Helen duduk di bangkunya. Memandangi kelasnya yang sudah ramai oleh teman-temannya, tapi tidak berniat untuk bergabung bersama mereka. Di tangannya ia memegang sebuah novel yang usai ia baca, hanya beberapa halaman lagi, tapi moodnya jadi buruk, ia menutup kembali novel itu lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. Sekarang apa yang harus ia lakukan agar mengetahui apa yang sudah terjadi diantara Aldi dan Jordan. Bertanya kepada Aldi malah bercanda, bertanya kepada Jordan ia harus siap mental dibentak dan mendapat perlakuan kasar, sangat berbeda ketika pertama kali bertemu Helen menilai bahwa Jordan orang baik.
“Kanapa?” tanya Adiba yang baru saja datang.
Helen memberikan jalan sedikit agar Adiba bisa masuk untuk duduk di kursinya. ”Kenapa apa?”
Adiba menaruh tasnya di meja lalu menatap Helen. ”Bengong.”
“Gue masih penasaran sama kejadian kemaren, Dib. Pulang sekolah kemaren, gue nyamperin mereka ke rooftop, tapi Jordan gak ngasih tau apa-apa. Dia cuma bilang kalo gue bukan inceran bos dia, gue pasti udah abis sama dia. Emang bos dia siapa? Terus kenapa ngincer gue? Gue gak ngerti,” kata Helen sambil memukul-mukul meja menggunakan novelnya.
“Eh, Lena. Itu sayang novel dari guenya!” Andre yang baru saja datang sudah melihat novel yang diberikan kepada Helen diperlakukan seperti itu.
“Eh, sorry, sorry. Gue gak sadar,” kata Helen sambil nyengir.
“Hel, gue curiga. Bos yang dia maksud itu... yang selalu ngasih lo surat-surat cinta.” Perkataan Adiba mampu membuat Helen mengerjapkan matanya beberapa kali. ”Lo kemarin diapain aja sama dia?”
Helen menunjuk pipinya. ”Nih ya pipi gue dijepit sama dia sakit banget, ya udah gue bales aja pake perlakuan yang sama, pipinya gue jepit sekuat tenaga, eh pas gue udah beres ngomong, tangan gue dipegang sampe merah gila tuh anak.”
Adiba menggelengkan-gelengkan kepalanya. ”Brani juga.”
“Kalo gue gak salah kenapa harus takut.”
💌💌💌
“Woy nyontek tugas Geografi!”
“Iye nih, yang udah jangan pelit.”
“Tuh Tati pasti udah ngerjain.”
“Eh kambing, pulpen gue kenapa jadi gaib?” tanya Aldi ketika mendapati pulpennya sudah tidak ada di meja. Padahal hanya ia tinggalkan beberapa menit ke kantin, pulpennya sudah hilang seperti ini.
“Paan sih? Ilang maksud lo?” tanya Bilan sambil mengeluarkan buku Geografinya.
“Hooh.”
“Lo naro dimana?” tanya Nita tanpa melihat Aldi karena sedang membaca buku novel.
“Gue naro di atas meja lah, Nit. Ya kali di kolam renang sekolah.”
Nita menunjuk salah satu murid yang duduk di belakang. ”Noh, bandar pulpen kelas. Tanyain aja sono.”
Aldi berdecak kesal lalu duduk di bangkunya, ia menggeser lengan Bobi teman sebangkunya tanpa izin sehingga Bobi memelotot kesal karena bukunya tercoret oleh tinta pulpen yang sedang ia pegang. ”Ampun, ampun,” ucap Aldi sambil nyengir dengan kedua tangan yang disatukan di depan wajahnya.
“Gue gibeng lo kalo bukan temen sebangku.”
Aldi terkekeh pelan. “Jangan galak-galak ntar Mimi peri marah.”
“Eh, lo tau gak?” tanya Bobi kepada Aldi.
“Tau.”
“Apaan coba?”
“Lo gendut.”
“Anj-”
“Ssuuuttt!” Aldi menaruh jari telunjuk di depan bibir Bobi. ”Jangan bilang anjing.”
“Itu lo bilang Bambang!” kata Bobi sambil menggebrak mejanya.
“Gue bukan Bambang!” kata Aldi tak mau kalah.
