Partikel 13

46.2K 6.4K 340
                                    

Follow : Itsluvi29_

Buat yang udah follow, maaciw❤ jangan sungkan kalo mau polbek. Kalo di IG pasti di polbek kok asal jangan diunpol lagi😄😚

Target komen tidak tercapai 1K, sekarang mau target 500 aja :v

Happy reading, jangan lupa subcribe, vote, dan comment

💍💍💍

Hari minggu ini akan jadi hari minggu yang paling cerah untuk ibu-ibu berdaster yang suaminya pelit seperti Bang Ghandi. Fadya merasa hari minggu ini hari kemerdekaan baginya. Bang Ghandi pergi dinas luar kota selama seminggu, istri di rumah nabung duit ke Mal. Kalau dengan Bang Ghandi masalah ekonomi itu harus terperinci. Pengeluaran harus diatur sama setiap harinya. Dan itu terkadang membuat Fadya frustasi. Ujung-ujungnya dia curhat panjang lebar di grup chat yang isinya hanya aku, Fadya, dan Lina.

Jalan-jalan di Mal pun tidak bisa sepuasnya karena tuyulnya Fadya terus-terusan minta pulang dengan alasan mengantuk. Aku bersama kedua Kutil Kudaku--sahabat yang paling setia, berkumpul di rumah Fadya dan Bang Ghandi. Fadya menggendong Zayn yang tertidur pulas selama di mobil ke kamar, sebelum menyuguhkan jus buah naga dan sepiring kacang rebus untuk aku dan Lina.

Satu kebiasaan yang kami lakukan jika berada di rumah ini adalah : duduk lesehan karena bentuk meja ruang tamu yang bundar dan terbuat dari kayu jati asli. Pekerjaan Bang Ghandi sebagai arsitek, membuatnya ngulik dalam menata ruangan serta furniture rumahnya. Rumah ini tampak eksotis dan elegan.

"Oh, ya ampun ... udah berapa abad kita gak duduk semeja sambil ngemil kacang rebus kayak begini?"

Fadya meringis sementara aku hanya berdecak saja. Mengakui celetukan Lina itu fakta. Sebab, selepas kuliah kami bertiga jarang punya waktu untuk berkumpul.

"Gue ngaku deh, kalau gue sok sibuk. Ngurusin suami udah kayak ngurusin kakek-kakek jompo. Apa-apa maunya diambilin istri. Sayang, ambilin dasi dong. Sayang, sisir dong. Sayang, aku lapar. Sayang, bikin anak lagi dong."

"Geblek!" Aku dan Lina kompak terpingkal mendengar curhatan Fadya apalagi kalimatnya yang terakhir.

Fadya menoleh padaku dengan raut menyedihkan. "Serius lho, Ya. Abang lo itu emang ngeselin. Tiap malam suruh berhenti KB. Padahal gue belum siap hamil lagi dan begadang lagi. Cukup tiga kali seminggu gue begadang."

Aku melongo, saling bertukar pandangan dengan Lina sebelum sama-sama menatap ngeri ke wajah Fadya yang sedang mengupas kacang rebusnya.

"Ngapain lo tiga kali seminggu begadang?" Pertanyaan Lina dibalas dengan kekehan geli dari Fadya.

Sambil mengunyah kacang, Fadya menjawab, "Lo tahu teori bikin anak? Nah, itu gue praktik tiga kali seminggu."

Aku tidak kuasa menahan tawa. Kalau Zayn sampai bangun karena suara tawaku yang menggema di rumah ini, berarti kesalahan terletak pada emaknya yang memancingku untuk ikut gila.

"Makin stress otak lo abis nikah, Fad. Itu Bang Ghandi kok mau ya satu ranjang sama Fadya tiap malam?" tanya Lina setelah berhasil menguasai tawanya, sementara tawaku belum sepenuhnya berhenti.

"Mau lah. Orang gue mah godain dia terus."

"Dasar cewek mauan!" dengkus Lina.

"Mauan juga sama yang halal." Fadya meleletkan lidahnya.

Aku dan Lina sama-sama mendecih sebal. Aktivitas selanjutnya yang kami lakukan adalah mengupas kacang rebus. Cangkangnya kami taruh di depan masing-masing. Seakan berlomba-lomba siapa yang paling banyak gundukan cangkangnya.

Partikel Jodoh (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang