"Jordan sama gengnya gak pake bandana?! Serius lo?!" Heboh Nita dengan pekikan tertahan. Helen melotot, untung saja Nita tidak benar-benar teriak. Jika teriak, sudah habis lah ia. Apalagi di pojok kantin ada geng Jordan yang sedang menyantap makanan bersama-sama.
Helen menganggukkan kepalanya. "Gue serius. Gue juga kaget Jordan sama gengnya dateng ke acara ulang tahun siapa tuh gue lupa."
"Temennya Jordan kali, makannya dia dateng," sahut Adiba mencoba untuk berpikir positif.
"Oh iya, soal info kemaren." Jeda sejenak, Nita menyeruput es teh manisnya hingga tandas, lalu ia melanjutkan, "Kemaren gue sama Adiba ngikutin mereka ke suatu tempat. Kita gak tau itu tempat apa, yang pasti bukan markas geng Fascia."
Helen mulai tertarik kepada obrolan itu, sampai-sampai ia menjauhkan piring yang berisikan batagor lalu melipat kedua tangannya di meja. "Terus, pas nyampe di sana, mereka lepas bandana gak?"
Nita menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak dilepas. Terus tempatnya juga kecil, gak seluas markas geng Fascia. Kira-kira itu tempat apa ya, Dib?"
"Bisa jadi itu markas ke dua mereka, cuma anggotanya dikit, jadi tempatnya juga lebih kecil. Mungkin," jawab Adiba dengan nada yang terdengar ragu.
Helen rasanya ingin mengumpat kasar memikirkan hal ini. Ia menarik piringnya lalu memotong-motong batagor dengan kasar. "Gue penasaran banget siapa Senja. Pokonya pulang sekolah gue mau ke tempat itu! Kalian masih inget kan?"
Nita dan Adiba sama-sama mengangguk. Ketiganya menjadi hening, hanya terdengar suara sendok yang meyentuh piring. Helen teringat sesuatu, ia menatap kedua orang yang ada di depannya dengan dahi mengernyit. "Satu, satu, dua, kosong, sembilan, maksudnya apa ya?"
"Angka."
Helen mengerucutkan bibirnya kesal mendengar jawaban dari mulut Adiba. "Adiba yang cantik, anak kecil juga tau kalo itu angka. Ini tentang surat dari Senja, gue yakin kalo gue tau maksud dari angka-angka itu, gue bakal tau siapa Senja."
"Teka-teki banget," kata Adiba yang merasa ikut pusing dengan kasus ini.
Nita menunjuk laki-laki yang ada di belakang Helen, lebih tepatnya menunjuk geng Jordan. Helen yang merasa tak mengerti jadi ikut melihat arah yang ditunjuk oleh Nita, saat ia tak menyadari apapun ia menatap Nita kembali. "Kenapa sih?"
"Cowok yang waktu itu pake bandana warna merah, sekarang jadi pake bandana warna item," jawab Nita, membuat Helen dan Adiba langsung menatap laki-laki yang dimaksud oleh Nita. Benar saja, laki-laki itu memakai bandana warna hitam. Kenapa Helen tidak menyadari hal itu? Ah, Helen benar-benar dibuat pusing.
"Hallllooow epribadeh!"
"Gak ada yang ngundang lo bertiga. Sana pergi!" ketus Helen saat melihat tiga laki-laki sudah duduk bergabung. Bilan duduk di samping Nita, sedangkan Aldi dan Regan duduk di samping kiri Helen. Jika Aldi duduk di tengah-tengah seperti ini, Helen pastikan Aldi akan menggeser terus ke kanan hingga Helen menjadi berdiri. Ngeselin emang.
"Galak amat sih, Bu," cibir Bilan.
"Wahai, Regan yang ganteng. Mengapa engkau ikut duduk? Sana pesen makanan, sekalian bayarin ya. Kalo enggak mau-"
"Gue aduin ke Tata kalo Regan kerjaannya selingkuh," ledek Regan yang sudah hapal jika Aldi akan berkata seperti itu ketika sampai di kantin.
Aldi tertawa puas lalu menepuk bahu Regan. "Nah, cakep. Nanti gue kasih Mimi Peri kalo lo nurut."
