"Heh, lo gak inget kalo Arga selalu galak sama gue? Nah, sama cewek di kelas juga gitu! Terkecuali elo, Adiba yang cantik yang mampu memikat hati si harimau kelas," kata Helen lalu ia tertawa saat membayangkan Arga dan Adiba menjadi sepasang kekasih.
"Kalo Arga nanya lagi, terima aja, Dib. Kan gue seneng tuh, bakal dapet pajak jadian. Dan yang paling bikin gue seneng, diantara kita bertiga, cuma Helen doang yang jomblo," ucap Nita diiringi tawa meledeknya. "Kelas yu ah, bebeb gue udah nunggu! Eh bebeb lo juga udah nunggu di kelas ya, Dib? Aduh, semoga aja hubungan lo sama Arga, terus gue sama Bilan, sampe ke jenjang pernikahan ya."
Helen mendengus kesal mendengar Nita meledeknya. "Awas aja lo berdua! Kalo gue nikah gak akan gue undang!"
Nita menghentikan tawanya lalu menatap Helen dengan tatapan meledek. "Nikah sama siapa?"
"Sama Aldi," sahut Adiba lalu terkekeh pelan saat melihat Helen menatapnya dengan tatapan tajam.
💌💌💌
Bosan di saat jam pelajaran kosong membuat Helen keluar dari kelas dan lebih memilih mencari udara segar, walaupun tidak ada segar-segarnya karena hari sudah siang dan matahari sangat menyengat ke tubuhnya. Kedua matanya menangkap beberapa siswa yang sedang bermain bola basket. Kakinya melangkah untuk mendekati mereka, lalu ia duduk di kursi panjang yang ada di depan lapangan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bandana [Completed]
Fiksi Remaja[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki berbandana yang melempar surat ke balkon kamarnya. Tapi, masalahnya laki-laki yang memakai bandana itu bukan hanya satu. Di mulai dar...