38. Hukuman💌

1.6K 176 61
                                    

MINAL AIDZIN WALFAIDZIN SEMUANYA😊

💌💌💌

Helen duduk di depan tenda sambil memperhatikan orang-orang yang sibuk oleh kegiatannya masing-masing. Ada yang menyiapkan untuk sarapan, membereskan tasnya, dan masih banyak lagi.

Hachim. Helen menggosok hidungnya yang sudah memerah. Tubuhnya benar-benar lemas karena kemarin malam, setelah selesai kegiatan ia hujan-hujanan bersama sahabat-sahabatnya, padahal tidak boleh ada yang keluar dari tenda, tapi mereka malah asik-asikan bermain di luar. Dan akhirnya mereka dihukum oleh Pak Herman, hukuman yang sangat ringan, membuatkan teh manis dan mie instan untuk semua siswa-siswi juga guru yang ikut berkemah. Ringan bukan? Tentu, ringan sekali. Apa lagi jumlah peserta yang ikut bisa dibilang tidak sedikit ahahah.

Membuat teh manis dan mie instannya memang mudah, tapi yang membuat mereka kelelahan karena membuat porsi yang cukup banyak. Helen, Nita, Adiba, Aldi, Bilan dan Regan merasa sedang membuka rumah makan di tengah hutan.

"Mau dibuatin teh anget?" tawar Adiba yang baru saja keluar dari tenda saat mendengar Helen bersin-bersin.

Helen menggelengkan kepalanya. "Gak usah, Dib. Tadi gue udah di kasih jahe anget."

"Sama siapa? Perhatian banget," kata Adiba diiringi kekehannya.

"Sama Andre." Helen menghela napas lalu menatap langit pagi yang sangat indah itu. "Sekarang gue udah tau Senja itu siapa, tapi kenapa gue gak ngelakuin apa pun sama Andre ya? Padahal gue udah janji, kalo gue ketemu sama Senja, gue mau lakuin sesuatu."

"Apa?"

"Nampol kepalanya," jawab Helen lalu tertawa.

Adiba ikut tertawa sambil menoyor pelan bahu Helen. "Mau gue anter buat nampol kepala Andre?"

"Hoy, pahlawan cantik dateng nih!" sahut seseorang sambil membawa dua piring yang sudah ada nasi dan lauk pauknya lalu diberikan kepada Helen dan Adiba.

"Kok cuma dua? Buat lo mana?" tanya Helen.

Nita menampilkan deretan giginya. "Tadi gue udah makan duluan sama Bilan."

Helen menganggukkan kepalanya lalu menatap Adiba dengan tatapan menggoda. "Tuh, Dib. Kalo pacaran itu kaya Nita sama Bilan, romantis. Lo gak mau kaya gitu apa? Sana, samperin Arga!"

Adiba menggelengkan kepalanya cepat. "Gak mau. Malu."

Helen dan Nita tertawa terbahak-bahak saat mendengar Adiba menjawab seperti itu, ditambah raut wajah Adiba terlihat lucu. Pantas saja Arga kepincut. Adiba pinter, cantik, lucu, kalem.

"Mau gue bilangin ke Arga biar dia kesini makan bareng sama lo?" goda Nita sambil menaik turunkan alisnya.

"Nah! Yuk, Nit. Sekalian mau minta pajak jadian sama Arga, Adiba gak ngasih. Cantik-cantik pelit!" kata Helen lalu beranjak dari duduknya, diikuti oleh Nita.

"Eh, mau kemana?!" cegah Adiba saat mereka berdua sudah melangkahkan kakinya.

"Ke Arga!" jawab mereka berdua.

Adiba beranjak dari duduknya sambil menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "G-gak usah! Biar gue aja yang samperin."

Helen bertepuk tangan sambil tertawa. "Nah gitu dong! Udah sana, tuh piringnya jangan lupa dibawa. Gue mau ambil minum. Selamat bermesraan, cantik!"

"Pajaknya jangan lupa diminta buat kita!" teriak Nita saat Adiba sudah melongos pergi. Adiba hanya cemberut kesal.

Helen dan Nita melangkahkan kakinya untuk membawa minum. Helen terus saja diledek oleh Nita karena dirinya masih jomblo. Liat saja! Helen pasti akan mendapatkan pacar yang lebih baik dari pada mereka berdua.

Mr. Bandana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang