Hari ini adalah hari kebahagian bagi sebagian pelajar yang suka malas untuk menuntut ilmu di sekolah. Karena sekarang tanggal merah, Helen sudah mengajak Nita dan Adiba untuk menjalankan misi kembali. Sekarang pukul delapan pagi, mereka sudah berada di dalam taksi untuk mengikuti Andre akan pergi kemana. Kemarin malam, Helen memberi tahu kedua temannya bahwa Andre ada di rumah tantenya. Dan Helen pastikan, Andre akan pulang pagi-pagi seperti biasa yang sering Helen lihat.
Tepat pukul sembilan, Andre melewati rumah Helen. Helen langsung menyuruh supir itu untuk mengikuti Andre. Setengah jam sudah berlalu, ternyata Andre pergi ke sebuah rumah, mungkin itu rumahnya. Helen menghela napas berat, kedua sahabatnya memberikan semangat kepada Helen dengan cara menepuk bahu Helen.
Ternyata. Andre pergi lagi. Dengan segera, mereka bertiga menyuruh supir untuk mengikuti lagi kemana Andre akan pergi. Mereka bertiga membulatkan matanya saat melihat Andre turun di tempat yang pernah mereka datangi. Bahkan, Andre sudah memasuki tempat itu. Tempat dimana Helen kepergoki oleh Arga. Disana sudah ada motor lain yang berjejer dengan rapi.
"Oh my god! Sebenernya ini tempat apaan sih?!" pekik Helen.
"Masa iya yang di maksud Jordan itu.. Andre?" tanya Nita sambil terus memperhatikan tempat itu.
"Maksud lo ketua geng?" tanya Helen memastikan dan diangguki oleh Nita.
"Hel, mau masuk?" tanya Adiba sambil melihat ke belakang karena posisi duduknya di samping supir taksi.
Helen mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Masuk? Masuk kemana?"
"Ke sana," kata Adiba sambil menunjuk tempat itu.
"Gimana bisa, Dib?! Helen kesana mau bengong doang?" tanya Nita tak mengerti.
Adiba tersenyum sekilas lalu menepuk bahu supir taksi itu.
💌💌💌
Helen menghembuskan napas kasar lalu merapikan penampilannya. Apa pun akan ia lakukan agar ia bisa mengetahui siapa senja itu. Untung saja Adiba memiliki ide cemerlang. Walaupun Helen harus rela memakai baju seragam supir taksi, tak tanggung-tanggung Helen juga meminjam topi, kacamata berwarna hitam, dan celana hitam supir taksi itu, untung saja supir itu memakai celana pendek selutut. Tak lupa, ia juga menggunakan masker yang dibawa oleh Nita. Mereka bertiga menyogok supir itu dengan mentraktir 5 mangkuk bakso, entah terlalu baik hati atau polos, bapak itu mengangguk dengan semangat.
Dengan langkah mantap, Helen berjalan menuju tempat itu. Ia berdehem pelan, ia harus bisa menggunakan suara yang berbeda agar Andre atau pun yang lainnya tidak mengenali Helen. Semoga saja ini berhasil!
"Permisi."
Semua mata menoleh ke ambang pintu, setelah itu mereka menatap satu sama lain dengan tatapan saling melempar tanya. Helen meneguk ludahnya susah payah, ia harus bisa! Hingga pada akhirnya, Andre menghampiri Helen.
"Iya, ada apa ya, Pak?"
"Saya boleh melihat-lihat ke dalam? Saya sedang ingin berbagi kebaikan. Dengan cara mendesain tempat ini agar lebih nyaman. Tapi sebelumnya, saya harus melihat-lihat dulu dalamnya agar saya bisa menentukan desain yang cocok untuk tempat ini seperti apa," ucap Helen. Namun sedetik kemudian, ia merutuki kebodohannya. Ia kan memakai seragam supir taksi, bagaimana jika orang-orang itu meyadarinya jika yang ia gunakan adalah seragam supir taksi? Habislah Helen!
Andre tertawa pelan. "Saya kira bapak itu supir taksi. Seragamnya kaya supir taksi ya, Pak?"
Helen tertawa canggung sambil menggaruk pipinya yang tak gatal. "Memang seperti ini seragamnya, Mas. Jadi, saya boleh masuk ke dalam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bandana [Completed]
Jugendliteratur[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki berbandana yang melempar surat ke balkon kamarnya. Tapi, masalahnya laki-laki yang memakai bandana itu bukan hanya satu. Di mulai dar...