“Andre! Habis dari rumah sepupu lo ya?!”
Andre menoleh kepada orang yang sedang bertanya padanya. Setelah itu ia menghampiri perempuan yang sedang menyandarkan punggung di pagar rumahnya. Andre menganggukan kepalanya. ”Iya nih, Len. Mau kemana lo pagi-pagi udah rapi aja?”
“Oh, gue mau ke rumah Nita. Nyiapin buat bazar bertema itu, lho.”
“Tim lo menang ya? Wah selamat. Semoga sekolah kita menang deh.”
Helen tertawa ringan menanggapinya. ”Aamiin, semoga aja ya.”
“Eh, Di. Ada lo juga ternyata,” kata Andre saat melihat Aldi keluar dari rumah Helen menggunakan motornya.
“Iye, gue ngungsi di sini," jawab Aldi seenaknya.
Andre menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Aldi. ”Ciri-ciri kurang belaian sahabat ya begini."
"Wah, sue lo!" kesal Aldi.
“Eh iya, sepupu gue tadi ngasih tiket buat ke pasar malem. Katanya sih dia mau ke pasar malem sama pacarnya, tapi tiba-tiba ada acara mendadak gitu, sepupu gue jadinya males. Jadi ya, dia ngasihin tiketnya ke gue dari pada mubazir. Sebenernya gue mau nolak tapi gak enak juga. Dari pada gue buang ini tiket, mening buat kalian aja," Ia merogoh saku jaketnya lalu menyerahkan dua tiket itu. ”Nih”
Aldi langsung mengambil dua tiket itu dengan semangat. ”Gue pergi sama Mimi peri atau sama lo nih, Hel?”
"Mimi peri aja sono!"
"Jangan cemburu."
"Dih! Males banget!"
💌💌💌
“Pagi Arga,” sapa Helen sambil tersenyum manis saat ia duduk di samping laki-laki itu.
“Iya, gue tau ini pagi,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedang ia pegang.
Helen mengerucutkan bibirnya kesal. ”Masih pagi udah galak aja.”
“Lo udah sarapan belum?" Lanjutnya.
“Udahlah!”
“Dimana?”
“Di rumah calon istri gue.”
Helen menaikkan kedua alisnya. ”Lo udah punya calon istri?!” pekiknya kaget.
Arga hanya menganggukan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan Helen.
"Ah, lo bohong ya?”
“Emang siapa yang bilang kalo gue jujur?” balasnya sambil membenarkan bandana yang ia pakai.
Mengingat bandana, Helen teringat lagi kepada si pengirim surat. Ah sial, gara-gara surat itu membuat Helen benar-benar pusing.
“Ar, kalo malem-malem keluar lo suka pake bandana? Atau.. enggak?” tanyanya dengan ragu.
“Tanya sendiri sama bandananya," kata Arga sambil menunjuk bandananya.
Helen mendengus kesal mendengar jawaban Arga.
“Ayo mulai. Udah pada ngumpul semua nih!”
💌💌💌
Aldi menahan tawa melihat orang-orang kini sedang sibuk melaksanakan lomba bazar bertema. Terutama tim dari sekolahnya terlihat sangat kelelahan karena sedari tadi pembeli tak kunjung habis. Salahkan saja kenapa kaum hawa di timnya memilih laki-laki tampan di sekolahnya untuk bergabung di tim ini.
Tim dari sekolahnya membuat tema 'Perkakas Coklat'. Mereka menjual coklat dalam bentuk alat-alat yang biasanya berada di bengkel. Seperti palu, obeng, tang, kunci inggris, dan masih banyak lagi. Tidak tanggung-tanggung mereka juga menggunakan pakaian khas orang yang bekerja di bengkel. Perempuan dibagian kasir, laki-laki dibagi tugas dengan adil. Satu tim di beri ruang satu kelas. Mereka merubah kelas tersebut menjadi kafe jadi-jadian. Pembeli juga tak hanya membeli coklat saja, bahkan mereka meminta foto kepada laki-laki yang menjadi pelayan. Kembali lagi, salahkan saja ketiga kaum hawa karena sudah memilih laki-laki tampan di sekolahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/134771797-288-k724572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bandana [Completed]
Teen Fiction[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki berbandana yang melempar surat ke balkon kamarnya. Tapi, masalahnya laki-laki yang memakai bandana itu bukan hanya satu. Di mulai dar...