"Gila," desis Regan lalu beranjak dari duduknya untuk memesan makanan.
"Eh, gaes. Gue punya tebak-tebakan," kata Aldi dengan tampang so serius membuat Helen yang ada di sampingnya ingin menoyor kepala Aldi.
"Apa?" tanya Adiba.
"Ya tebak dong, kan namanya juga tebak-tebakkan."
"Lena, ini coklat buat lo. Sebagai tanda trimakasih kemaren. Sekali lagi makasih ya," kata Andre, yang baru saja datang ke kantin. Helen menatap coklat itu lalu menatap Andre yang sudah pergi ke salah satu penjual makanan.
"Andre kaya suka Helen. Ya gak sih?" tanya Nita kepada teman-temannya.
"Yang penting Andre bukan suka sama lo," kata Bilan sambil menaik turunkan kedua alisnya. Nita yang melihat itu langsung menoyor kepala Bilan menggunakan jari telunjuknya.
"Apa iya dia yang suka ngasih surat-surat ke gue?" tanya Helen dengan nada pelan namun masih terdengar oleh yang lain.
"Woy tebak-tebakan gue gak ada yang bisa nebak apa?!" kesal Aldi karena pasalnya peetanyaan ia tidak dijawab lagi oleh teman-temannya.
"GAK!" Jawab mereka berbarengan, kecuali Adiba yang hanya menggelengkan kepala saja.
"Kalian semua penuh dosa, aku suci."
"Lo Aldi, bukan suci," sahut Regan yang baru saja datang membawa makanan untuk Aldi dan Bilan.
"Dih, Regan ngelawak."
💌💌💌
Helen mengibaskan tangan kiri ke wajahnya yang sudah berkeringat. Gara-gara sakit perut, ia jadi telat masuk kelas, dan berakhirlah disini, di lapangan upacara dengan keadaan matahari yang sangat terik sekali. Sesekali tangan kanannya turun ke bawah karena sudah setengah jam ia hormat di depan tiang bendera.
Matanya berjelajah kemana-mana untuk mencari seseorang yang bisa ia suruh untuk membeli minum. Seketika matanya terbuka lebar saat melihat laki-laki yang baru saja memasuki gerbang sekolah dengan seragam yang berbeda dengan dirinya. Yang membuat Helen mematung bukan soal seragam yang berbeda, tapi ia melihat laki-laki itu menggunakan bandana berwarna merah dengan motif berwarna putih di kepalanya dan Helen ingat siapa laki-laki yang sedang berjalan menuju ruangan kepala sekolah.
Laki-laki itu adalah orang yang memberi coklat ketika di markas Fascia. Helen penasaran, benar-benar penasaran mengapa laki-laki itu datang ke sini. "Gak mungkin kan dia mau pindah ke sekolah ini?" Helen menghentak-hentakkan kedua kakinya kesal. "Ya Allah, Helen penasaran! Tapi kalo Helen kesana nanti Bu Dadah marah."
"Dia senyum ke gue?!" pekik Helen kepada dirinya sendiri. Ia melihat ke arah belakang, memastikan bahwa di belakangnya ada orang atau tidak, dan ternyata tidak ada orang kecuali dirinya. Helen menatap ke depan kembali, laki-laki itu sudah tidak ia lihat lagi.
"Eh, bentar. Dia kalo di sekolah pake bandana juga? Apa geng Fascia semuanya kaya gitu ya, kalo di sekolah?" Jeda sejenak. "Dia ketua geng Fascia bukan sih?"
💌
Haaaaiiii
Ngapain tuh cowok ke SMA Central
Ayo tebak
- Pindah sekolah
- Ketemu Helen
- Ketemu geng Jordan
- Ada keperluan sama kepala sekolah
Hari ini komen tembus 100 aku bakal double up
Ayo dong komen sebanyak banyak nya
Yang jawab aku follow akun nya hihi. Jangan lupa vote and comment😁
Sampai jumpa di part selanjutnya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bandana [Completed]
Teen Fiction[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki berbandana yang melempar surat ke balkon kamarnya. Tapi, masalahnya laki-laki yang memakai bandana itu bukan hanya satu. Di mulai dar...