"Woy, kalian berdua kapan mau jadiannya sih?!"
Serempak, Helen dan Aldi menghentikan perdebatannya saat mendengar seruan dari Bilan. Helen mendelik sebal kepada Aldi lalu memakan batagornya dengan wajah sangar, sedangkan Aldi pura-pura marah dengan tangan yang bersedekap dada sambil memalingkan wajahnya. Entah apa yang mereka perdebatkan, intinya jika bertemu pasti ada saja yang diperdebatkan walaupun itu hanya sepele. Dan Bilanlah yang sering kerepotan memisahkan mereka berdua agar berhenti berdebat. Sedangkan Nita dan Adiba malah asik menertawakan. Regan sih anteng-anteng saja menonton mereka berdua, kadang hanya tersenyum saja.
"Cowoknya gak ngasih kepastian mulu, padahal cewenya udah bilang suka," sahut Regan dengan nada kalemnya. Sangat sesuai dengan karakter Regan yang kalem.
Adiba hampir saja tersedak mendengar ucapan Regan, sedangkan Nita sudah menatap Helen yang berada di sampingnya dengan was-was. Adiba berdehem sebentar lalu berkata, "Lo.. suka gak sama Helen?"
Aldi menatap horor ke arah Helen yang ada di depannya, lantas ia menggelengkan kepalanya cepat. "Enggak, ih, amit-amit dah suka sama dia. Kalo bukan karna Mimi peri, ogah gue deket-deket sama dia."
Helen yang tidak terima langsung mengangkat pandangannya dan bertemu dengan mata Aldi, ia menunjuk wajah Aldi menggunakan sendok yang sedang ia pegang. "Heh, jangkrik! Lo kira gue suk-"
Dengan cepat Nita mengangkat tangannya diantara wajah mereka berdua, jangan sampai Helen keceplosan jika waktu itu hanya dare saja. "Stop! Gak boleh debat lagi. Kalian gak kasian apa dari tadi Bilan misahin lo berdua mulu?"
"Iya, bela aja terus pacar lo!" kesal Helen. Benar-benar kesal, apa lagi kepada laki-laki yang berada di depannya. Entah kenapa ia selalu kesal jika sudah berdebat dengan Aldi.
"Udah, udah. Kemarin ke rumah Arga lo dapet petunjuk gak?" tanya Adiba dengan lembut.
Helen mengangguk antusias sekali. Ia menatap ke atas seolah-olah mengingat apa saja yang sudah ia dapat di rumah Arga kemarin. Pertama, ia melihat album foto. Dan yang kedua Helen menemukan novel tentang senja. Mengingat album foto Helen langsung menatap Aldi yang sedang mencubit pipi Bilan dengan gemas, jika ia memberi tahu sekarang tentang geng itu pasti Aldi akan bertanya-tanya dan ia tidak mau jika ia harus menjawab ia sudah mengikuti geng Jordan ke markasnya. Helen tersenyum kikuk sambil menggaruk pipinya yang tak gatal, "Ntar aja deh ceritanya, gue masih laper heheh."
💌💌💌
"Awalnya gue nanya kalo Arga keluar malem suka pake bandana atau enggak, terus kata nyokapnya iya semenjak SMA Arga jadi pake bandana kalo kemana-mana. Gue juga nanya tentang temen-temen Arga, nyokapnya malah izinin gue ke kamar Arga buat liat album foto Arga sama temen-temennya. Muka mereka asing, gue gak pernah liat kalo temen-temen Arga ada di markas Fascia. Mereka semua gak pake bandana, cuma Arga doang. Kata nyokapnya sih, itu temen-temen Arga di sekolah yang lama. Terus pas gue mau keluar kamarnya, gue malah liat novel tentang senja di meja belajarnya. Pas gue mau baca, nyokapnya bilang kalo Arga ada di depan." Helen menghela napas berat, ia menyandarkan tubuhnya di dinding toilet. "Arga geng Fascia bukan ya?"