Bobi mengibaskan tangannya ke udara. ”Lupain, lupain. Balik ke topik, kemaren gue lagi diem di tangga yang mau ke rooftop, terus gue liat bebeb lo ke rooftop, cewek kan jarang ada yang kesana.”
Aldi mengerutkan keningnya. ”Bebeb gue?”
“Ya ilah, itu Leh.. Hel.. siapa sih?”
“Helen maksudnya?”
Bobi menjentikkan jarinya. ”Nah iya, Helen. Kemaren dia kesono, gak tau dah mau ngapain.”
"Bukan bebeb gue dia mah."
"Terus?"
"Istri," jawab Aldi sambil tertawa kencang padahal tidak ada yang lucu.
💌💌💌
Helen, Adiba, Nita, Aldi, Bilan, dan Regan memutuskan untuk bermain di rumah Nita. Seperti biasa, mereka pasti berkumpul di rumah pohon yang dibuat oleh Ayah Nita. Karena ukuran rumah pohonnya cukup besar, jadi mereka bisa masuk dan pastinya bisa membawa makanan yang banyak.
Mereka terlarut dalam kegiatannya masing-masing. Helen yang memikirkan bos yang dimaksud oleh Jordan itu siapa. Adiba dan Regan yang sedang mengerjakan tugas kelompok. Bilan dan Nita yang sibuk pacaran. Dan Aldi yang sibuk meniup balon.
“Guys gue pusing!” pekik Helen yang membuat mereka semua kaget bukan main. Sampai-sampai balon yang sedang dipegang oleh Aldi terbang begitu saja.
“Apaan sih anjir bikin kaget sumpah,” kesal Bilan.
“Gue gak tau maksud dia siapa,” kata Helen sambil menyenderkan kepalanya ke pohon yang ada di sampingnya.
“Bos?” tebak Adiba yang diangguki oleh Helen.
“Ada apaan sih? Kok gak cerita?” tanya Aldi kepo sambil mendekat ke arah Helen.
“Iya, ada apaan sih, Hel?” sahut Nita.
Helen menegakkan tubuhnya sambil mengerjapkan mata beberapa kali. Ia lupa di sini ada Aldi. Jika ia bercerita Aldi pasti akan marah kepada Jordan. Helen menatap Adiba meminta untuk diam saja. Seolah mengerti Adiba menganggukkan kepalanya. Helen menggaruk pipinya yang tak gatal sambil nyengir. ”I-itu tadi gue sama Adiba nonton film pas di kelas. Gue masih penasaran bos dari penjahat itu siapa, soalnya gue belum beres nonton.”
“Oh, kirain apa,” kata Aldi lalu memberikan potongan kertas kecil kepada mereka semua.
“Buat apa nih?” tanya Nita penasaran.
“Buat nyatet hutang Aldi ke kalian ada berapa,” jawab asal Regan yang dihadiahi jitakan di kepala oleh Aldi.
“Kalian tulis harapan kalian di kertas itu. Terus nanti gue taliin ke satu balon ini. Terus gue terbangin deh,” jawab Aldi lalu mulai menulis harapannya.
Regan mendengus kesal tpi tetap saja ia mengikuti kemauan Aldi. “Gak ada kerjaan banget lo! Keliatan gabutnya.”
“Ya emang iya. Makannya gue nyari kerjaan biar gak gabut.”
Mereka semua menuliskan harapan-harapannya. Helen tersenyum saat sudah selesai menuliskan harapannya.
Tuhan, pertemukan aku dengan Senja secepatnya- batin Helen.
💌
Jangan lupa vote, comment daaaaaan apa ya
Maapkan aku karna lama up huhu. Holiday ku di isi oleh latihan untuk lomba jadi mohon di maklum yaaa klo lama up.
Seperti biasa yang komen pertama pasti aku follow!
Oh iya, jangan lupa baca Bilan juga ya.
Kasih tau temen² kalian kalo kalian suka cerita ini dan cerita bilan.
Smoga kalian setia nunggu ini cerita up.
Sampai bertemu kembali dengan mimi peri di part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bandana [Completed]
Teen Fiction[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki berbandana yang melempar surat ke balkon kamarnya. Tapi, masalahnya laki-laki yang memakai bandana itu bukan hanya satu. Di mulai dar...