"Kayanya geng Fascia tertutup deh, Hel. Mereka gak umbar-umbar di sosmed. Pas gue nyari di akun Jordan pun gak ada tentang geng itu. Bahkan foto sama temen-temen satu geng yang ada di sekolahnya aja gak ada." Nita menjentikkan jari-jarinya, ia menatap Helen dengan wajah berbinar. "Bisa jadi yang ada di album itu emang temen di sekolah lamanya, dia gak naro foto sama geng Fascia, karna kan geng Fascia tertutup. Kalo iya temen-temen Arga geng Fascia juga, mungkin aja waktu itu mereka lagi gak hadir di markas. Terus, Hel. Di situ cuma Arga doang yang pake bandana, gue yakin kalo ketua geng pasti bakal pake ciri khas gengnya kalo kemana-mana."
"Gengnya Jordan selain di sekolah sama di markasnya suka pake bandana gak ya? Kalo enggak, mungkin geng Jordan sama kaya temen-temen Arga, kalo kemana-mana gak pake bandana." Perkataan Adiba membuat Helen dan Nita menatapnya dengan dahi mengerut.
"Iya juga ya. Kalo selain di sekolah sama di markas mereka gak pake bandana, kemungkinan Arga jadi ketuanya besar dong?" tanya Nita sambil menatap Helen dan Adiba bergantian.
"Tapi.. cowok yang ngasih coklat itu siapa? Dia ketua geng apa bukan sih?!" Helen jadi kesal sendiri memikirkan hal ini. Ia menggigit kuku-kuku jarinya dengan geregetan. Tak lupa, kakinya pun jalan mondar-mandir sambil berpikir keras.
"Terus tentang yang itu kebetulan atau gimana sih?!" tanya Nita bingung.
"Apaan?"
"Arga punya novel senja."
"Ah, bingung gue!"
"Pulang sekolah, kita ikutin lagi aja gengnya Jordan. Siapa tau mereka gak ke markas, terus kita bisa liat mereka lepas bandana atau enggak." Helen dan Nita mengangguk setuju mendengar perkataan Adiba.
💌💌💌
"Ay kaming, sayaaaaaaaaaaaaang!"
Teriakan melengking itu membuat Regan yang baru saja keluar dari kelas tersentak kaget. Ia menoleh ke kiri, mendapati seorang laki-laki yang yang sedang menatapnya sambil menaik turunkan alisnya. Regan menyingkir dari depan pintu lalu menyandar di dinding sambil bersedekap dada. "Gak malu teriak-teriak kaya gitu?"
Aldi merentangkan kedua tangannya, bersiap akan memeluk Regan. Dengan gesit Regan menghindar dari Aldi sambil menatap Aldi dengan tatapan jijik. Aldi mengerucutkan bibirnya lalu duduk di kursi yang berada di depan kelas dengan lesu. "Yang gue panggil kan Helen. Kok lo yang keluar?"
"Nama dia kan Helen, bukan sayang. Mana mau dia keluar."
"Ih, Regan. Kalem-kalem kalo ngomong suka bener ya."
"Terus, urusannya?"
Aldi menggelengkan kepalanya sambil cengengesan. "Gak ada."
Di sisi lain, Helen dan Adiba saling tatap ketika mendengar suara Aldi di depan kelasnya. Helen mencak-mencak di tempat sambil sesekali menengok keluar dengan cemas. "Gimaba dong, Dib? Gue yakin Aldi pasti ngajak pulang bareng."
"Lo pulang sama Aldi dulu aja. Biar gue sama Nita yang ngikutin Jordan. Ntar gue kasih tau kita kemana-mananya," usul Adiba yang langsung diangguki oleh Helen.
"Ntar lo nyusul ya, Hel."
Sebelum keluar untuk menemui Aldi, Helen menatap Arga yang masih anteng duduk bersama Papian di sampingnya. Sesekali Papian melempar lawakan kepada Arga, sedangkan Arga malah memarahi Papian yang sedari tadi selalu berisik. Helen terkekeh melihatnya, lalu ia segera memalingkan wajahnya ketika Arga mengangkat pandangannya.
💌
Hayo lo siapa yang penasaran sama sosok senja
Komen penasaran bangeeeet biar aku follow
Kalo ga penasaran sih ya gapapa:D
Menurut kalian part ini gimana nih? Boleh kasih saran atau kritik ko
Jangan lupa vote and comment heheh
Sampai jumpa di part selanjutnya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Bandana [Completed]
Teen Fiction[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki berbandana yang melempar surat ke balkon kamarnya. Tapi, masalahnya laki-laki yang memakai bandana itu bukan hanya satu. Di mulai dar...